Nenek

137 3 0
                                    

Aku tak tahu apa yang sebenarnya kau rasakan. Tapi, aku ingin menceritakan apa yang aku lihat.

Sudah dua tahun berlalu, dengan tiap jam, menit, bahkan detik seakan menggerogoti seluruh dagingmu. Kulit, tulang, dan sedikit daging masih tersisa menampilkan dirimu yang terlihat semakin menua.

Barangkali semua orang melihat hal yang sama atau lebih daripada yang aku lihat. Ya, ini tak seberapa. Tapi aku hanya bercerita, begitulah.

"Sudah dapat gaji? Kalau sudah, beli baygon. Gua capek lah."

Sebagai orang yang mendengar, aku dan sebagian orang hanya bisa tersenyum atau tertawa. Hah, aku tak mengerti seberapa inginnya ia mengakhiri hidup. Seberapa berat hidupnya? Seberapa sakit penyakitnya?

Yang aku tanyakan bukan rasa sedih yang ia rasakan dalam kurun waktu dua tahun ini, tapi semasa hidupnya! Hidupnya yang sudah 90 tahun. Yang telah menjajal tanah, air, udara, matahari, segalanya yang ada di bumi.

Adakah yang salah ketika ia mengeluh?

Jangan dijawab. Kalau salah, bisa jadi kau menyakiti hatinya.

Orangtua yang mengalami gangguan pendengaran, yang tak bisa mendengar dalam jarak yang bahkan dekat. Seringkali membuat kita mengatakannya berulang-ulang, tepat di lubang telinganya. Mungkin hatinya sedih, ketika ia hanya bisa mendengar suara yang tak jelas berseliweran kesana-kemari di telinga tanpa ia benar-benar dengar. Ia jadi kesal sendiri, kadang.

Ketika ia bersiap mengenakan pakaian bersih setelah mandi, aku melihat tulang-tulang panggul yang malah kelihatan mencuat. Oh, seperti inikah tulang manusia tanpa daging. Alih-alih film atau video dewasa menunjukkan keindahan panggul wanita, aku semakin menarik sudut bibir. Semoga mereka tak lupa saat tua nanti akan begini juga. Kecantikan nyatanya benar-benar luntur seiring waktu berjalan.

Tahun berganti tahun. Apakah nenek merasa terkurung di dunia ini? Sehingga mati adalah kunci membebaskanmu saat ini?

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang