TRUDGE 1 'kilasan'

74 4 0
                                    

---"Saat semua harapan manusia sirna, dewa mengirimkan satu harapan kecil kepada mereka.

Tanpa mereka sadari, merekalah sendiri yang telah menghilangkan harapan yang mereka miliki.

Seseorang dapat menghancurkan Kota.

Seseorang dapat menghilangkan Kerajaan."---

Gadis berusia sekitar 9 tahun berlari-lari sambil memegang erat hairpin¬ di tangannya. Berkali-kali ia meneriakkan kata ayah,ibu dan kakak. Namun sayang, tak ada yang menjawabnya. Sedangkan ia tergesa-gesa berlari dari kejaran pria berpakaian serba hitam dengan pedang di tangan kirinya. Gadis itu mulai kehabisan napas karena terus berlari. Kakinya bahkan banyak tergores tumbuhan berduri di hutan. Tanpa ia sadari, ia berlari menuju ujung ketinggian sebuah tebing. Rambut yang tergerai indah rapi sepinggul menjadi berantakan karena angin yang berkali-kali menabraknya.

Gadis itu berpaling, menunjukkan tatapan tajam kepada pria berpakaian serba hitam tersebut. Pria itu berjalan mendekatinya. Ia tahu betul jika beberapa langkah lagi, ia akan terjatuh ke dasar tebing dan mungkin saja akan.....meninggal dengan keadaan patah tulang. Itu pilihan lebih baik baginya daripada dibunuh tanpa mengetahui siapa yang telah membunuhnya. Mungkin ia akan menjadi hantu gentayangan, pikirnya.

Dengan emegang erat hairpin di tangannya, gadis itu akhirnya berhasil mengumpulkan keberaniannya dan melompat dari ketinggian beratus-ratus meter dan.....

JBYUUUURRR!

Sebuah tubuh menghantam air sungai yang berada di bawahnya. Pria serba hitam tadi tertawa terkekeh-kekeh dari atas tebing. Meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang akan selamat dari ketinggian tebing tersebut.

Air sungai mengalir menuju sebuah desa dengan banyak tenda dari kulit hewan disana. Sesosok gadis kecil terbaring lemah di pinggir sungai, membuat seorang wanita yang sedang mencuci pakaian penasaran dan akhirnya membawanya ke desa Wu.

Kerumunan orang terjadi di luar Kediaman Kepala Suku. Mereka ingin sekali melihat gadis yang baru ditemukan oleh wanita pencuci baju tadi. Sang Kepala Suku segera keluar dan memerintahkan warganya untuk segera berkumpul di Aula Suci untuk merundingkan beberapa hal.

Tiga hari berlalu sejak kejadian ditemukannya 'seorang gadis sungai'. Mata gadis itu perlahan-lahan terbuka, bayangan seseorang di depannya semakin jelas.

"Hai, kau sudah bangun?"sapanya. Gadis itu terlihat bingung, apalagi keadaan sekelilingnya. Perlahan ia memposisikan tubuhnya menyandar sandaran tempat tidurnya. Wanita yang menyapanya tadi menawarkan semangkuk cairan cokelat dengan bau pahit yang cukup menyengat.

"Ini obat, bukan racun. Ini akan menghilangkan rasa sakit di dalam tubuhmu"wanita itu menyuapinya dengan pelan setelah meniupnya beberapa kali. "Kau ingat sesuatu? Siapa namamu?".

Gadis itu terdiam membisu. Ia bahkan merasa bingung sendiri akan pertanyaan yang baru saja wanita itu lontarkan kepadanya. Kenapa ia sama sekali tidak mengingat apapun? Bahkan kepalanya menjadi semakin sakit saat mencobanya. Kedua tangannya bahkan tak kuasa untuk menopang kepalanya yang semakin sakit itu. Membuatnya hilang kontrl dan menampik mangkuk obat yang sedang dipegang wanita tadi.

"Guru! Guru!"wanita tadi memanggil-manggil gurunya sambil mencoba menenangkan gadis yang mulai membrutal itu.

Kakek tua bersama dengan seorang pria di sampingnya muncul berbarengan dari balik pintu. Mereka segera memegangi tubuh gadis itu, sedangkan telapak tangan kanan kakek tua menyentuh dahi gadis itu. Membaca beberapa mantra untuk menenangkannya. Tak lama kemudian, gadis itu kembali tenang sebelum akhirnya pingsan.

"Dia adalah gadis 'itu'. Phoenix di punggungnya adalah buktinya. Shiru dan Sozhi, kalian memiliki tugas penting "kakek itu berujar setelah tubuh gadis itu di tidurkan di kasur kembali.

Wanita bernama Shiru bersama dengan pria yang bernama Sozhi itu terkejut. "Kalau begitu...."

"Aku sudah mengirimkan seseorang untuk mengabari Raja Zhao, mereka akan segera mengirimkan seseorang untuk menjemput gadis ini setelah gadis ini kembali sehat. Untuk sementara kalian berdua akan menjaganya".

"Baik, Tetua"jawab mereka berdua serentak.

Kakek yang disebut Tetua tadi memandangi wajah gadis itu. ia terbaring lemah di atas kasur putih yang sudah dibubuhi tumbukan daun obat di dalamnya. Siapa sangka, 'Sang Pendamai' itu ternyata adalah seorang gadis kecil yang rapuh. Yang bahkan seharusnya diusianya itu ia masih bermain dengan teman sebayanya. Namun takdir mengantarnya ke jalan berbeda. Jalan yang dibumbui dengan banyak ancaman dan darah dimana-mana. Apa iya gadis itu adalah Sang Pendamai yang diperlihatkan kepadanya melalui mimpi? Ia merasa tidak yakin sebenarnya, tapi bukti di punggunggnya menjadi jelas baginya.

Maafkan eyd thor yang acak adul, masih belajar hehehe :)

[Phantasmgoria]  Romance TrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang