2

22 3 0
                                    

  "Mawra gue jatuh cinta! " ujar Raina seraya bersender ditembok, ia masih memikirkan cowok tadi. Cowok pertama yang berhasil bikin dia merasakan hal aneh ini.

"seriously? Lo gak becanda kan?" nada bicara Mawra terdengar sedikit terkejut. Ya siapa yang tak terkejut, Raina gadis incaran cowok satu sekolah, yang terkenal tak mau mengenal cowok, sekarang seperti remaja dimabuk asmara.

Raina hanya menangguk,
"oke,oke dengan siapa? "tanya Mawra penasaran, "Dimas? "

Raina menggeleng,"lo tau kan anak baru xi ipa 2?" Mawra mengangguk tak sabaran.

Sebelum menjawab, Raina menarik napas sebentar,"sama dia! "

"ini bener-bener gila! Dimas, ketua tim basket kita lo tolak, sedangkan Nathan yang kakunya kelewatan, lo suka! "

"namanya jadi Nathan? " tanya Raina. Kini tatapan kaget Mawra benar benar tak bisa disembunyikan lagi,
"sinting! Bahkan namanya aja lo gak tau"

Raina memegang lengan Mawra erat,
"gue dateng nemuin lo buat cari tau semua info tentang dia, bantuin ya? " tangannya semakin erat memegang lengan Mawra, sampai Mawra mengangguk pasrah.

"iya gue bantuin,"

"apa yang buat lo suka sama dia "tanya Mawra penasaran. "matanya"jawab Raina.

Besoknya, Raina langsung menghampiri Mawra karena sudah tak dapat menahan rasa penasarannya.

"penasaran banget ya heh?" tanya Mawra karena sudah melihat Raina menatapnya dengan wajah penasaran.

"oke gini, menurut anak sebelah Nathan itu lebih suka sendiri dikelas, bahkan diluar juga. Dia pindahan dari sma 9 bandar lampung , katanya sih karena ada problem tapi gak tau apa. dia pinter, jomblo, dan satu lagi dia adik alumni sma kita, kak devan. " jelas Mawra menjelaskan semua info yang ia dapat.

"lo dapet dari mana semua info itu? "tanya Raina. Mawra melirik Raina kesal, "lo gak liat apa barusan gue ngulik-ngulik dilobang semut."

"lucu. " eksperesi wajah Raina datar.

"bukannya makasih, gue susah loh dapet info dari anak sebelah"

"oiya makasih! Nanti gue bantuin pas ulangan mtk oke? " setelah itu Raina pergi, dan meninggalkan Mawra yang sibuk menanyakan kebenaran ucapan Raina.

Raina melangkahkan kakinya menuju kantin, ketika ia melihat Nathan dengan segera ia melangkahkan kakinya mendekati Nathan. Duduk disebelahnya.

Tanpa basa basi Raina berkata,
"hai gue Raina anindita, cewek kelas ix ipa 1" Raina sekarang sedang duduk disebelah Nathan, melakukan pendekatan yang bisa dibilang terlalu cepat. Pasalnya Raina baru saja mendapat info seputar Nathan.

Nathan memberhentikan kegiatanmakan mie ayamnya, melihat tangan Raina yang mengambang diudara. Raina yang melihat bahwa jabat tangannya tak dibalas oleh Nathan pura pura menggunakan tanganya untuk mengaruk kepalanya.

"ada apa? " Nathan melirik Raina , sebelum melanjutkan kegiatan makan mie ayamnya lagi.

"oke gue ulangin, gue Raina anindita anak ix ipa 1 sekarang ngajak lo kenalan" baru kali ini Nathan melihat cewek seagresif ini, biasanya cewek yang mendekatinya lebih memilih cara yang santai dan tak terkesan buru- buru untuk mendekatinya.

Raina yang diacuhkan oleh Nathan mengeluarkan kata yang terkesan bodoh dan mempermalukan dirinya Sendiri, "pdkt yuk nath" Raina menatap Nathan dalam.

Nathan menatap Raina kaget, dan alis kiri terangkat.

Apa ada hal yang lebih aneh dari ini? Apa ada gadis yang lebih aneh dari ini? Bagaimana bisa seorang gadis mengatakan hal seperti itu?

Kesan pertama Nathan kepada Raina adalah, 'aneh , agresif , tapi dia gadis yang lumayan cute.'

______________________________________

"gue pulang bareng lo ya Maw, gue gak tahan nunggu supir gue, badan gue udah lemes banget nih" pinta Raina.

Mawra meliriknya tak yakin, "gue mau aja Rain, tapi entar lagi ujan. Gue takut lo tambah sakit, gue temenin nunggu aja ya? "benar, sebentar lagi hujan, awan sudah berwarna kehitaman.

"yaudah deh lo deluan aja Maw, gue takut lo keujanan nanti. Lo juga mau keluar kota kan? Palingan entar lagi supir gue sampe" Mawra menggeleng cepat, "gila aja gue ninggalin lo dengan kondisi kaya gini! Gak bakal! "

Raina tersenyum, ia beruntung memiliki sahabat seperti Mawra.

Dimas datang menghampiri mereka, dengan seragam basket melekat ditubuhnya, "belum pada pulang? " tanyanya.

"nahh ini Dimas! Bareng Dimas aja Maw lo juga nanti tambah sakit kalau gak cepet pulang" usul Mawra.

"lo sakit Rain? Gue anter deh kebetulan gue bawa mobil hari ini." Raina tersenyum tipis, "gausah Dim, paling supir gue entar lagi dateng. " tolaknya.

"Rain, Sekolah udah mau sepi, udah mau hujan mending lo pulang sekarang." bujuk Mawra lagi.

Bahkan Dimas juga sedari tadi ikut membujuk, hingga Raina mengangguk mau.

Diperjalanan pulang, hanya ada keheningan didalam mobil Dimas. Raina yang asik melihat hujan, dan Dimas yang sibuk menyetir.

Hingga akhirnya Dimas membuka percakapan, "kenapa gak pulang dari tadi sih Rain, kan bisa minta anter gue. Udah gue bilang kan, gue selalu ada disaat lo butuh gue. Anggap gue temen, kalau lo gak bisa lebih. Karena temen selalu ada buat temennya. " ini yang membuatnya memilih menjauh dari Dimas. Ia terlalu baik untuk Raina, bahkan ia mau menunggu Raina yang tidak pasti selama bertahun tahun.

Dimas mengalihkan pembicaraan, "masih suka hujan? " tanya Dimas lagi, Raina mengangguk cepat,"iya"

"apa yang buat lo suka hujan Rain? " Raina terdiam sesaat sebelum menjawab, "gak ada jawaban pasti sih, pertama gue suka baunya, kedua entah kenapa gue merasa bahwa hujan selalu membawa kenangan baik kembali, " Dimas terkekeh sesaat, ia gemas melihat Raina seperti ini.

Diperjalanan Raina melihat Nathan sedang berteduh, dengan motor ninja hitamnya sudah sangat basah.

"itu Nathan kan? "tanya Raina memastikan.

Dimas melirik, sebelum meng-iyakan.

"berhenti sebentar Dim, kita samperin Nathan. " pinta Raina.

"lo sakit Rain, lo harus cepet pulang. "

"Dim, please"

Akhirnya Dimas memberhentikan mobilnya tepat didepan motor Nathan. Sebelum Raina keluar, Dimas mencegahnya, memintanya menunggu sebentar karena Dimas terlebih dahulu mengambil payung dibangku belakang. Beruntung Mamahnya meninggalkan payung dimobilnya kemarin, menjaga-jaga karena sedang musim hujan.

"Nath!" panggil Raina, Nathan melirik, kaget.

"kalian ngapain disini?"tanyanya melihat Dimas membiarkan dirinya terkena hujan dan Raina yang ia payungi.

"pulang bareng kita yuk, nanti lo sakit. " tangannya memegang lengan Nathan, mengajak.

"deluan aja, gue bisa sendiri." ucapnya datar, menghentakan tangan Raina hingga terlepas dari lengannya.

"Dim, ajak Nathan ikut dong. Mungkin dia mau kalau lo yang ngajak. " pinta Raina, Dimas hanya diam sebelum mengeluarkan kata,
"lebih baik kita pulang Rain, gue takut lo tambah sakit."

"Nath... "panggilnya, Nathan hanya diam tak menghiraukan.

"ayo Rain, " ajak Dimas, Raina akhirnya mengangguk. Ia tak bisa memaksa. Tapi ia tetap khawatir, karena ia tau Nathan juga sakit seperti dirinya, ditambah badannya yang lumayan panas saat Raina menyentuhnya.

______________________________________

Holaho part 2 nih semoga suka ya!!! Oiya cerita ini alurnya maju mundur










Damn, Its MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang