Bab 8

3.7K 169 5
                                    

“Valerie … ayo sarapan, Sayang.”

Val yang sedang menyisir rambutnya mengernyit mendengar panggilan mamanya. Rasanya aneh mendengar Mama memanggilnya semanis itu. Tidak seperti biasanya, menggunakan nada yang membuat Mariah Carey minder.

“Valerie … nanti kamu terlambat. Cepat turun!”

Panggilan Mama terdengar lagi. Begitu menggesa. Tumben. Biasanya juga dia berangkat tanpa sarapan Mama oke-oke saja. Val mempercepat sisirannya pada rambut. Meski dia sedang dalam mode tidak enak, penampilan tidak boleh memperlihatkan suasana hatinya. Val menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

Gio bilang sewaktu dalam perjalanan kembali ke rumah kemarin, dia tidak akan menyentuh Val sampai Val sendiri yang meminta. Hhh, mimpi aja terus! Mana mungkin Val meminta duluan. Sampai mati pun Val akan mempertahankan diri. Biar saja Gio terus menunggu dan berharap, Val sudah terlanjur muak pada lelaki itu.

Merenggut kegadisannya begitu saja, menghancurkan masa depannya, dan memutus kemungkinan dia bakal bisa mendapatkan kebahagiaan dengan orang yang dia sukai. Mana bisa Val memaafkan begitu saja perbuatan Gio dan teman-temannya. Bagaimana dia harus menjelaskan pada orang yang kelak bakal menjadi suaminya kalau dia sudah nggak perawan? Mengingat hal-hal seperti itu membuat rasa sakit di dadanya kembali hadir.

Val menutup mata dan mengatur napasnya.

“Semua akan baik-baik saja hari ini, Valerie. Kamu kuat. Kamu bisa. Selama nggak ada orang yang tahu, kamu aman. Cuma Gio yang harus kamu waspadai,” katanya lirih pada diri sendiri. Dia melirik clutch bag berisikan peralatan perangnya. Hari ini dia merasa tidak perlu membawanya.

Val tersenyum pada cermin lalu mengembuskan napas cepat. Dia siap menjalani hari dengan pura-pura baik-baik saja.

Dituruninya anak tangga seperti biasa. Cepat dan menghentak.

“Hati-hati turun tangganya, Sayang. Nanti kamu tergelincir.”

“Tiap hari juga Val turunnya begini. Mama tumben banget bersikap manis kayak gini,” katanya tanpa memperhatikan siapa-siapa saja yang duduk melingkari meja makan. Pandangannya fokus ke dalam tasnya untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

Mama terkekeh gelisah. Menyebalkan sekali kedengarannya. Setahu Val Mama tidak ikut perkumpulan arisan ibu-ibu sosialita yang gemar bersikap pura-pura. Dan sekarang Mama terdengar seperti itu. Aneh sekali.

“Kamu, kok ngomongnya sembarangan. Mama, kan selalu bersikap manis sama kamu.”

“Udah, ah. Mama abis kesambet apa, sih?” tanya Val sambil duduk dan mengambil roti di atas meja. “Papa semalam kasih Mama apaan sampai aneh gini?” Val mengangkat wajah dan memandang Papa yang tersenyum lebar di hadapannya.

Dengan wajah cerah Papa mengolesi rotinya dengan selai. Tapi bukan itu fokus Val. Di sebelah Papa ada adiknya. Lantas siapa lelaki yang duduk di sebelahnya?

Val menoleh perlahan ke sisi kirinya. Pada lelaki dengan kemeja dan dasi yang sedang menghirup minuman dari cangkir. Terlihat nikmat dan menyebalkan.

Hampir saja Val terjatuh dari kursi saking kagetnya. Tak menduga akan melihat lelaki menjengkelkan ini sepagi ini. Di awal hari yang dia harapkan baik-baik saja.

SWEET MISTAKES (FULL VERSION DI DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang