"Apakah kau sudah memasukkan semua barangmu ke dalam mobil?" tanya seorang wanita yang terlihat masih muda pada gadis remaja yang berdiri disampingnya.
Gadis itu mengangguk ya. "Semuanya sudah siap, Mrs. Rooney."
Mrs. Rooney tersenyum hangat, "Paige. Panggil saja aku Paige, dan panggil suamiku James, okay?"
Gadis itu mengangguk lagi.
"Good. Kalau begitu aku akan mengurus barang-barang yang lain," kata Paige sambil beranjak meninggalkannya.
"Okay."
Baru beberapa langkah Paige berhenti. "Oh, ya, Lyra."
Lyra menoleh. "Aku tahu ini pasti berat untukmu, tapi percayalah, ini adalah jalan yang terbaik."
Lyra hanya mengangguk ya. Jujur, memang sangat berat rasanya meninggalkan rumah yang sudah ia tinggali sejak kecil. Semua kenangan baik sedih maupun senang, ada disini. Terutama kenangan bersama kedua orangtuanya.
Ya, orangtuanya. Orangtua Lyra meninggal seminggu yang lalu dan Lyra mau tidak mau harus tinggal bersama James dan Paige. Untungnya, mereka adalah kerabat dekat orangtua Lyra, mereka juga sering berkunjung ke rumahnya, jadi ia tidak terlalu canggung saat bersama mereka.
Lyra tidak tahu, kenapa ia harus tinggal bersama mereka. Bukan berarti ia tidak bersyukur tinggal dengan mereka, tetapi bukankah masih ada anggota keluarga lainnya? Seperti paman atau bibinya?
Tinggal bersama menimbulkan simbiosis mutualisme bagi keduanya. Pertama, mereka bisa dibilang sebagai orangtua angkat bagi Lyra. Kedua, Lyra bisa mengisi kekosongan di rumah mereka, karena sampai sekarang James dan Paige belum juga dikaruniai seorang anak.
"Lyra," panggil seseorang dari belakang.
"Ya?" jawab Lyra.
James datang sambil membawa sebuah benda berbentuk persegi panjang yang cukup tebal, ia menyodorkannya pada Lyra. "Kau mungkin ingin menyimpan ini."
Album foto.
Lyra mengambilnya, ia membuka satu persatu halaman yang ada. Segala memori indah bersama kedua orangtuanya tercetak dalam album itu. Matanya mulai memanas, ingin menangis. Tapi Lyra berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.
Ia segera menutup album itu, takut akan terjatuh ke dalam memori yang lebih jauh lagi.
"Thanks a lot James. Aku akan menyimpannya," kata Lyra dengan mata yang berkaca-kaca.
"Your welcome, sweety," ucap James sambil mengacak-acak rambut hitam Lyra.
Lyra hanya tersenyum. "James, apa aku boleh bertanya?"
"Tentu. Apa itu? Kalau bisa jangan susah-susah ya, nanti aku tidak bisa jawab."
Lyra tertawa saat mendengar jawaban darinya lalu kembali menjadi serius. "Um, maaf jika aku lancang, tapi, kenapa aku harus tinggal bersama kau dan Paige? Kenapa tidak bersama paman atau bibi ku?"
James tersenyum sambil mengangguk-angguk.
"Sebelum mereka tiada, mereka berpesan bahwa kami yang harus menjagamu, karena kau akan lebih aman bersama kami, dan yah, tentu kami tidak bisa menolaknya. Ini adalah amanah dari mereka."
Kini Lyra mengerti apa yang dikatakan James.
"Ah, disana kalian rupanya," ucap Paige yang menginterupsi pembicaraan mereka. "Semuanya sudah siap, kita akan berangkat sekarang."
-----
Hai! So, this is my first fanfiction about Asa Butterfield. Iya tau, Asa nya belum dimunculin disini :v. Gimana? Bagus gak? Ngebosenin gak? Sorry jika ceritanya rada absurd, soalnya udah lama gak nulis. Please Give me your comment and vote about this story :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
FanfictionLyra Moon, mungkin ia bisa dipanggil sebagai seorang fans yang beruntung karena tinggal bersebrangan dengan Asa. Tapi lain halnya dengan Asa, baginya Lyra adalah seorang fans gila dan fanatik terhadap dirinya. Namun, dibalik itu semua terdapat sebu...