Please, Don't Cry

49 8 0
                                    


Lelaki itu menyunggingkan senyum pahit. Pandangannya terarah pada kopi yang asapnya sudah mengepul. Kali ini ia menyesap sedikit kopi. Sensasi rasa pahit dari kopi itu menguar di tenggorokannya. Namun, pahitnya kopi tersebut tak sepahit kehidupan gadis yang ia cintai.

------------------------

Wonwoo menunduk. Mata sipitnya yang terhalang lensa kacamata tampak fokus pada buku di hadapannya. Jari lentiknya membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut. Namun, pergerakan tangan gadis itu disertai dengan getaran hebat.

"Dasar anak pembunuh!"

"Ayahmu itu pembunuh! Dan kau juga pasti tidak jauh berbeda darinya!"

"Pergi kau! Kau bisa membawa sial bagi kami!"

"Anak pembunuh sepertimu tidak seharusnya berada disini!"

Rangkaian kata-kata hinaan dan makian dari teman-temannya tadi siang masih terngiang-ngiang di benak Wonwoo. Semenjak berita tentang ayahnya yang terbukti melakukan pembunuhan pada karyawan di kantornya tersebar luas, hidupnya menjadi kacau. Semua orang menjauhinya. Bahkan para guru pun tampak tak ingin berurusan dengannya. Tak ada yang berniat untuk membelanya.

Setetes air mata akhirnya jatuh membasahi lembaran buku yang dipegangnya. Bahu Wonwoo mulai bergetar. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak. Sesak karena menahan ledakan tangis yang mendesak ingin keluar.

Tiba-tiba, sebuah tangan meraih pundaknya lalu menariknya ke dalam pelukannya. Seseorang yang ternyata adalah Mingyu itu memeluk Wonwoo sembari mengelus kepalanya untuk menenangkan tangis gadis itu. Wonwoo sendiri akhirnya mengeluarkan seluruh tangisnya yang sedari tadi ia tahan.

"Tenanglah, Wonwoo.. tidak apa-apa.. aku disini," Bisik Mingyu.

Wonwoo tak menjawab, gadis itu terus menangis. Mingyu sendiri juga tak berniat menghentikan tangis gadis itu. Wonwoo bukanlah gadis yang mudah menangis. Jadi, jika Wonwoo menangis, tandanya Wonwoo sedang benar-benar terluka. Ia membiarkan Wonwoo menangis hingga gadis itu puas mengeluarkan beban yang dipanggulnya sekarang.

Sudah tiga puluh menit lebih Wonwoo menangis. Mingyu bisa merasakan bahwa tangisan Wonwoo sudah berangsur-angsur mereda. Gadis itu masih sedikit terisak, tapi sekarang ia tampak lebih tenang. Ia juga masih menyembunyikan wajahnya di dada Mingyu, seperti tak ingin lepas dari sana.

"Sudah puas menangis?" Tanya Mingyu saat akhirnya Wonwoo menatap wajahnya.

Wonwoo tak menjawab. Ia hanya memainkan lengan Mingyu dengan wajah datar seperti yang biasa ia tunjukkan kepada semua orang. Mingyu hanya tersenyum. Ia meraih wajah Wonwoo menghadap ke arahnya.

"Aku tidak suka melihatmu menangis.. gadis cantik sepertimu tidak boleh menangis.." Mingyu menyeka air mata Wonwoo.

"Mengapa aku tidak boleh menangis?" Tanya Wonwoo

Mingyu tersenyum. "Karena kalau kau menangis.. wajahmu akan bengkak seperti ini.. lihat.. hidungmu saja sudah merah seperti badut yang sering kita lihat dulu.."

Mendengar Mingyu yang menggodanya dengan lelucon khasnya, membuat sudut bibirnya perlahan terangkat dan membentuk senyuman. Mingyu ikut tersenyum saat melihat senyuman itu.

"Hei! Lihat aku bawa sesuatu untukmu," Ucap Mingyu tiba-tiba.

Ia mengeluarkan sebuah kotak bekal dari belakang tubuhnya. Entah sudah sejak kapan ia menyembunyikan itu disana. Wonwoo meraih kotak bekal itu dan membukanya perlahan. Rupanya kotak bekal itu berisi kue madu.

Mingyu mengambil satu suapan lalu memberikannya pada Wonwoo. Wonwoo meraih garpu kecil dari tangan Mingyu dan memasukkan suapan kecil kue madu tersebut ke dalam mulutnya. Rasa manis dari kue madu tersebut membuatnya senang.

"Manis kan? Karena kue ini sangat manis, kau juga harus memakannya dengan ekspresi yang manis.. kau harus tetap tersenyum," Ucap Mingyu.

"Aku suka senyumanmu.." Lanjutnya.

Wonwoo tak menjawab. Syukurlah, karena kue madu kesukaannya ini, ia jadi bisa lebih tenang dan tidak terlalu sedih seperti tadi. Apalagi ditemani oleh sahabatnya Mingyu, yang selalu membuatnya tersenyum.

"Wonwoo.." Panggil Mingyu tiba-tiba.

"Ya?"

"Jangan pernah bersedih lagi.. jika ada yang mengganggumu.. kau bisa datang padaku.. aku akan melindungimu.. aku akan menjagamu.."

Wonwoo terdiam mendengar ucapan Mingyu. Entah mengapa ia jadi ingin menangis lagi. Menangis bahagia, karena ia beruntung mempunyai Mingyu di sampingnya. Yang selalu ada untuknya, saat ia sedang berbahagia ataupun bersedih.

"Aku yakin kau bisa menghadapi ini semua.. bertahanlah.. tinggal setahun lagi kita bersekolah di tempat itu.. setelah lulus sekolah menengah pertama.. kita cari sekolah lain yang bebas dari mereka.." Ucap Mingyu lagi.

"Aku menyayangimu, Wonwoo.." Lanjutnya.

"Mingyu.. terimakasih.." Balas Wonwoo dengan nada suara yang bergetar.

Setelahnya, mereka berpelukan lama. Mingyu merengkuhnya dalam pelukan erat. Wonwoo kembali membenamkan wajahnya di dada Mingyu. Menghabiskan waktu mereka hanya berdua di tempat itu.

Honey CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang