Ramadhan

4K 271 38
                                    

-Puasa pertama-

Author

Sahurrr... sahurrr... sahurrr

Suara ketokan dan teriakan anak-anak komplek yang memberitahukan waktu sahur sudah tiba membuat gadis itu menggeliat karena merasa tidurnya terganggu.

"Jam berapa ini?" dia melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya.

"Astagfirullah! Udah jam setengah 4. Padahal kan imsak jam 4.02, udah pada bangun belum ya? Aku harus bangunin bunda," gadis itu buru-buru turun dari tempat tidurnya dan berjalan kearah kamar sang bunda, tetapi saat dia akan sampai di kamar bunda dia mend ngaruh suara dari arah dapur. Dengan penasaran dia langsung menghampiri suara itu dan yang ia lihat adalah kedua adiknya sedang sibuk di dapur.

"Alisya,Rafif," panggilnya. Alisya dan Rafif yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh.

"Mbak? Udah bangun?" gadis itu berjalan kearah Rafif yang duduk di meja sembari memotong bawang merah.

"Sudah, kenapa kalian ndak bangunin mbak? Kan mbak bisa bantu kalian," dia tersenyum sembari mengusap kepala Rafif.

"Mbak kan pulang kerja jam 9 malam pasti mengantuk, Alisya ndak tega mbak," Alisya berjalan kearah meja makan dengan membawa semangkuk sup.

"Yasudah mbak mau bangunin bunda sama ayah dulu ya," baru saja dia melangkah Rafif mencegah.

"Biar Rafif saja mbak."

"Duduk mbak, sambil nunggu mas manggil bunda sama ayah."

Gadis itu tersenyum, sungguh dia bangga memiliki adik seperti Alisya dan Rafif, bisa membantu pekerjaan rumah tangga dan meringankan pekerjaan sang bunda.

Syakira Azzahra Putri atau lebih sering dipanggil Zahra, gadis cantik yang terlahir di keluarga yang mencintai agama dengan sepenuh hati mereka. Memiliki 2 adik, pertama laki-laki dan kedua perempuan yang bernama Muhammad Rafif Akbar dan Abdillah Alisya Putri.

"Assalamualaikum," suara lembut dari arah belakang membuat Zahra dan Alisya menoleh, mereka tersenyum lembut.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka berdua bersamaan.

"Aduh ada apa nih? Anak ayah kok rajin banget?" tanya Ryan sang ayah.

"Gak ada apa-apa yah, emang kalau Lisya dan mas Rafif masak ndak boleh?" Ryan tersenyum dan mendekap anak bungsunya itu pada pelukannya.

"Ya boleh dong malah bagus, karena kewajiban perempuan adalah mengurus rumah tangga dan melayani suaminya, termasuk memasak. Tapi ingat kalau suami kamu kelak menyuruh yang negatif jangan pernah di turuti ya Lisya," nasehat Ryan.

"Ayahhhhh... Lisya masih kecil yah, masih 14 tahun masa ayah sudah minta Lisya menikah," rengekan Lisya dibalas gelak tawa dari seluruh keluarganya.

"Yasudah kalau Lisya masih kecil, kak Zahra saja yang menikah," Ryan tersenyum menggoda kearah Zahra, sedangkan Zahra hanya tersenyum. Dia sudah sering mendapatkan godaan seperti ini, tak menampik walaupun umurnya masih 21 tahun tetapi kedua orang tuanya sudah meminta dia untuk menikah.

"Ayah, Zahra masih 21 tahun, masih muda yah," Zahra menegur ayahnya dengan nada lembut.

"Ndak ada salahnya to Ndok?"

"Iya deh Zahra ikut ayah saja, tapi ingat yah Zahra ingin pilihan Zahra sendiri," Zahra sedikit menegaskan kalau tidak pasti kedua orang tuanya akan menjodohkannya.

"Iya itu terserah Zahra saja," ucap Ryan pasrah.

"Ini kenapa pada ngobrol jadinya? Waktunya mendekati imsak loh, masih pada mau ngobrol?" suara lembut Anita, sang bunda menginterupsi.

Cinta di Malam Lailatul Qadar [Hiatus Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang