Chapter 3

66 9 3
                                    

Senyuman bahagia terukir di wajah
Lyra. Seorang Asa Butterfield telah merasuki pikirannya. Ternyata, Asa lebih tampan dan imut dari yang ia lihat di layar kaca.

Andai saja, orangtua Lyra masih ada, Lyra ingin bercerita betapa bahagianya ia ketika bertemu Asa.

Orangtua. Senyuman itu tiba-tiba pudar ketika Lyra kembali mengingat ibu dan ayahnya. Lyra sangat rindu pada mereka. Mata Lyra mulai berkaca-kaca.

Secepat mungkin Lyra menepis pikirannya, tapi tidak bisa. Lyra ingin sekali bertemu dengan mereka. Ia ingin memeluk mereka dengan erat dan mengatakan "Aku sayang pada kalian" untuk terakhir kalinya.

Mereka sudah tenang disana.

Air mata yang sudah ia bendung akhirnya menetes juga.

Tidak. Lyra tidak boleh sedih terus, ia harus merelakannya. Memang, awalnya Lyra kesal, kenapa Tuhan sampai setega ini memberi cobaan padanya. Tapi, ia percaya bahwa ini adalah jalan terbaik yang diberikan oleh Tuhan untuknya.

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu membuat Lyra kembali ke dunia nyata. Ia langsung mengusap air mata yang ada di pipinya.

"Dinner is ready Lyra."

"Okay, I'm coming!" balas Lyra se-semangat mungkin, untuk menaikkan moodnya.

Obrolan-obrolan santai menghiasi suasana makan malam. James dan Paige tentu yang paling banyak bicara. Sedangkan Lyra, ia sangat sedikit berbicara. Maklum, ia masih belum terbiasa berada disini. Ralat, tinggal disini.

Hingga, James bertanya pada Lyra, "So, how was your day Lyra?"

"Great." Tiba-tiba Lyra tersenyum.

"Aku tidak menyangka kalian bertetangga dengan Asa. Asa Butterfield! Padahal aku sering berkunjung kesini bersama Mom dan Dad," lanjut Lyra masih tersenyum dan bersemangat.

James terkekeh, "Yeah, kami bertetangga sudah sangat lama. Memang ada apa dengannya?"

"Tidak ada apa-apa sih. Hanya saja aku sangat, sangat tergila-gila dengannya! Aku suka dengan acting Asa di setiap film, terutama perannya menjadi Ender Wiggin. Oh astaga dia sangat keren!"

"Whoa, aku tak menyangka kau sangat suka anak itu," kata Paige terlihat sama senangnya dengan Lyra, karena Lyra kembali ceria.

"Well, aku memang bukan tipikal fans yang suka memasang poster di kamar sih, jadi kau tidak tahu," ucap Lyra terkekeh.

"Memang kau sudah bertemu langsung dengannya?" tanya James lalu meneguk minuman di gelasnya.

"Sudah! Bahkan aku sudah berbicara juga dengannya!"

.

.

.

Lyra sudah berada di ranjang tidur. Selimut sudah menutupi tubuhnya. Lyra memejamkan mata, berusaha untuk tidur.

Semenit.

Dua menit.

Menit demi menit berlalu tapi Lyra tak bisa tidur juga. Sepertinya, ia mulai insomnia. Pikirannya pun, campuraduk. Ia tak sabar untuk sekolah, padahal sekolah masih dua hari lagi. Ia juga tak sabar ingin bertemu Asa.

Lyra mengambil ponsel disamping bantalnya membuka beberapa aplikasi, tetapi tak ada yang menarik baginya. Mungkin karena, ia tak terlalu aktif di sosial media.

Lyra menaruh kembali ponselnya.

"Ya Tuhan, kenapa handphone ku selalu sepi," gerutu Lyra pada diri sendiri.

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang