Perhatian

26 4 1
                                    


"Hanya Melihat mu tersenyum membuat hatiku menghangat"

Bella Sinta


Setelah kepergian cowo galak itu, Kak Dallen masih berada di sampingku. "Udah ya, lo jangan nangis lagi. Sahabat gue itu emang orangnya kayak gitu. Ia emang hobinya selalu marah-marah dan bikin orang tersinggung sama ucapannya. Kalo lo nangis terus nanti cantiknya ilang lho. Kalo lo mau diem nanti gue beliin apa aja deh yang lo mau, asal jangan sampe bikin dompet gue kering." ucap kak Dallen yang masih saja menghiburku. Mendengar kata terakhirnya seketika tangisku terhenti.

"Beneran nih mau di beliin?" tanganku tergerak untuk mengelap bekas air mata di pipiku

"Iyee,, asal lo jangan nangis lagi. Senyum dong" Kak dallen menunjukkan senyum manisnya. Aku pun mengikuti apa yang dia lakukan. Setelah itu Ia mengacak-acak rambutku, menghapus jejak air mata di pipiku. Kurasa gelenyar aneh merambat di pipiku. Jangan baper Bella. Biasanya juga lo cuek bebek. Pikirku
"Emang lo mau di beliin apa?" tiba-tiba ia bertanya kemudian.

"Euummm... apa yah..."

"Etdah kayak gitu aja mikirnya lama amat neng"

"Permen satu aja deh. Tapi yang Milkita kak." jawabku setelah berpikir panjang

Seketika tawanya meledak. Kak Dallen terus tertawa terbahak-bahak sampai-sampai ia memegang perutnya. Aku yang melihatnya hanya kebingungan lantaran menurutku tidak ada yang lucu. "Aduh perut gue sakit." ucapnya sembari memegang perutnya.

"Lah kakak sendiri yang ketawa2 ngga jelas." aku hanya menghela napas melihatnya yang terus tertawa tanpa sebab.

"Gara-gara lo nih." Ia kemudian menyalahkannku atas kesalahan apa yang tidak ku mengerti.

"Kok jadi aku sih" jawabku kesal setelah ia menyalahkanku.

"Lo mikir lama banget ibarat perjalanan dari jakarta ke bandung, tapi setelah lo pikir panjang lo cuma minta permen. Satu lagi." Kak Dallen menjelaskannya setelah tawanya surut. Mendengar penjelasannya aku hanya menganggukkan kepala. Cuma kayak gitu aja ketawa.Dengusku dalam hati

"Menurut gue, lo itu cewe aneh. Cewe lain mah kalo di tawarin mau di beliin apa aja mereka pasti akan jawab es krim, coklat, minta traktir makanan atau bisa juga minta di beliin Novel. Lah elo cuma minta permen satu." sambungnya kemudian.

Aku cemberut mendengar ia mengatakanku cewe aneh. Melihat ekspresiku berubah ia segera meminta maaf padaku. "Maaf, gimana pun kelakuan lo, lo tetep cantik kok. Malah kalo lo cemberut kayak gini keliatan banget cantiknya."

Sedetik kemudian pipiku memanas mendengar gombalannya. "Apaan sih... gombal."

"Cie yang pipinya merah kayak tomat. Katanya kagak mempan sama gombalan neng. Tapi ini pipinya merah habis gue gombalin" ujarnya sambil mencolek pipiku.

"Udah deh kak. Aku mau ke lapangan dulu. Nanti kalo kelamaan di sini bisa kena marah lagi." kataku mengalihkan pembicaraan.

"Ya udah kita bareng"

"Ngga deh, kakak duluan aja aku mau ke toilet dulu." tolakku dengan lembut

"Iya, jangan lupa cuci muka lo yang kucel. Hapus ingusnya juga neng." kak dallen tersenyum hampir menertawakanku.

"Enak aja, ga ada ingusnya yee" sanggahku cepat

--BdK--

2 menit telah berlalu. Kini aku sedang berada di toilet untuk membasuh wajahku. Di balik cermin dapat ku lihat mata yang sembab, hidung memerah, wajahnya yang lecek kaya pakaian yang belum di setrika. Selanjutnya ku nyalakan kran air, mengambil air dengan tanganku dan membasuhnya ke wajahku. Setelah aktivitasku selesai, aku beranjak keluar toilet. Tak ku sangka seseorang mengikutiku kesini, ia sibuk berkutat dengan ponselnya sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BESI Dan KARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang