Bab 4

6.7K 179 11
                                    


Atas permintaan Val, Gio menurunkannya agak sedikit jauh dari rumah. Val tidak ingin menjawab pertanyaan keluarganya, terutama Mama, tentang siapa Gio. Karena ia bukan siapa-siapa, apalagi istimewa. Bahkan seharusnya Gio tidak pernah hadir dalam hidupnya. Gio itu kuman! Yang harus dibasmi. Bukan, bukan kuman. Ia tumor! Sangat ganas! Mungkin sebentar lagi Gio akan membuatnya kurus kering lalu mati.

Ah, bukankah sebenarnya saat ini ia sudah mati? Satu bagian kehidupan Val sudah direnggut paksa. Dan kini ia harus menyerahkan satu bagian lagi kepada Gio. Val tidak mengerti, mengapa ia harus mengalami kejadian buruk ini? Kenapa bukan  yang lain saja,Tuhan? Kenapa dia?

"Val? Kok, telat banget pulangnya? Mama khawatir."

Tanpa disadari, Val sudah sampai di depan rumah. Mama memandanginya dengan cemas. Ia lupa bilang kalau akan pulang terlambat. Tapi Gio memang tidak memberinya waktu untuk memikirkan keluarga dan hal lainnya.

"Maaf, Ma. Tadi Val keasyikan di toko buku. Hape Val juga mati. Lowbet."
Bohong.

"Mama nelpon Sarah dan Ika. Mereka nggak ada yang tau kemana kamu pergi. Katanya kamu terburu-buru pulang dari sekolah dan hampir seharian kamu menghindari mereka. Kamu marahan sama Sarah dan Ika? Gara-gara kamu diturunin di jalan tadi malam?"
Val mengangguk. Memang kenyataannya begitu.

"Sudahlah. Toh tidak terjadi apa-apa sama kamu semalam. Maafkan saja mereka."

Benarkah?

Hati Val sangat perih. Ingin rasanya ia menghambur ke pelukan Mama dan menceritakan  semuanya. Ingin rasanya ia minta pada Mama agar menyembunyikannya di tempat yang jauh atau menguburnya dalam-dalam agar ia bisa menangisi kesialannya sampai puas. Ingin rasanya ia minta agar Mama memasukkannya lagi ke dalam rahim dan ia meringkuk di sana sebagai janin. Untuk apa ia dilahirkan jika ternyata ia harus mengalami cobaan seberat ini. Untuk apa ia hidup jika pada akhirnya ia memilih mati dengan cepat.

Val terdiam sambil menenteng sepatunya.

"Lho kok malah bengong? Udah sana masuk. Makan. Kamu pasti udah lapar, kan?"

Val tak kuat lagi. Ia memeluk Mamanya.

"Val sayang Mama. Val janji nggak akan bikin Mama malu."

"Kamu kenapa, sih, Val. Tiba-tiba gini? Kayak anak kecil aja. Kamu, tuh, anak gadis kebanggaan Mama. Nggak mungkinlah kamu bakal bikin Mama malu. Udah, ah! Sana ganti baju trus makan."

Mama melepas pelukan Val dan berjalan ke meja makan. Val memandangi punggung Mama dengan sedih. Semalam, ia memutuskan ingin mengakhiri hidup secepatnya. Ia merasa hidupnya sudah hancur. Ia sudah menulis surat permohonan maaf untuk Mama. Ia terburu-buru pulang karena ingin membeli obat tidur di apotek. Ia berencana meminumnya malam ini dan meninggalkan dunia ini dengan perasaan ringan. Melupakan cita-citanya, keluarganya, juga ulah Gio dan temannya.

Tapi hari ini, kehadiran Gio di hadapan Val, seolah menyadarkan Val apa yang akan terjadi apabila Val sampai bunuh diri. Mama, Papa, keluarga besar, teman-teman, satu kota, satu Indonesia, semua akan tahu alasan Val mengakhiri hidup. Sama artinya ia mati dengan meninggalkan aib di keluarga. Kematian yang tak wajar saja sudah merupakan aib, ditambah kenyataan kalau ia sudah kehilangan keperawanannya secara paksa. Apa yang akan terjadi pada Mama? Papa? Adik dan keluarga besarnya?
Mereka akan menanggung malu.

SWEET MISTAKES (FULL VERSION DI DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang