"Hidup itu kadang bahagia kadang sakit. Sakitnya itu kalo ada orang yang menghina orang yang kamu sayang di depan kamu sendiri"
Ratzelian Ruslan
Semua peserta didik sudah berkumpul di lapangan. Seluruh panitia osis berkumpul membahas pembagian kelompok. Satu kelompok terdiri dari enam anak dengan di dampingi satu panitia osis sebagai ketuanya. Aku pun menyiapkan barisan dan mengistirahatkan para peserta didik.
Tiba-tiba salah satu panitia osis datang menghampiriku "Zel, ini kelompok mau dibagi sekarang?"
"Iya lah. Mana nama-nama kelompoknya, sini biar gue yang baca." Ia pun menyodorkan selembar kertas berisi nama-nama kelompok beserta anggotanya. Aku mulai membaca satu persatu kelompok. Nama kelompok di ambil dari nama batik misalnya kelompok batik kawung, parang dll.
"Selanjutnya kelompok batik mega mendung, dengan ketuanya gue sendiri. Pesertanya Anissa Diane Putri, Neina Arsyilla, Chaerul Zeinal, Moh. Faqihuddin, Vivi Liana Aruni dan terakhir Bella Sinta. Untuk semua peserta didik di harapkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Di mohon untuk kelompok batik mega mendung untuk berkumpul di depan koridor guru."ucapku. Setelah membacakan itu aku melangkah ke depan koridor guru berkumpul dengan anggota kelompok.
Aku menghitung jumlah siswa kelompokku namun sepertinya kurang satu anak.
"Bukannya ada enam anak, kenapa baru ada lima? Mana satu anak lagi!" kataku marah.Semuanya diam menunduk. Aku membaca kembali nama peserta kelompok. Mataku memicing menemukan satu nama yang tidak hadir. "Bella Sinta..., ada yang tau dia?"tanyaku sejurus kemudian
Sebuah tangan terangkat, pandanganku teralihkan. Terlihat seorang cowo yang mengangkat tangan. Sebelah alisku terangkat "Kamu tau Bella Sinta?"
"Iya kak. Bukannya dia yang tadi dihukum sama kakak?"
Otakku berpikir keras dan seketika memoriku berputar mengulang kejadian tadi pagi ketika aku menghukum si cewe menyebalkan itu. Jadi cewe rese itu namanya Bella. Kirain ga punya nama dia.
Detik kemudian aku berjalan melangkah menuju halaman belakang.
Mataku menelisir setiap sudut tempat ini dan berharap menemukannya. Tak butuh waktu lama kulihat dia yang ku cari ada disana tentu bersama orang lain. Aku mendengus pelan. "Dasar kampret. Di suruh ngawasin tuh cewek malah ikut bantu bersihin."
Aku bergerak mendekati sepasang manusia yang sedang menyapu sambil bercanda tawa. "Heh Kutu air! Kenapa lo malah nyapu ogeb! Gue bilang kan suruh ngawasin itu bocah. Kalo ini bocah ngga ngerjain tugasnya, ya harusnya lo marahin dia kek, bukannya malah ngeringanin hukuman dia kayak gini." kesalku sekaligus marah pada sahabatku Dallen.
Aktivitas mereka terhenti mendengar ocehanku. Aku menatap tajam Dallen namun ia malah tersenyum geli.
"Ya elah zel, dateng-dateng ucapin salam dulu kek. Ini mah baru juga dateng udah marah-marah ga jelas banget kaya emak ngomelin anaknya." sahutnya santai sembari meletakkan sapu lidi ke bawah."Berisik lo. Sekarang Kalo kalian udah selesai cepet balik ke lapangan. Terutama lo cewe rese. Di kasih hukuman malah nyuruh Dallen ikut bersihin juga. Kagak bisa nyapu apa?"nyiyirku memasang tampang mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BESI Dan KARAT
Novela Juvenil"Kalo cuma main-main jangan sama gue, karena gue bukan boneka. Kalo lo main boneka berarti lo banci " ~Bella Sinta "Gue ga akan pernah main-main sama yang namanya perasaan. Lo nya aja yang terlalu baper, sampe sedikit perhatian dari gue lo anggap it...