Selanjutnya hariku berjalan seperti biasa. Hanya aku, guitar, Syubsyub, dan Momon.---------
Sudut Pandang Nugu
Ralat, aku bersama orang lain di sini. Sekarang sudah pukul 10.00, dan seorang yeoja ini masih tidak berpindah dari tempat kakinya berpijak sekitar 2 jam yang lalu. Entah apa yang ia tunggu.
"Nugu-yaa, ayo istirahat dulu. Kaki Syubsyub capek nihh." Aku mengangguk lalu membereskan barangku dan duduk di bangku dekat tempatku biasa bekerja.
"Annyeong haseyo."
Aku mendongakkan kepalaku, mencari tau siapa pemilik suara yang baru saja menyapaku dengan ramah. Ah, yeoja tadi. "Anneyong haseyo. Ada yang bisa saya bantu?" jawabku dengan seulas senyuman. Yeoja tadi lalu duduk di sebelahku. "Kalau boleh tau, siapa namamu?" tanyanya.
Ah, aku selalu grogi jika ada yang menanyakan namaku. Mereka selalu tertawa setelah aku menjawab.
"Nugu.." jawabku pelan. "Ah, namamu Nugu?"
Aku terkejut. Yeoja satu ini berbeda. Aku membelalak dan tak mengeluarkan satu katapun.
"Ah, maksudku, iya namamu. Jwosonghamnida, aku langusng berfikir bahwa Nugu adalah namamu." jelasnya membuatku terkekeh.
"Waeyo? Apa ada yang lucu?" tanyanya dengan tampang polos. "Aniya, kau tidak perlu meminta maaf. Namaku memang Nugu." jelasku. Tampaknya penjelasanku membuatnya semakin bingung. "Ong Nugu. Itu namaku." tambahku, supaya dia memahamiku.
"Ah, Ong Nugu.... Choi Yeseul imnida. Begini, aku sangat tertarik dengan suaramu yang membuatku tenang. Kau tau, akhir-akhir ini aku merasa tertekan. Aku sudah melampiaskannya dengan musik, tetapi tetap saja. Aku beruntung melewati jalan ini, aku menemukanmu!"
Pipiku memerah. Ini bukan pertama kalinya suaraku dipuji. Tetapi mengetahui bahwa ternyata suaraku bisa membantu seseorang, tentu saja membuatku bangga pada diriku sendiri.
"Kamsahamnida, Yeseul-ssi." jawabku dengan senyuman terbaikku.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah pernah ikut audisi?"
"Au.. disi?"
"Iya, audisi. Audisi agency agar kamu bisa menjadi seorang trainee lalu debut menjadi seorang musisi."
"Ah, audisi itu.. Aku belum pernah memikirkannya. Kau tau, aku tidak bisa meninggalkan Busan."
"Eoh? Wae?"
Aku menggigit bibir bawahku. Apa yang harus kujawab? Bahwa hidupku didedikasikan untuk Oppaku yang sedang sakit? Bahwa aku sebenarnya tidak ada uang untuk kemana-mana? Apa?
"Pssst. Nugu-ya, bilang saja kau memiliki alasan pribadi." bisik Momon. Ah, malaikat satu ini memang sangat pintar..
"Aku.. memiliki alasan pribadi. Sebaiknya aku tidak usah membicarakannya." jawabanku membuat Yeseul mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, kau pasti haus. Mari aku traktir minum!" tawarnya. Ahh jinjja, apakah ada orang asing sebaik dia?
"Tidak perlu, aku tidak perlu uangmu hehe."
Pabo. Kalimat penolakan macam apa itu. "tidak perlu uangmu" jidatmu.
"Jinjja? Jika kau tidak perlu, mengapa kamu mengamen di pinggir jalan? Ah sudahlah, lagi pula aku tidak dapat menghabiskan uangku sendirian." ia memaksa lalu menarik tanganku.
"Tidak ada yang lebih baik dari makanan gratis~" Momon berseru sambil menari seperti gurita kepanasan. "Ralat, minuman gratis. Bukan makanan gratis." sahut Syubsyub dengan wajah sok pintar di lengkapi dengan kacamata yang entah kapan sudah menangkring di hidung mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Flower {BTS Fanfic}
Fanfiction-A Bangtan Fanfiction- Setelah Eomma Ong Nugu meninggal dalam kecelakaan becak, hidupnya berubah. Appanya menyerah mengurus mereka, dan pergi entah kemana. Meninggalkan Ong Nugu berdua dengan oppanya, Ong Taetae yang kini menjadi depresi dan...