Gue terbangun dengan rasa berat di seluruh badan dan pusing di kepala. Tapi ternyata gue terikat di bangku kayu. Dari posisi ini, gue bisa lihat Taeyong yang lagi nangis, ngelgiat ke arah gue. Dia juga diikat ke bangku kayu dan mulutnya ditutup pakai lakban.
"Sayang, aku kangen. Selama ini, kamu diapain aja sama si cewe ular itu?"
Dia malah nangis. Gue sedih karena kondisi ini gak memungkinkan gue untuk usap air matanya, juga gak bisa meluk dan nenangin dia.
"Kamu tenang aja ya. Kakak bakal usahain bawa kamu keluar dari tempat ini."
Dia mengangguk lemah. Gue mengedarkan pandangan, mencari benda yang sekiranya bisa ngebantu. Ada vas bunga di sebelah gue. Gue pun memutuskan untuk memecahkan vas bunga itu dengan cara gue senggol pakai kaki gue yang gak terikat. Mungkin pecahannya yang tajam bisa motong talinya. Dengan susah payah, gue meraih salah satu pecahannya dan memotong tali yang mengikat tangan. Semua udah kelepas, tapi seseorang malah mengunci tangan gue dari belakang.
"Tunggu."
Kok ada Mingyu?
"Hai kak, kita ketemu lagi ya?"
Itu Chaeyeon! Berani-beraninya dia berdiri di sebelah Taeyong.
"Apa lagi yang mau lo lakuin untuk hancurin hidup gue sama Taeyong? Belum puas juga setelah lo bikin berita palsu kemarin?"
"Aku bukan mu ngehancurin kamu kok, tenang aja. Aku cuma mau singkirin sampah ini aja dari kehidupan kakak."
Dia mulai ngejambak rambut Taeyong dan Taeyeong kelihatan kesakitan.
"Chaeyeon! Lepasin!"
Bukannya berhenti, dia malah menampar wajah Taeyong berkali-kali. Gue semakin marah dan ngeberontak. Tapi sayangnya, Mingyu lebih kuat menahan gue.
"Berhenti! Jung Chaeyeon!"
Chaeyeon berhenti, sesuai yang gue minta. Setelah itu, dia membuka lakban yang ada di mulut Taeyong.
"Kak..."
Rasanya gue lemah banget denger suara Taeyong. Gue gak tega lihat keadaan dia sekarang.
"Dek, tolong bertahan ya? Kakak pasti akan nolong kamu."
"Wow, wow... Ini ceritanya lagi drama ya?"
Sialan. Lagi-lagi Chaeyeon menampar wajah Taeyong.
"Berhenti, Chaeyeon!"
"Kak..."
Tanpa sadar, air mata gue juga ikut menetes saat ngelihat Taeyong diperlakuin kayak gitu. Chaeyeon melonggarkan ikatan tali di badan Taeyong. Saat Taeyong hampir ngelepas talinya sendiri, Chaeyeon langsung menendang Taeyong sampai jatuh tersungkur. Pasti rasanya sakit banget.
"Udah siap lihat dia mati belum, kak? Sebentar lagi, sebentar lagi kakak bakal saksiin kematian dia secara langsung."
"Berhenti, Chaeyeon! Mingyu, lepasin gue!"
Padahal dulu, Mingyu kelihatan baik-baik aja dan tetep anggap gue temen baiknya. Tapi kenapa sekarang dia berubah? Gue cuma bisa lihat betapa lemahnya Taeyong saat ini sampai Chaeyeon aja bisa ngebanting dia berkali-kali. Bahkan gue lihat berkali kali perutnya menghantam beberapa benda di sini sampai Taeyong mengerang kesakitan.
"Chaeyeon! Gue bilang berhenti!"
Chaeyeon kembali berhenti menyiksa Taeyong yang udah terkapar gak berdaya. Tatapannya mengejek, gue gak suka dia menganggap nyawa pasangan gue adalah hal sepele. Tiba-tiba tangan gue terasa bebas sehingga membuat gue menoleh.
"Minhyun?"
Ada Minhyun datang dan memukul Mingyu sampai gak sadarkan diri. Chaeyeon pun mulai gelagapan. Dia udah berniag kabur setelah melempar sebatang kayu yang cukup gede dan parahnya, kayu itu malah kena tepat ke perut Taeyong. Minhyun berhasil menahan Chaeyeon dan gue samperin Taeyong yang meringis kesakitan. Gue singkirin kayu itu dan megang pundaknya.
"Dek, kamu denger kakak kan? Dek?!"
"Sa... kit..."
"Jae, gue mau ngurus nih satu cewe ke polisi. Lo langsung bawa Taeyong ke rumah sakit aja."
"Iya, makasih banyak ya."
Gue mengangkat tubuh Taeyong dan membawa dia keluar dari bangunan rusak ini. Sekuat tenaga gue lari ke jalan besar sampai akhirnya gue bisa bawa dia ke rumah sakit pakai taksi.
.
.
.Begitu dokter keluar dari ruangan Taeyong, buru-buru gue samperin.
"Maaf, apa ada keluarga pasien?"
"Ya, saya suaminya. Gimana keadaan istri saya sekarang?"
Setelah pertanyaan itu, dokternya langsung ngajak gue ke ruangannya. Dengan perasaan hati yang gak karuan, gue duduk di hadapan dokter, sambil berharap cemas menunggu berita apa yang bakal disampaikan sama dokter itu.
"Anda sudah tidak perlu khawatir dengan keadaan istri anda. Dia sudah ditangani sesuai dengan kemampuan kami. Tapi..."
Gue cuma bisa menghela napas pelan sambil menunggu ucapan dokter selanjutnya.
"Apa anda tahu bahwa istri anda sedang mengandung?"
"Saya tau kok. Gimana kandungannya?"
"Mohon maaf. Berat saya katakan sebenarnya, tapi pada kenyataannya, istri anda keguguran."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Nikah Muda (Sudah Direvisi)
Fiksi Penggemar[Note : bahasa non-baku, slight harsh words, male-pregnant] by. jaeminister was created in 2018