Chapter 4

61 8 2
                                    

"ASA!"

Gadis itu berteriak sekaligus berlari menghampiri Asa Butterfield bersama temannya, Cameron. Senyuman lebar atau lebih tepatnya, sebuah seringai menghiasi wajah mungilnya.

Tidak mungkin!

Asa merasa sangat menyesal karena tidak sengaja membuat kontak mata dengan gadis itu. Sekarang ia merasakan akibatnya.

Dan gadis itu tepat di hadapan Asa dan Cameron.

"Hey!" sapa gadis itu dengan memamerkan deretan gigi putihnya yang rapih.

Kaki Asa ingin copot rasanya.

Dengan mengumpulkan seluruh tenaga, Asa berusaha membuat senyum di wajahnya.

"H-hey, Lyra."

"Aku tidak percaya ternyata kita satu sekolahan Asa!"

"Y-yeah aku juga tidak percaya," balas Asa dengan nada semangat yang dibuat-buat.

"Astaga aku sangat senang Asa!" ucap Lyra dengan semangat membuat wajahnya berseri-seri. Berbeda dengan Asa yang mukanya terlihat kusut.

Manik mata Lyra melirik kepada seseorang yang disebelah Asa, ia baru sadar kalau ada orang disebelah Asa.

"Oh, hey, namaku Lyra, Lyra Moon," Lyra mengulurkan tangannya pada Cameron.

Cameron membalas jabatan tangannya disertai senyuman manisnya, "Cameron Dallas."

"It's pleasure to meet you Cameron,"

"Cam. Just call me Cam."

"Okay!" Lyra mengangguk semangat. "By the way pelajaran pertama kalian apa?"

"Pelajaran yang paling membosankan," jawab Cam.

"Whoa, apa itu?"

"History of course," kata Cam terkekeh.

"Ah, I see. Bagaimana denganmu Asa?" tanya Lyra yang haus jawaban dari Asa.

KRING!!!

Mendengar suara bel, Asa langsung mengalihkan pembicaraan, "Ah sayang sekali sudah bel. Sepertinya aku harus ke kelasku. Bye guys!"

Asa langsung berjalan cepat meninggalkan mereka seakan ketinggalan pesawat.

"BYE ASA!" teriak Lyra dari belakang.

Sesampainya di kelas, peluh keringat menetes di dahinya. Ia terlihat seperti habis lari marathon, napasnya tersengal-sengal. Pikirannya bercampur aduk.

Tak lama kemudian, pintu kelas berderit membuka dan mendatangkan seseorang yang sangat tidak diharapkan Asa.

Lyra.

"ASA!"

Seketika semua orang yang ada di kelas menatapnya. Seolah antara tidak peduli dan tidak tahu, Lyra langsung mengambil tempat duduk tepat disamping Asa.

Sungguh sebuah kebetulan.

"Hi!" sapa Lyra dengan cengiran khasnya.

Asa tidak menggubris sapaan Lyra, ia hanya menunduk menahan malu.

"Hohoho, is that your girlfriend Butterfield?" ledek seseorang di kelas.

Pipi Lyra langsung merona.

"Shut up Chris!" ucap Asa jengkel.

"Oh, I'm scared! Asa just yelled at me," ledek Chris berpura-pura ketakutan. Seisi kelas pun tertawa dan Asa hanya bisa menggeram, ia terlalu malas menanggapi Chris.

Chris Finnegan salah satu jerk di sekolah Asa yang pastinya suka menindas anak-anak yang lemah. Well, hubungannya dengan Asa juga tidak baik, karena dia sering meledek Asa dengan kata-kata yang membuat Asa sangat jengkel.

"Good morning class! Sorry I'm late," ucap Mrs. Diana.

Ia menaruh tas yang dibawanya lalu mengeluarkan sebuah spidol dan langsung menuliskan soal di papan tulis.

2x +5y + 4z = 25
X + 2y - 3z = 1
3x - 4y + 6z = 3

Great. Hari pertama tahun ajaran baru, diawali dengan pelajaran matematika lalu diberi soal tanpa penjelasan terlebih dahulu.

"Ada yang bisa menjawab?"

"Me!" Lyra langsung mengangkat tangan penuh semangat. Ia pun maju dan menjawab soal dengan santainya.

Mrs. Diana memandang jawaban Lyra, lalu tersenyum bangga dan menepuk kedua tangannya.

"Brilliant!" Pujinya.

"Apa kau murid baru disini?" tanya Mrs. Diana yang merasa asing dengan wajah Lyra.

Lyra mengangguk.

"Siapa namamu, Nak?"

"Lyra Moon."

"Okay Lyra, kau boleh duduk kembali. Terima kasih sudah menjawab soal dariku," Mrs. Diana kembali bertepuk tangan dan seisi kelas pun ikut bertepuk tangan juga.

Selama pelajaran berlangsung Lyra sangat aktif di kelas, menjawab soal-soal yang ada. Bahkan soal yang belum pernah diajari pun ia bisa menjawab. Asa tak menyangka ternyata anak yang bisa membuatnya kaget setengah mati ini, otaknya encer juga.

***

"Dude, Lyra adalah anak yang sangat keren!" kata Cameron terpana.

"Hmm."

Asa hanya merespon dengan berdeham.

"Kau tahu, dia bahkan bisa menjawab soal Fisika yang diberikan Mr. Brunner."

"Lalu?" tanya Asa tak tertarik.

"Kau tahu kan, soal-soal yang diberikan Mr. Brunner itu sangat susah! Sedangkan dia bisa menjawab hanya dengan hitungan detik," cerita Cameron panjang lebar sambil terkagum-kagum.

Asa tak merespon segala sesuatu yang keluar dari mulut Cameron saat ini.

Merasa tidak diperhatikan Cameron bertanya, "Bro, are you hear me?"

"Yeah."

"Like what I said before, she's so cool! I feel so lucky to know her!"

"Yea."

Cameron merasa ada yang salah dengan Asa, tidak biasanya dia hanya menjawab dengan singkat seperti ini.

"Hey, is there something wrong?"

"Nothing."

"Oh ayolah, sejak tadi pagi ku perhatikan kau sangat tidak bersemangat sekolah. Apa kau sedang ada masalah?" tanya Cameron khawatir.

Yeah and the problem is that freak girl that you adored so much! Gerutu Asa dalam hati.

"Aku baik-baik saja Cam," hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Asa.

"Baik-baik saja, berarti kau sedang tidak baik. Ayolah cerita padaku."

Asa terdiam sejenak. Mungkin ini saatnya ia menceritakan segala masalah yang terpendam di hatinya.

Hi! Hello! I'm back, after all this time~ sudah berapa lama saya gak update ff ini? :"), Maaf ya kalo chapter ini 'krik' gitu. Bcs, gue bingung nulisnya gimana, padahal dari awal udh diatur alurnya gimana tapi tetep aja bingung.

Jadi, sekian A/n dari gue. Don't forget to hit that star button and give me ur comments!

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang