"Apa itu seorang Teman? Teman adalah bahan yang paling penting dalam resep kehidupan ini"
Bella Sinta
Hari kedua MOS di laksanakan. Jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul enam pagi. Hari ini aku sudah siap untuk berangkat sekolah dan Kali ini aku tidak akan terlambat lagi. Tujuanku sekarang adalah menuju halte. Sampai disana aku duduk di kursi yang telah sediakan sambil menunggu bus datang. Tak menunggu lama bus pun datang, aku pun masuk dan mengambil kursi kosong di dekat jendela. Agar tak bosan aku mengambil earphone dari dalam tasku menyumpalnya di telinga dan menyalakan musik sambil menikmati pemandangan dari luar jendela. Udara pagi terasa menusuk di indera penciumanku.Tak selang lama bus berhenti di halte berikutnya. Tampaknya sudah banyak orang yang menunggu di halte ini. Mereka berdesakkan untuk masuk ke dalam bus. Sementara itu kurasakan kursi di sebelahku di tempati seseorang. Tak penasaran aku tetap memandang keluar jendela.
"Ehem..."suara itu berasal dari seseorang di sampingku. Tak berminat dengan suara di samping,aku tetap menatap ke luar. Kemudian terdengar lagi suara tersebut hingga tiga kali berturut-turut. Mungkin karena tidak mendapat perhatianku akhinya ia berbicara."Hai!.." ucap seseorang yang membuatku menoleh ke samping. Nampak seorang remaja laki-laki dengan kulit kuning langsat, tubuh yang cukup lumayan tinggi dan matanya yang sipit. Kaya oppa di korea.
"Kayaknya kita satu sekolah. Gue Zein."ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku.
"Apa maksudnya ini?" tanyaku melirik tangannya.
"Ya elah pake nanya lagi. Maksudnya gue ngajak lo kenalan. Oke kenalin gue Chaerul Zeinal. Panggil Zein, pake huruf Z jangan j. Kalo lo mau panggil ganteng juga boleh kok."
Ucapnya sambil tersenyum manis yang membuat orang yang melihatnya bisa terkena diabetes.
Seketika tawaku muncul. Dan detik kemudian zein terlihat cemberut. "Lo kenapa ketawa sih? Emang apa yang lucu. Nama gue aneh ya?""Ngga kok. Lo yang lucu. Oke gue Bella. Salam kenal Zein."jawabku menerima uluran tangannya.
"Salam kenal juga, Bella. Eh,,,bukannya lo yang kemaren ngelawan kakak osis itu ya?"
"Lo kalo kemaren liat gue, ngapain tanya kayaknya kita satu sekolahan."
"Ya itu buat basa-basi aja" jawabnya yang membuatku bingung.
"Maksudnya..?" tanyaku kemudian
"Lo itu emang ngga tau apa pura-pura ngga tau sih? Maksudnya Masa kita baru aja kenal gue tiba-tiba curhat sama lo. Ya gue ngomong gitu buat basa-basi supaya lo gak mikir gue SKSD sama lo." jelasnya
"Oh.." kataku spontan sambil menganggukkan kepala.
"Cuma.. Oh?"tanya zein
''Ya terus gue harus ngomong apa? Masa gue harus curhat sama lo, nanti lo mikir sksd lagi" jawabku Copas kata-katanya.
Ekspresi zein berubah datar. "Iyain aja deh. Lo emang dasar nyebelin."
--BdK--
"Sekarang kumpulin perlengkapan kalian yang kemaren kakak suruh bawa." perintah kakak-kakak osis.
"Duh,, mana ya buku sama pulpennya. Masa iya ketinggalan." gumamku sambil mengobrak-abrik isi ranselku.
"Heh kamu,, mana perlengkapan yang mau di kumpulin"ujar seseorang yang tanpa menengok pun aku sudah tau siapa dia dari suaranya. Dia lagi.
"Eumm... Kayaknya gak ke bawa deh kak." kataku sopan namun pandanganku tetap mencari sesuatu di dalam isi ranselku.
"Apa maksudnya gak ke bawa?" tanyanya kemudian
"Ya ketinggalan lah. Kakak gimana sih." jawabku malas. Detik itu juga tanganku dicekal, dan refleks aku menoleh ke arahnya.
"Ih,, apa sih pegang-pegang. Mau modus ya" ucapku berusaha melepaskan tanganku dari cekalannya. Namun sekeras apapun tetap tidak bisa karena tenaganya lebih besar dariku.
"GR amat jadi orang. Heh,,cewe rese kalo ngomong sama orang itu tatap mukanya. Terus karna lo ngga bawa perlengkapan yang gue suruh bawa sekarang lo gue hukum bersihin halaman belakang. Sekarang Juga!!" perintahnya tanpa mau melepaskan tanganku. Ia juga membawa ku paksa entah akan menuju kemana.
Sampailah di sebuah taman yang indah, namun banyak sekali daun-daum kering dan sampah berserakan. Ia pun melepaskan cekalan tangannya. Aku mendengus melihat warna merah di pergelangan tanganku. Sebelum aku akan memarahinya, ia memotong "Lo liat sendiri sampah berserakan di mana-mana. Sekarang bersihin sekarang juga!"
"Gak mau. Lagian aku bukan tukang kebun sekolah ini. Enak aja nyuruh bersihin semua ini." tolakku sambil menahan perih di pergelangan tanganku. Udah galak, kasar juga ternyata.gumamku
"Apa lo bilang?"serunya mendelik tajam
"Ga ada."
"Udah.. Gue gak mau bantahan lagi dari lo. Gak ada alesan. Sekarang juga cepet sapu tuh sampah sampe bersih."
Dengan sangat berat hati aku melaksanakan hukumanku. Aku mengambil sapu lidi yang tergeletak di bangku dan mulai menyapu. Sampai setengah jam aku hampir menyelesaikan hukumanku, aku merasa lelah. Lengket . Keringat mulai membasahi seluruh badanku. Ku tengok kepalaku mencari cowo galak yang sedari tadi mengawasiku. Namun nihil. Senyumku mengembang, ku geletakkan sapu lidi tersebut dan duduk di bangku sambil istirahat. Tanganku bergerak membuka resleting tas dan mengambil botol yang berisi air minuman.
"Dor..." seru seseorang membuatku kaget hingga tersedak.
"Uhuk..uhuk... Heh,, mau bikin saya mati ya!" teriakku kemudian dan menoleh kebelakang mencari tau siapa yang sudah melakukan ini.
"Maaf gue gak sengaja bikin lo keselek minum. Sekarang Lo udah baikan?" ucap seorang cowok yang tidak ku kenal.
"Lo siapa?" tanyaku penasaran.
"Lo gak tau gue? Gue ini udah terkenal di mana-mana tau."jawabnya sambil duduk di sampingku.
"Gue Danial Arleniko, wakil ketua osis disini. Gue di suruh Ratzel kesini untuk ngawasin lo" tambahnya kemudian.
"Siapa lagi itu Ratzel?"
"Lo bener-bener gak tau apa? Dia itu yang udah bawa lo kesini."
"Oh jadi cowo galak plus kasar itu namanya Ratzel. Aku kira gak punya nama. Terus sekarang kakak mau marah-marah sama saya karna belum nyelesein hukuman."
"Gak kok. Emang sih tadi Ratzel nyuruh gue kesini buat ngawasin lo, tapi kayaknya gue lebih suka bantuin cewe cantik yang kecapean nih."
"Ya elah bang, saya mah kagak mempan ama gombalan receh. Tapi ini beneran mau bantuin?" pintaku
"Apasih yang ngga buat adek" jawabnya sambil mengerlingkan sebelah matany kepadaku
"Ya udah jangan ngomong doang kak. Cepet bantuin sapu tuh sampah. Udah tinggal dikit ikih" ucapku lalu mendorong bahunya untuk segera menyelesaikan hukumanku.
--BdK--
Gimana chapter ini? Jangan lupa vomment nya..
Makasih yang udah mau baca ceritaku..Sekian dari saya

KAMU SEDANG MEMBACA
BESI Dan KARAT
Teen Fiction"Kalo cuma main-main jangan sama gue, karena gue bukan boneka. Kalo lo main boneka berarti lo banci " ~Bella Sinta "Gue ga akan pernah main-main sama yang namanya perasaan. Lo nya aja yang terlalu baper, sampe sedikit perhatian dari gue lo anggap it...