4 - The Life Saver

8K 561 14
                                    

Clara benar-benar tidak menyangka harus mengantar pesanan ke rumah pria beralis tebal itu. Wajahnya cukup tampan dan tingginya menjulang di atas Clara.
Mungkin sekitar 180 cm ? pikir gadis itu.
Pakaiannya sangat steady dan bersih.

“Jadi...kue tadi itu pesananku ???” tanya si pria dengan mata membelalak terkejut. Ternyata imajinasinya tidak seperti kenyataan yang terjadi di depan matanya sekarang.

“Nah, kau jadi tahu 'kan kenapa pesananmu terlambat datang ? Jadi, tolong bayar sekarang. Aku sudah capek seharian ini karena ditimpa begitu banyak masalah. Cukup sudah kesialanku sampai harus bertemu denganmu sekali lagi.” Clara nampaknya lelah sekali hingga tidak punya tenaga untuk membalas ucapan si pria.

Lelaki itu memelototi Clara. Memangnya aku yang membuatmu sial ??? ia sudah hampir berkata seperti itu pada Clara sebelum kembali berpikir bahwa karena ia menahannya tadilah makanya gadis itu tidak berhasil mengejar si penjambret. Wajar saja gadis itu marah saat melihatnya kembali.

“Masuklah.” si pria mempersilahkan Clara untuk masuk ke rumahnya.

Gadis itu hanya menaikkan sebelah alisnya.
“Bayar saja sekarang. Aku tidak punya waktu untuk bercakap-cakap denganmu. Aku butuh tidur setelah ini.” Clara tidak bergeming dari tempatnya sama sekali.

“Dompetku di dalam. Dan kau sendiri yang bilang kau lelah, bukan ? Duduklah sebentar untuk meredakan capekmu.” kali ini si pria memandangnya dengan sedikit iba.

Clara merasa nada suara lelaki itu tidak mencari pertengkaran kembali dengannya. Ada apa ini ?

Setelah berpikir beberapa saat, Clara akhirnya memutuskan untuk duduk sebentar di rumah pria itu.

Si pria berbalik ke dalam rumah dan sepertinya mengambil uang di kamarnya. Clara duduk menunggu dengan bersandar pada sofa empuk. Ia memandangi sekeliling rumah itu. Memang sangat mewah dan pastilah pria itu kaya sekali. Tapi, kenapa pria kaya seperti itu mau membeli kue di kafe kecil milik Sam ?

“Clara Evans ?”

Sebuah suara mengejutkan Clara hingga ia menoleh ke belakang. Lelaki itu memegang sebuah kartu di tangannya. Bagaimana ia bisa tahu namanya ???

Mata Clara berpindah ke tangan kiri si pria yang memegang sebuah tas berwarna krem. Itu tasku !

“Itu tasku ! Bagaimana kau menemukannya ???” Clara langsung beranjak dan menghampiri si pria. Ia mengambil tasnya dan menyadari kartu yang dibaca si pria adalah KTP-nya.

Dengan satu lompatan, direbutnya kartu itu dan ia memandang sebal pada si pria.

“Jangan mengintip barang orang seenaknya !” sergah Clara.

Si pria memandang Clara dengan rasa tidak percaya.
“Apa begini kau memperlakukan orang yang menemukan tasmu ?” suaranya terdengar mencemooh.

Clara menengadah kembali ke arahnya setelah memeriksa barang-barangnya. Dompetnya masih ada dan nampaknya si penjambret belum sempat mengambil isi tasnya sama sekali.

“Oh, maaf kalau aku tidak sopan. Aku hanya tidak suka ada yang mengintip barang pribadiku. Terutama orang yang tak dikenal. Tapi, terima kasih karena telah memungut tasku.” kata Clara dengan sedikit senyum kilat ke arah si pria.

“Aku tidak memungut tasmu. Sudah kubilang aku menemukannya.” si pria melipat kedua tangannya di dada dan menatap Clara dengan serius. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya lagi.

“Menemukannya ? Kau menemukannya di tanah setelah ditinggalkan si jambret 'kan ?” kening Clara berkerut.

Si pria menggeleng.

“Awalnya karena aku merasa bersalah membuat seorang anak kecil menangis setelah kuenya hancur berantakan, aku menyuruh pengawalku mengejar si jambret dan mendapatkan tasmu kembali.” jelas si pria.

Mata Clara membesar seketika tapi kemudian ia memandangnya dengan sebal.

“Berhentilah memanggilku anak kecil. Sudah kubilang umurku 27 tahun.” Clara memanyunkan bibirnya kembali.

Si pria menunduk ke arahnya dan mengamati gadis itu.

“Apa...apa kau benar-benar berumur 27 tahun ? Kau yakin kau bukan anak umur 8 tahun ?” tanyanya dengan nada tidak percaya. Clara langsung mendelik padanya dan mengacungkan KTP-nya kembali.

“Memangnya kau tidak baca tahun lahir yang tertera di KTP-ku ??? Apa anak kecil umur 8 tahun sudah punya KTP ???” suara Clara mulai meninggi dan urat-urat kekesalan mulai bertonjolan kembali.

Lelaki itu membaca tahun lahir Clara dan matanya membesar kembali. Sewaktu ia melihat KTP Clara, pria itu tidak membaca tanggal lahir gadis itu dan hanya terfokus pada namanya saja. Ia memandang Clara kembali dengan ekspresi tidak percaya. Tangannya menunjuk KTP yang diacungkan Clara.

“Adik kecil...kau tidak memalsukan KTP ini 'kan ? Paman tau kau sangat ingin tumbuh dewasa tapi kau tidak perlu melakukan hal seperti ini.” kata si pria dengan tatapan iba.

Urat-urat Clara yang bertonjolan pun rasanya hampir meledak saat mendengar pria di depannya berkata demikian.

“K...kau ini minta dihajar ya ???” geram Clara sambil menahan dirinya.

Si pria hanya melihatnya dengan ekspresi polos. Nampaknya ia masih belum bisa mempercayai Clara yang berumur 27 tahun.

“Kenapa sih orang-orang jangkung seperti kau ini suka memperlakukan orang pendek seperti anak kecil ??? Bukan mauku juga kalau kakiku pendek, tau ??!” Clara menggerutu sebal.

“Tapi, pita itu...?” si pria menunjuk pita merah yang dipakai Clara.

“Memangnya orang pendek gak boleh pakai pita ??? Jangan hanya karena sebuah pita, kau langsung menyimpulkan orang itu anak-anak, bodoh !” Clara berbalik untuk meninggalkan rumah itu. Tapi, langkahnya terhenti kembali. Ia menengadahkan tangannya ke pria tadi.

“Kau belum membayar kuemu. Cepat, aku tidak punya waktu untuk meladenimu mengejekku terus-terusan.” kata Clara jutek. Si pria tersadar dan langsung merogoh saku mengambil dompetnya.

Setelah membayar, Clara langsung berbalik pergi tanpa bicara apapun lagi padanya. Begitu tiba di depan pintu, Clara berbalik dan memandang si pria sesaat.

“Siapa namamu ?” tanyanya.

“Sebastian Julien.” jawab si pria tanpa sadar. Ia terlalu sibuk memikirkan gadis pendek yang baru saja mengomelinya. Clara mengangguk kecil.

“Aku berterima kasih sekali lagi karena kau sudah menemukan tasku, Sebastian.” ucap Clara sebelum ia meninggalkan rumah itu.

Strawberry Short GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang