Thomas, wanita adalah makhluk yang berbahaya. Dia bisa membuat kita melupakan segala hal di dunia dan hanya memikirkan dirinya untuk waktu yang tidak terbatas. Karena itulah, kau harus selalu berhati-hati.
Duke of Gordon ke-X.
_________________________________________Mata Isabel seperti ingin keluar ketika siang itu, ia membuka pintu rumahnya dan melihat dua orang yang dikenalnya -yang entah bagaimana bisa bertemu- sedang bergenggaman tangan dengan erat. Satu pikiran yang langsung terbesit dalam otak yang penuh dengan dramanya adalah bahwa pada akhirnya, salah satu gadis kesayangannya telah menemukan tambatan hatinya. Dan, oh! Siapa yang akan menolak jika pria itu adalah seorang duke seperti Thomas!
Tapi memang mereka sangat serasi. Apalagi dengan latar keluarga yang sama-sama bangsawan dengan reputasi tanpa cela yang sama. Oh! Betapa berita ini akan menggembirakan seluruh lapisan masyarakat. Tentu saja mereka menyayangi duke muda yang tampan dan pemberani itu. Well, siapa yang tidak?
Walaupun pertunangannya dengan Lady Katherine Wood gagal setahun yang lalu dan sempat menimbulkan gosip bahwa sang duke memiliki orientasi yang menyimpang. Namun mata jeli Isabel tentu dengan mudah menilai kebenaran berita itu. Tentu saja, tidak ada satu inci pun bagian tubuh sang duke muda yang menggambarkan bahwa dirinya penyuka sesama jenis. Dan kini, di depannya, berdiri dirinya dengan Lady Analise Collins!
Isabel segera mengingat-ngingat kapan ia mendapatkan undangan minum teh dengan para sahabat atau kerabatnya. Ya Tuhan, dirinya benar-benar tidak sabar untuk menyebarkan kabar ini!
"Apa dokter Ruthbone ada?" tanya Analise langsung. Ia tidak memedulikan wajah Isabel yang terlihat puas dan bangga alih-alih menerobos kediaman keluarga Albern seperti rumahnya sendiri.
Thomas yang masih diseret oleh Analise hanya mengangkat sebelah alisnya. Menunggu Isabel yang cerewet dan penuh drama bersuara.
"Your-"
Thomas memberikan tatapan penuh peringatan kepada Isabel. Tatapan yang sering kali diberikan Thomas kepada pelayan maupun bawahannya agar mereka diam. Penuh dengan kemutlakan dan kearoganan seorang duke.
"Isabel, aku harus segera bertemu dengan Ruthbone!" pekik Analise frustrasi. Ia sudah mengedarkan tatapannya menyapu sekeliling. Dan pada jam seperti ini, Ruthbone bisa ada di mana saja. Akan lebih mudah jika saja Isabel tidak terlalu lama terdiam karena takjub karena barangkali, terlalu terpesona kepada pria yang ia seret-seret ke mari.
Analise tidak akan berbohong bahwa pria yang ia gandeng ke sana ke mari benar-benar tampan dan memiliki kharisma seperti ayahnya. Tatapannya juga sangat tajam dan jika saja Analise tidak terbiasa ditatap seperti itu oleh ayah dan saudara laki-lakinya, ia pasti akan ketakutan dan memilih tidak pernah berhubungan dengan Thomas.
Seakan menyadari sesuatu, Analise lalu berhenti bergerak. Dengan perlahan, oh sangat perlahan, ia menunduk ke bawah. Menemukan tangan mereka yang bertaut dengan erat. Dan seperti dirinya baru saja terkena serangan dari kilat bertenaga ribuat mega watt, ia segera melepaskannya. Wajahnya langsung memanas dan ia bisa membayangkan bahwa dirinya sudah serupa dengan tomat.
Ya Tuhan! Apa yang dia lakukan!
Pantas saja Isabel melihatnya dengan puas dan bangga. Ia harus berbicara dengan Isabel setelah ini dan menjelaskan dengan sebaik-sebaiknya bahwa pria yang sudah ia seret seharian ini hanyalah kenalan yang menolongnya dan terluka karenanya. Atau jika tidak...
Analise mengerang dalam hati. Mengutuki kebodohannya karena Isabel yang baik hati ini adalah salah satu penggosip yang luar biasa di kota Bath. Ya Tuhan....
Jika ibunya tahu mengenai gosip itu, ibunya akan langsung datang kemari. Memaksanya mengenalkan pria itu kepadanya dan ia yakin, ibunya yang memiliki ambisi untuk segera menikahkannya akan dengan senang hati membantu persiapan agar lonceng pernikahan untuknya segera berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching The Duchess [Repost]
Ficción histórica||Pemenang Wattys Award 2017 kategori The Originals|| ❤ Thomas story Setelah satu tahun kepergian Thomas dari London, ia akhirnya sampai di kota Bath. Kota terakhir yang ia kunjungi sebelum kembali lagi ke London dan bersiap menerima calon istri yan...