Kehilangan

49.8K 1.9K 68
                                    

Andin dilarikan kerumah sakit dengan kondisi yang sangat menghawatirkan. Darah yang keluar pun semakin banyak sehingga membuat kedua sahabatnya itu takut setengah mati.

Sesampainya dirumah sakit Andin segera dilarikan keruang UGD. Lala dan Citra sedari tadi tak berhenti berdoa untuk keselamatan sahabatnya dan juga calon ponakan barunya. Bahkan air mata masih saja membasai pipi kedua sahabat Andin itu.

Lain halnya denga Andin yang sedang berjuang melawan maut. Dilain tempat dengan waktu yang sama, Putra masih saja menangis dan menyesali perbuatanya. Andinya telah pergi, ia begitu banyak menyakiti hati dan perasaan wanita baik seperti Andin. Akankah ada maaf buatnya. Namun sekarang yang terpenting hanyalah ingin Andinya tetap berada disampingnya terus. Tak masalah jika Andin tak memaafkan berbuatanya. Ia hanya ingin wanitanya itu tidak pergi. Wanitaya? Akankah masih pantas ia menyebut Andin sebagai wanitanya setelah apa yang ia lakukan.

Putra masih meratapi kesalahanya itu. Namun tiba-tiba saja ada yang membuka pintu ruang kerjanya dengan cara yang tidak sopan. Disana terlihat sang sekertaris dengan wajah khawatirnya. Putra pun langsung menghapus air mata yang masih saja mengalir dipipinya itu.

"Ada apa Ra ?"

"Bapak itu..."

"Itu apa. Jagan membuat saya bingung dengan ucapanmu."

"Ibu Andin dibawa kerumah sakit Bunda Mulia. Tadi beliau sempat pingsan dan kandunganya mengeluarkan banyak darah."

Putra yang mendengar pun seperti disambar petir. Kabar ini entah kenapa membuat hatinya tambah sangat sakit. Apakah ini karma buat dirinya atas perbuatan yang selama ini ia lakukan. Putra langsung berlari keluar dari ruanganya menuju parkiran mobil. Tanpa mempedulikan tatapan aneh para karyawanya
Putra tetap berlari. Bahkan dirinya sampai terjatuh, menabrak orang,  tanganya pun juga kegores entah kena barang apa yang sedang dibawa salah satu karyawanya dan menimbulkan luka. Namun luka itu tak ia permasalahkan. Yang ada difikiranya sekarang hanyalah tentang Andin Andin dan Andin.

Sesampainya diparkiran Rumah Sakit Putra pun segera berlari kearah ruang informasi berada. Namun sebelum sampai Putra melihat Citra dan Lala didepan ruang UGD. Tanpa berfikir panjang ia pun langsung menghampiri sahabat istrinya itu.

Putra melihat ada raut kekhawatiran dan kesedihan dimuka kedua sahabat istrinya itu.

"Bagaimana keadaan Andin."
Ucapan Putra pun mengagetkan kedua orang yang sedang dalam keadaan sedih itu.

"Kenap Bapak kesini hah. Mau buat Andin celaka lagi." kata Lala dengan wajah tak sukanya

"Aku kesini mau lihat keadaan istriku."

"Hah. Keadaan istri ? Masih pantaskah Andin Bapak sebut sebagai istri setelah apa yang Bapak lakukan selama ini keAndin ?."

"Kamu benar. Aku memang tidak pantas buat Andin, setelah apa yang aku lakukan ke dia. Tapi sekarang keadaanya berbeda. Andin didalam ruang UGD, dia lagi berusaha memperjuangkan anak kami. Anak aku dan Andin. Andin juga masih menjadi istri sahku."

"Bapak bilang anak siapa.? anak Bapak! Kalo memang itu anak Bapak,terus selama Andin dalam keadaan ngidam Bapak kemana saja. Oh saya lupa. Bapak kan lagi enak-enakan sama perempun jalang yang nggak tau diri itu. Asal Bapak tau aja. Selama Bapak pergi, Andin setiap malam telfon saya dan Citra hanya untuk menemaninya makan dan menemani tidur. Saya ingat waktu pertama kalinya Andin kerumah saya. Saat itu dia menelfon saya minta ditemenin makan nasi goreng yang memang sudah menjadi langganan kita bertiga. Saya saat itu sedang dirumah sendiri. Andin pun langsung menelfon Citra untuk bergabung bersama. Setelah selesai dia makan nasi goreng, Bapak tau apa yang dilakukan Andin setelahnya.?

I LOVE YOU CEO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang