Chapter 3 : Ibu part I (Kerinduan)

205 27 13
                                    

"Karena hati seorang Ibu begitu lembut dan mulia, seburuk apapun perbuatan anaknya, seorang Ibu takkan pernah bisa membenci buah hatinya. Yang ada hanya mencintainya dengan tulus"

Semakin siang, semakin banyak pula orang tua yang datang.

Kini, tampaknya hanya aku yang sendiri tanpa ditemani orangtua. Karuho sudah bersama ayah ibunya, sedang berbincang-bincang bahagia, tak enak bila aku ikut masuk kedalam pembicaraan mereka.

Sudah cukup aku selalu membuat repot keluarga Karuho. Aku hanya bisa pergi keluar, mencari angin segar di atap.

Haasyii…

Lagi-lagi bersinku kumat. Aku benci aroma musim semi, karena selalu membuat hidungku tersiksa dengan gelitikan aroma bunga yang terlalu menyengat.

Biasanya, disaat seperti ini Ibu akan membawakanku masker dan membuatkanku minuman tradisional yang disajikan hangat menggunakan termos.

Aku selalu mengingat perhatian yang diberikan Ibu setiap detiknya.

Jujur, aku memang lebih dekat dengan Ibu dibanding Ayah. Ibu jauh lebih pengertian dari Ayah.

Ya, Ayahku memang egois dan selalu memikirkan wibawanya. Tak pernah sekalipun mau mendengarkan perkataan orang lain.

Dari atas, dapat kulihat suasana di bawah yang begitu ramai dan penuh hiruk-pikuk manusia. Aku hanya bisa menyunggingkan sebuah senyum kecut ketika melihat pemandangan itu. Menyesakkan, menyedihkan, mengenaskan. Itulah hal yang aku rasakan saat ini.

Namun, tiba-tiba mataku menangkap suatu hal di bawah sana. Sesuatu yang tak asing bagiku. Apa mungkin ini hanya halusinasi musim semi saja atau mungkin sedang ada sesuatu yang mengganjal di mataku?

Aku terus menyipitkan kedua mataku memandang lurus jauh dibawah, tepatnya memfokuskan pandangan pada seorang yang sedang berdiri dipinggir gerbang seperti sedang menanti sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terus menyipitkan kedua mataku memandang lurus jauh dibawah, tepatnya memfokuskan pandangan pada seorang yang sedang berdiri dipinggir gerbang seperti sedang menanti sesuatu.

Orang itu tampak sedang membawa sebuket bunga mawar dan termos sedang. Jika ku lihat dari motif jaket dan syal tebal itu, rasanya kenampakan itu sudah tak asing lagi di mataku.

Ya, itu benar! Aku tahu persis! Dari postur tubuhnya, gelagatnya, bahkan pakaiannya. Itu pasti Ibu! Ibuku datang! Apakah ini mimpi? Keita! Ibu datang!

 Itu pasti Ibu! Ibuku datang! Apakah ini mimpi? Keita! Ibu datang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FORGIVE ME AND THANKYOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang