Fourteen.

81 6 0
                                    

Happy Reading guys!!

Sider dilarang masuk❌

***

"Akhirnya​ gua jadi anak putih abu-abu!!!"

Aku mendelik kesal.

Dasar Julian tidak tau malu. Norak!

Exited itu tidak masalah. Aku pun tidak kalah senang menjadi anak putih abu-abu. Tapi Julian itu berlebihan.

"Lu ngapa si? Cemberut mulu dari tadi."

Aku menoleh ke arahnya dengan wajah kesal.

"Gua malu. Lu tu dari tadi ga bisa diem. Ngoceh mulu. Teriak-teriak ga jelas."

"Yaelah Ra, kan gua seneng. Wajar kali."

"Ck senengnya mah wajar, tingkah lu itu yang ga wajar."

Dia menatap lurus ke depan.

Aku yakin dia tidak mendengar ku bicara. Menyebalkan!

"Udah mana tu cewek-cewek ngeliatin lu kayak baru keluar dari goa."

"Maksudnya?"

"Ya mereka baru keluar goa, baru liat ada spesies cowok di dunia ini. Matanya ga kedip. Iihhh!"

"Cemburu mah bilang aja neng!"

"Dih ngapain amat. Emang situ siapa?"

"Tapi dari tadi juga si Afkar diliatin ampe gitu. Berarti cemburu nya ke Afkar. Keselnya ama cewek-cewek yang ngeliatin Afkar. Pake gua dijadiin alesan."

"Enggak. Gua emang serius ngomongin lu."

Hening

"Belom baek juga lu ama dia?"

Aku menggeleng

"Yaelah Ra. Ini udah berapa lama?? Diambil orang baru tau rasa lu!"

"Doa lu jelek!"

"Lah lagian. Orang tu punya cowok dijagain, biar ga dipepet cewek laen. Mau setia gimana juga, kalo cewek-cewek udah godain juga bakal terkikis noh setia nya."

Kenapa aku tidak berpikir kesana? Hhhhhh

"Terus gua harus gimana?"

"Ya ngomong lah ke dia. Mau lu salah apa enggak, minta maaf duluan ga ada salahnya."

Aku mengangguk

"Gua cuma nunggu kabar baik," ujar Julian sebelum benar-benar berlalu

Semoga memang kabar baik.

Jujur saja, sejak....entah kapan, aku sendiripun sudah lupa, terakhir aku dan Afkar bisa berbicara dengan normal, tanpa penekanan di tiap kata, tanpa emosi yang memuncak, tanpa nada-nada yang menjengkelkan ditelinga ku.

Rasanya sudah sangat lama.

Atau memang benar-benar sudah lama aku dan dia tidak berhubungan baik.

***

"Af, gua mau ngomong."

Dia menoleh dan merangkul ku

"Gitu dong. Dari kemaren-kemaren kek. Jangan ngambekan mulu."

Aku menghela napas.

Selalu saja dia menyalahkan ku. Padahal kalau dia bersikap biasa saja—tidak menyebalkan, aku pun tidak akan marah padanya.

"Gimana rasanya jadi anak putih abu-abu? Menyenangkan?"

Aku hanya mengangguk ragu.

Jujur ini jauh dari yang aku bayangkan. Aku saja berandai-andai kalau di masa ini hubungan ku dan Afkar akan selalu baik-baik saja karena kita akan selalu bertemu.

Senja Dan AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang