Adam Side. ( 1 )

433 28 14
                                    

“Aku tidak terima segala bentuk pengkhianatan. Jadi aku harap kamu paham atas alasanku menolak kamu selama ini.”

“Tidak sedikit pun?” balas Adam berniat menggoda.

Namun hal itu ditanggapi serius oleh laki-laki manis yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Abigail seketika memasang wajah serius, dengan bibir merengut dan alis yang hampir bertabrakan serta kedua mata bulat yang kini tengah menatap tajam padanya. Bukannya terlihat menakutkan, laki-laki manis di hadapannya ini malah terlihat begitu menggemaskan. Adam mati-matian menahan keinginan untuk menggigit pipi gembil yang kini tengah menggembung karena menahan kesal.

“Ya sudah kalau mau main-main, silahkan saja. Tapi bukan denganku,” rajuk Abigail sambil bersiap untuk pergi. Yang dengan cepat ditahan oleh Adam dengan menarik lengan kurus itu hingga tersentak dan berbalik menghantam pelan dadanya. Sebuah kekehan meluncur dari bibir Adam yang sudah tak bisa lagi menahan kegemasannya terhadap sosok di dekapannya saat ini.

“Aku tadi hanya bercanda. Astaga, kau itu cemburuan sekali ya,”
“Aku tidak cemburuan! Itu namanya tegas! Sebelum kita memulai apapun dan terluka karena ketidak jelasan. Lebih baik dipastikan sejak sekarang!” balas Abigail terdengar kesal, namun tak sedikit pun ia beranjak dari dekapan laki-laki yang bertubuh lebih besar darinya ini. Setidaknya bila Adam berubah pikiran, masih ada kehangatan pelukan ini untuk dikenang.

“Iya, iya. Aku janji. Mana mungkin aku akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan? Baiklah. Kalau begitu, kita sudah resmi pacaran?” balas Adam sambil memberi jarak dalam pelukannya. Abigaik hanya mengangguk malu-malu dengan semburat merah jambu menghiasi pipi gembilnya.

Adam tak bisa menahan gemas untuk tidak melayangkan sebuah kecupan di pipi tersebut. Adam bahkan sudah berancang-ancang untuk menggigit pipi tersebut andaikan Abigail tidak mencubit perutnya, membatalkan niatan tersebut. Bukan karena tidak mau, melainkan karena meyadari kehadiran seseorang selain mereka berdua di rooftop sekolah.

“Eugene?” panggil Abigail dengan wajah berseri-seri. Eugene melemparkan senyum pada makhluk manis berjenis kelamin sama dengannya itu, berjalan pelan berusaha menetralkan sesuatu yang memberontak di dalam dadanya ketika matanya menangkap dua tangan yang saling bertaut itu. Dan binar-binar kebahagiaan itu. Tidak. Eugene menguatkan dirinya sendiri, mengingatkan dirinya pada tujuannya mencari Abigail hingga ke rooftop seperti ini.

“Miss Anne mencarimu. Kau diminta segera ke ruangannya,” ujar  Eugene sambil melemparkan senyum tipis nan singkat pada Adam yang sejak tadi tak menanggapi kehadirannya sama sekali. Tatapan laki-laki anggota klub basket itu hanya tertuju pada sosok manis di sampingnya yang kali ini tengah menepuk pelan keningnya sendiri.

“Ah, ya! Aku lupa harus menyerahkan tugasku. Adam, aku duluan ya!”

Eugene tak ambil pusing dengan obrolan basa-basi penuh kalimat lovey dovey menggelikan dari dua orang di belakangnya. Ia lebih memilih untuk hengkang terlebih dahulu. Menetralkan perasaannya yang tidak enak sejak beberapa menit lalu, tepatnya sejak ia menangkap bayangan dua laki-laki itu berpelukan.

Adam melepas kekasihnya dengan senyuman. Sambil terus memikirkan laki-laki pendiam yang dipanggil Eugene tadi. Laki-laki itu tak banyak bicar dan lebih banyak bertindak. Abigail dan Eugene sudah berteman sejak mereka sama-sama ditempatkan di kelas sepuluh. Abigail yang ceria dan suka berbicara, entah bagaimana caranya justu menjadi dekat dan akrab dengan Eugene yang irit bicara itu.

Adam baru menyadari perasaannya pada adik kelasnya itu ketika ia beranjak naik ke kelas dua belas SMA dan Abigail sendiri di kelas sebelas. Merasa tak punya cukup banyak waktu, Adam memberanikan diri untuk menembak sang adik kelas tanpa menunggu lama seperti pasangan pada umumnya yang butuh banyak waktu untuk pendekatan. Tidak, Adam juga bukan tipe orang yang sabar seperti itu. Dan saat ini ia sedikit merasakan sebuah perasaan seperti Abigail yang seakan-akan bukan sepenuhnya miliknya.

A Simple ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang