Author
"Mbak Zahra!" panggilan itu membuat Zahra terlonjak dari duduknya dan hampir saja jatuh terjungkal.
"Astagfirullah Alisya, kamu buat mbak kaget aja lain kali jangan gitu lagi ya dek gak baik," nasehat Zahra.
"Maafin Alisya ya mbak, oh ya tuh mbak di cariin sama mbak Nanda, Alika, sama anak remaja masjid sebelah." Alisya menjelaskan tujuannya memanggil Zahra.
"Ya sudah kalau gitu mbak temuin dulu, kamu masuk gih bantuin bunda!" titah Zahra. Alisya segera masuk dan membiarkan Zahra menemui tamunya.
"Assalamualaikum, maaf menunggu lama," ucap Zahra ketika ia sampai di ruang tamu.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka secara bersamaan.
"Nah mbak Nafisya, mas Hafidz, dan mas Ibrahim. Perkenalkan ini Zahra yang kami ceritakan," ucap Nanda memperkenalkan.
Zahra membeku seketika ketika Nanda menyebutkan nama Hafidz dalam ucapannya. "Banyak nama Hafidz di dunia ini Zahra, jangan mudah berharap. Astagfirullah apa yang aku fikirkan?" batin Zahra.
"Saya Aisyah Prilly Azzahra, biasa dipanggil Zahra," ucap Zahra.
"Saya sudah tahu dan tidak perlu terlalu formal."
Deg!
Suara itu, suara yang membuat Zahra mematung seketika tubuhnya serasa kaku tidak bisa bergerak, ketika apa yang dia fikirkan benar adanya. Pemuda itu dia adalah Hafidz.
"Mas kenal dimana? Kok gak ngasih tahu Nafisya sih? Kan siapa tahu jodohnya mas," ucap gadis di sebelah Hafidz.
"Hush! Ada-ada saja kamu Sya," tegur Hafidz. Tanpa mereka ketahui Zahra mencoba untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. Sungguh ia benar-benar malu.
"Emm... ada apa sebenarnya Nan, Al?" tanya Zahra yang berusaha menutupi kegugupannya.
"Iya kan sampai lupa. Jadi biar mas Hafidz saja yang menjelaskan, silahkan mas," ujar Alika.
"Jadi begini Zahra. Remaja masjid kami ingin mengadakan buka bersama anak-anak jalanan sekaligus santunan, tapi kami kekurangan orang. Kalau Zahra dan teman-teman bisa kami ingin mengajak remaja masjid Baitul Hikmah," terang Hafidz.
"Terserah saja mas, bagaimana baiknya. Kalau memang anak yatim insya Allah kamu semuanya akan membantu semampu kami," jawab Zahra. Dan entah mengapa saat kata 'mas' keluar dari bibir Zahra, Hafidz seperti tersengat listrik beribu volt.
"Mas Hafidz! Mas!"
"Ah? Maaf kenapa Sya?" tanya Hafidz linglung.
"Mas kenapa? Kok lihatin mbak Zahra segitunya, gak baik mas," tegur Nafisya.
"Siapa yang lihatin Zahra coba, kamu tuh ngarang," sanggah Hafidz.
"Kalau memang Zahra setuju, jangan lupa besok datang 1 jam sebelum berbuka puasa di masjid Baitullah."
"Insya Allah Mas, diusahakan."
"Kalau begitu kami pamit, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Zahra, muka kamu kok merah?"
"Eh? Enggak kok," bantah Zahra.
"Masa kamu gak tahu sih Nan, dia kan malu." Alika cekikikan karena berhasil membuat Zahra semakin malu.
"Udah-udah kalian jangan godain dong."
"Iya. Udah ya aku sama Alika pulang duluan, Assalamualaikum," pamit Nanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/109261492-288-k527946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Malam Lailatul Qadar [Hiatus Sementara]
SpiritualLailatul Qadar, malam 1000 kebaikan yang paling ditunggu umat Islam dalam bulan Ramadhan. Malam Lailatul Qadar juga akan menjadi saksi bisu cinta seorang Rashiqul Ali AlHafidz yang mencintai dan memuja tambatan hatinya hanya karena Allah, Syakira Az...