"Cinta sejati, Lahir karena Allah. Lahir setelah pernikahan."
***
Zahra duduk di tepi ranjangnya. Dia membaca sebuah artikel dari majalah islam ditangannya. Disitu terdapat penjelasan tentang Cinta yang menarik perhatian Zahra. Zahra membenarkan posisi duduknya dan mulai membaca.
Cinta (Al- Hubb). Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga.
Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka manusia mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian ; wanita dan wangi¬-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat”
( HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi)
Zahra menutup artikel itu lalu memandang kosong kamarnya. Zahra memegang dadanya. Selalu berdegub kencang saat berpikir tentang Hafidz. Zahra memejamkan matanya.Setiap mengingat Hafidz ia selalu tersenyum sendiri. Saat tidak sengaja menatap Hafidz ia selalu berdebar. Saat mendengar suara Hafidz ia selalu gugup. Tapi Zahra tidak mau berharap lebih. Cinta hadir setelah pernikahan. Seperti yang sudah dia baca. Tidak ada cinta, maka tidak pernikahan.
Meskipun ia sudah akan di khitbah. Zahra menyerahkan semua pada Allah. Karena hanya pada Allah lah kita berharap.
Allah yang memberi rasa, Allah yang memberi cinta. Dan jika Zahra mencintai Hafidz itu memang harus jika Hafidz menjadi suaminya.
Jantung Zahra kembali berdebar. Mengingat beberapa hari lagi Hafidz akan datang mengkhitbahnya atau meminangnya.
Zahra sudah siap dengan semua itu. Menurutnya, pernikahannya ini sangat istimewa. Dia akan menikah di bulan ramadhan. Dan semoga Allah meridhoi pernikahan mereka.
***
"Mbak!" Derap langkah kaki itu membuat Zahra segera membuka pintu kamarnya.
"Atur nafas dulu Raf." Rafif menarik nafas mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdegup.
"Kenapa sih?" tanya Zahra heran.
"Di bawah ada mas Hafidz mbak." Kontan saja Zahra membulatkan matanya.
"Hafidz?" Zahra menggumam.
"Iya. Udah sana temuin, lagi di bawah sama Ayah." Zahra melangkah kearah tangga dan menjejaki satu-persatu anak tangga.
"Ayah," panggilnya, Ryan langsung menengok kearahnya diikuti oleh Hafidz.
•••
Hafidz.
Ya Allah, hanya dengan mendengarkan suaranya saja membuat jantungku berdetak kencang dari biasanya. Kalau memang dia jodohku dekatkanlah dia padaku. Zahra bersiaplah aku akan segera mengkhitbah dirimu.
"Ra, kalau boleh tanya. Apakah kamu siap jika nantinya akan aku khitbah?" Saat ini aku, Zahra, dan Rafif sedang berjalan santai di taman. Aku sengaja mengajak Rafif agar tidak timbul fitnah.
"Insyaallah, jika itu yang terbaik dari Allah aku siap," jawabnya dengan pipi yang merona. Sungguh menggemaskan.
Semenjak bertemu dengan Zahra memang hari-hari ku sedikit berubah, entahlah Allah mendatangkan rasa itu dengan sendirinya tapi aku tidak ingin terlalu jauh terjerumus dalam rasa itu. Aku ingat bahwa belum tentu Zahra sama denganku.
"Maaf Ra, kalau boleh mas tanya. Apa rasa dari Allah sudah ada dalam hati Zahra?" Apa yang salah dari pertanyaanku? Zahra semakin menunduk malu.
"Kalau yang tentang itu Zahra belum bisa jawab mas, kita belum mahram. Mungkin nanti setelah ijab mas ucapkan Zahra akan menjawab semua pertanyaan mas." Aku tersenyum, dalam hati aku semakin yakin untuk mengkhitbah dirinya. Aku tidak akan menunda lagi.
Aku merasa yakin jika Zahra adalah pasanganku, Zahra adalah tulang rusukku yang diambil oleh Allah, seperti firman-nya.
سُبْحٰنَ الَّذِى خَلَقَ الْأَزْوٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
[QS. Ya Sin: Ayat 36]•••
Author
Hafidz membolak-balikkan halaman buku yang ia baca, entah apakah itu dibaca olehnya atau malah dia sibuk memikirkan Zahra. Wanita yang akan di khitbahnya beberapa hari lagi.
"Senyum-senyum sendiri gila lama-lama kamu Fidz," tegur Umi pada Hafidz.
"Pasti ndak akan jauh-jauh dari mikirin mbak Zahra tuh Mi," sahut Nafisyah dan duduk di sebelah Hafidz.
"Emang kata siapa? Sok tahu kamu." Hafidz mengacak-acak rambut Nafisyah membuat sang adik merenggut.
"Hafidz gak baik mikirin Zahra, dia belum muhrim kamu. Hati-hati dosa," nasehat Raka.
"Gak kok Yah."
"Jadi bagaimana bang? Apa kamu sudah mantap untuk meminang Zahra?"
"Insyaallah Hafidz sangat mantap Yah, Hafidz tidak bisa menyembunyikan anugerah rasa dari Allah ini Yah." Raka tersenyum bangga ketika melihat kesungguhan di mata Hafidz.
"Baiklah, Ayah akan mempersiapkan segalanya."
Rasa dari Allah yang dimiliki oleh Hafidz akan membuat dirinya bersatu untuk selamanya bersama gadis pujaan hatinya, Zahra. Meminang Zahra adalah impian Hafidz sejak dirinya pertama kali bertemu dengan gadis itu.
•••
Lian's Note:
Daku tahu kok, ini flat and gak seru😞. Maafkan Daku, lagi sibuk banget sama sekolah. Pulang jam 2 terus tidur,sore sampai malam belajar, jam 9 tidur jam 6 berangkat. Unchhh banget kan? Hehehehe maklum kelas 9 lagi sibuk. Kalau sempat pasti next kok gak usah di tagih.
Vote and Comment Don't Forget
Ayat: * Via Al-Qur'an Indonesia: http://goo.gl/abm6jp
![](https://img.wattpad.com/cover/109261492-288-k527946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Malam Lailatul Qadar [Hiatus Sementara]
SpiritualLailatul Qadar, malam 1000 kebaikan yang paling ditunggu umat Islam dalam bulan Ramadhan. Malam Lailatul Qadar juga akan menjadi saksi bisu cinta seorang Rashiqul Ali AlHafidz yang mencintai dan memuja tambatan hatinya hanya karena Allah, Syakira Az...