Chapter 2

81 13 5
                                    

Mata Lyra menatap ke sekeliling kamar barunya. Semua barang-barangnya sudah ditata rapi, termasuk sebuah teleskop yang ia taruh di depan jendela kamarnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Lyra belum juga mengantuk. Karena merasa bosan ia memutuskan untuk melihat langit malam dengan teleskopnya.

Alih-alih mengarahkan teleskopnya ke atas, Lyra malah berhenti tepat di depan jendela rumah disebrang itu. Lampunya masih menyala, dan pintunya sedikit terbuka. Itu seperti sebuah kamar, kamar anak laki-laki.

Begitulah menurut Lyra, dan benar saja datanglah seorang anak lelaki yang kelihatan seumuran dengannya. Namun sayang, wajahnya tertutup handuk yang ada di kepalanya.

Anak itu duduk membelakangi penglihatan Lyra, lalu ia membuka laptop kemudian melepas handuk di kepalanya dan memasang headphone.

Sedang bermain game rupanya. Pikir Lyra.

Sudah hampir sepuluh menit Lyra memperhatikan apa yang dilakukan anak itu. Entah kenapa ia tidak merasa bosan melakukan kegiatan yang tidak berfaedah itu.

Lima menit kemudian anak itu melepas headphone nya dan menutup laptopnya. Ia pun berdiri dan mematikan lampu. Lalu semuanya hanyalah gelap.

Baru saja Lyra ingin melihat wajahnya, tetapi takdir berkata lain. Well, mungkin besok ia bisa berkenalan dengannya.

***

"Leo."

"Where are you Leo?"

Asa terus-menerus memanggil Leo, kucing kesayangannya. Ia sudah mencari kesana kemari, di seluruh sudut ruangan namun tak kunjung ketemu.

"Mom, have you seen Leo?" tanya Asa pada ibunya yang sedang berada di dapur menata barang belanjaannya.

Ibunya menggeleng. "Kau sudah cari dibawah meja?"

"Aku sudah mencarinya kemana-mana Mom, tapi tidak ketemu," jawab Asa sedikit frustasi.

"Calm down, sweetheart. Kau pasti akan menemukannya," ucap ibunya berusaha menenangkan Asa.

"Kau sudah mencarinya diluar belum?"

Asa menggeleng. "Tapi ini sudah sore Mom, biasanya Leo sudah ada di rumah. Bagaimana kalau dia hilang?"

Disisi lain, Lyra sedang jalan-jalan keliling komplek rumahnya untuk mencari udara segar sekaligus mengenal lebih jauh lingkungan rumah barunya. Di rumah, ia merasa bosan dan kesepian. James dan Paige sedang pergi entah kapan mereka akan pulang.

Tiba-tiba saja ia teringat anak lelaki yang ia intip lewat jendela. Lyra belum kenalan dengannya. Kira-kira siapa namanya? Apakah nanti ia akan satu sekolah dengannya?

Lyra terus bertanya-tanya dalam hati. Anak lelaki itu terus mengisi pikirannya sampai Lyra mendengar suara kucing mengeong. Lyra menghentikan langkahnya.

Suara tersebut tepat berasal dari pohon yang lumayan besar di hadapannya.

"Meow."

"Meow."

"Meow."

Tanpa babibu Lyra langsung mendekati pohon itu, benar saja terdapat seekor kucing yang nyangkut di salah satu ranting pohon.

"Hey, little kitty," ucap Lyra mulai memanjat pohon tersebut.

"Meow."

"Don't be scare kitty, I'm not going to hurt you," Lyra semakin mendekati kucing itu.

"Meow."

Grrp!

Lyra berhasil mendekap kucing itu, ia membawanya turun.

"Okay, sepertinya kau tersesat," kata Lyra berbicara dengan kucing itu.

"Meow."

"Hey, kau memakai kalung. Let's see, apakah terdapat alamat rumahmu," ucap Lyra memegang kalung kucing itu.

Leo

Mapleview, Number 16.

"Jadi, namamu Leo? Hai Leo," kata Lyra semangat. "Dan rumahmu di Mapleview?"

"Meow."

"Astaga, rumahku juga disitu Leo, nomor 15. Kita tinggal bersebrangan!" Kali ini Lyra mengatakannya dengan semangat '45.

"Meow."

"Okay, aku akan mengantarmu pulang Leo!"

Sepanjang jalan Lyra terus berbicara dengan Leo si kucing. Ia mengajaknya ngobrol seakan Leo adalah manusia juga. Mungkin ini terdengar gila, tapi itulah Lyra, ia sangat senang dengan hewan terutama kucing.

"Okay, kita sudah sampai di rumahmu Leo." Lyra memencet bel rumah bercat putih itu.

Entah kenapa hatinya berdegup sangat kencang. Tiba-tiba saja ia terpikirkan anak lelaki yang ia intip semalam.

Tarik napas, buang napas.

Lyra berusaha untuk tetap stay cool.

Lalu, pintu itu berderit membuka.

Mata Lyra tak bisa berkedip saat melihat seseorang dihadapannya. Kakinya lemas, mungkin seluruh badannya juga ikutan lemas.

Jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Ia tidak bisa mengatur napasnya. Keringat pun mulai menetes di dahinya.

"K-kau... Astaga..." ucap Lyra terbata-bata.

Orang itu hanya menatap Lyra bingung.

"K-KAU ENDER WIGGIN!" teriak Lyra. Ia langsung menutup mulutnya.

Lyra memelankan suaranya. "M-maaf maksudku..."

"ASTAGA KAU ASA BUTTERFIELD!" teriak Lyra sekali lagi.

Asa hanya tersenyum kikuk, "Ya, aku Asa Butterfield dan oh kau menemu--"

"Ya, aku menemukan kucingmu!" Lyra melepas Leo dari dekapannya dan menyerahkannya pada Asa.

"Well, um, thanks," kata Asa canggung.

"Astaga Asa baru saja berterima kasih padaku!" ucap Lyra dengan girang.

Fangirl. Pikir Asa.

Tiba-tiba Lyra menyodorkan tangannya. "I'm Lyra. Aku tinggal tepat disebrang rumahmu."

Asa membalas jabatan tangan Lyra. "Nice to meet you Lyra."

"Nice to meet you too! By the way, aku harus pulang, bye Asa!" jawab Lyra cepat-cepat dan langsung pergi meninggalkan Asa karena ia sudah tak tahan lagi berdiri di dekat Asa. Bisa-bisa ia pingsan.

Asa hanya tertawa kecil, ia sudah biasa diperlakukan seperti ini. Untung saja, Lyra tidak terlalu lebay seperti fangirl lain yang ia temui. Lyra bisa mengontrol perasaannya.

Namun, itu baru permulaan saja, belum tentu Lyra lebih baik atau mungkin ia lebih ganas dari fans biasa.

-----

Yo, guys welcome back to this story. (Apasih gaje). Gimana chapter ini? Asa nya udh dimunculin nih hehehe.

Feel free to give ur comment about this story. I hope u like it!

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang