Alarm pagi membangunkan seorang perempuan yang hari ini resmi menjadi senior di sekolahnya. Dia adalah Pradipta Ayu Anjani atau yang lebih dikenal dengan nama Jani. Perempuan itu berusaha untuk membuka matanya, sampai seorang perempuan yang umurnya sudah memasuki kepala empat datang memasuki kamarnya. Siapa lagi kalau bukan bundanya yang sudah merawat Jani dari kecil.
"Jani, bangun, sudah jam 6. Memang kamu gak sekolah?" suara Bundanya yang lembut langsung memasuki kuping Jani. Segera badannya keluar dari dalam selimut yang sedari tadi membungkus badannya itu.
"Yaampun, Bunda, kenapa enggak bangunin Jani daritadi sih?" Jani langsung menghambil handuk yang sudah ada di gantungan kamarnya, dan langsung memasuki kamar mandi meninggalkan Bundanya yang hanya geleng-geleng dengan sikap putrinya itu.
**
"Jani sarapannya kamu bawa aja ya, itu udah Bunda siapin di kotak bekel warna biru. Kasian itu si Adrian udah nunggu kamu"
Jani langsung menghampiri Bunda yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke bakery. Bunda Jani memiliki usaha kecil-kecilan untuk mengisi waktu luang, "Ayah kemana Bun? Udah berangkat?"
"Udah, tadi bareng sama Mas Arin.."
Jani langsung menggegam tangan bundanya dan pamit untuk pergi ke sekolah "Jani sekolah dulu ya, Bun, agar menjadi anak yang berbakti kepada nusa dan bangsa. Dadah Bunda!!"
Lagi, Bundanya hanya menggeleng dengan sikap putrinya itu. Jani langsung keluar dan di dapatinya Adrian sedang menghisap rokoknya.
"Woy, jangan ngerokok disini, mau digampar sama Bunda? Udah, ah, matiin ayo berangkat ke sekolah" Jani langsung duduk di jok belakang motor Adrian – Teman yang sudah ia kenal sejak masuk SMA Harapan Bangsa–
Adrian langsung mematikan rokok yang baru saja ia bakar lalu menginjaknya di tanah
"Eh, makanya kalo mandi tuh jangan kelamaan, kayak mau ketemu siapa aja sih?! Padahal juga ujung-ujungnya ketemu gue lagi gue lagi" omel Adrian sambil memutar kunci motornya
"Ya, ya, yaudah jalan aja kita udah telat! Ayo!"
Jani tidak menanggapi omongan Adrian lalu menepuk pundak cowok itu agar langsung mengendarai motornya ke sekolah. Mungkin hari ini, adalah hari keberuntungan mereka berdua. Karena mereka tiba 20 menit setalah bel berbunyi dan masih diperbolehkan untuk masuk sekolah dan tidak ada hukuman.
"Rejeki anak sholehah emang begini" kata Jani sambil menghampiri mading yang tertera nama-nama anak kelas 12 IPA dan IPS.
"Dri, lo aja dong yang liatin, badan gue kependekan dibanding mereka semua" Jani melihat orang-orang di depannya dan menyenggol temannya itu yang sedari tadi hanya mengikuti Jani.
Adrian langsung menyelip diantara keremunan orang-orang itu, dan jarinya mulai menelusuri daftar nama kelas 12 anak IPS. Iya, Jani dan Adrian berada di jurusan yang sama. Jarinya berhenti di 12 IPS 2 saat ia mendapati namanya dan Jani dalam satu kelas lagi. Dalam 3 tahun bersekolah di SMA Harapan Bangsa mereka sekalipun tidak pernah berpisah, ah, iya kecuali saat ujian karena nama Adrian berawal dari abjad awal dan Jani abjad akhir. Adrian keluar dari kerumunan itu, dan langsung diteror oleh Jani yang sudah menunggunya sambil membalas pesaan di messenger hapenya.
"Gimana? Kita di kelas berapa?"
"Adrian Tanuwidjaya 12 IPS 2, sama kayak Pradipta Ayu Anjani" Adrian tersenyum dengan lesung pipi di sebelah kanannya.
"Yoi!! Satu kelas lagi, mantep. Yuk, ah, ke kelas." Jani menggerakan badannya dengan heboh dan mengajak Adrian untuk high-five.
Sesampainya di kelas Jani langsung dipanggil oleh teman satu ekskulnya, Caca. Nama lengkapnya adalah Salsabilla Putri.
YOU ARE READING
Jani & Adrian
TienerfictieKehidupan 2 remaja di penghujung masa SMA. Mencoba memberikan arti yang lebih kepada satu sama lain. Namun pada akhirnya keduanya harus memilih. Pradipta Ayu Anjani-- merupkan siswi SMA Harapan Bangsa-- memiliki sahabat bernama Adrian Tanuwidjay...