Chapter 3

12.2K 1.6K 71
                                    

Thomas. Wanita adalah makhluk yang cerdik. Karena itulah, kau harus selalu lebih cerdik dari mereka dan berada satu langkah di depan mereka.

Duke of Gordon ke-X.
_________________________________________

Ayah Thomas, Benyamin Hardy mengirim Thomas di bawah asuhan Alaric Rees, Duke of Gordon ke- X ketika usianya empat belas tahun. Thomas yang memang dibesarkan untuk menjadi penerus seorang duke hanya menurut, patuh, dan menghomati Alaric dengan segala yang Alaric berikan kepada Thomas. Pun bekas luka sabetan pedang di dadanya tidak melunturkan rasa hormat Thomas kepadanya dan hanya satu hal yang pada akhirnya membuat Thomas melakukan tindakan tegas dan meminta Alaric untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Alaric adalah mentor dan guru yang hebat. Melatih ketajaman berpikir Thomas dan kemampuan fisik Thomas dengan ketat. Thomas tidak pernah mengeluh, karena Alaric juga memberikan kebutuhan Thomas yang jarang ia dapatkan dari ayah kandungnya, yaitu perhatian dan kasih sayang.

Tiga tahun setelahnya, Thomas telah menjadi pemuda yang memesona dalam segala hal. Alaric merasa cukup untuk mengajarkan ilmunya dan bertepatan dengan hal itu, Benyamin Hardy dikabarkan tewas dalam tugas yang ia laksanakan untuk sang ratu. Maka Thomas muda segera pulang, mengambil alih segala tanggung jawab sang ayah serta tugasnya sebagai kaki tangan langsung dari sang ratu. Dan sejak saat itulah, Thomas beserta bahaya telah menjadi sahabat karib.

Dua tahun setelahnya, Thomas bertemu kembali dengan Matthew. Saudara jauhnya yang sempat akrab dengannya semasa kecil. Thomas melihat kemampuannya ketika berada di dalam akademi yang berada dalam pengawasan Alaric. Ia lalu menemui Matthew. Meminta –setengah memaksanya— untuk bersumpah setia kepada sang ratu dan berada di bawah perintahnya.

Dan sejak saat itu, sudah menginjak delapan tahun sejak pertama kali Thomas merekrut Matthew. Tidak terhitung berapa banyak pertempuran yang sudah mereka alami bersama.

Tetapi ketika pada akhirnya Thomas membuat Matthew berpisah dengan adik perempuannya, Thomas tahu bahwa ia harus menebus hutangnya di kemudian hari. Dan itu ada dalam agendanya kali ini.

Setidaknya kedatangannya ke kota Bath tidak akan sia-sia dan ia merasa akan mendapatkan pencapaian yang besar. Jika pencapaian itu termasuk dengan takdir yang mengikatnya sehingga bertemu dengan gadis yang tengah menahan tangis di depannya, maka...

"Ya Tuhan. Sebenarnya apa yang sudah kau perbuat dalam hidupmu?"

Thomas meringis. Mengabaikan suara serak itu dan membuka bagian belakang kemejanya yang basah karena darah. Oh, sepertinya lukanya terbuka dengan lebar.

Thomas lalu berbalik. Membuat punggungnya menghadap Analise yang kini terdengar sedang terisak.

"Jika kau berniat untuk mengobati-"

"Ma-maafkan aku. Aku akan segera mengobatimu," bisik Analise dengan lemah.

Ia merasa terganggu saat ini. Dan gangguan itu muncul bukan karena ada dua orang wanita yang menyaksikannya bertelanjang dada dan melihat tubuhnya yang mungkin saja menurut mereka mengerikan. Namun karena ada gadis yang menangis untuknya. Itulah yang mengganggu Thomas dan membuatnya ingin menenangkan Analise.

Barangkali, ia bisa memeluknya. Berbisik di pucuk kepalanya bahwa ia tidak apa-apa. Bahwa apa yang tergambar dalam tubuhnya barangkali adalah medali tidak kasat mata yang melejitkan namanya di antara para kriminal yang sudah ia tangani.

Thomas lalu merasakan usapan lembut dari handuk basah di belakangnya. Membuatnya mendesis karena rasa perih yang menyengat.

"Bekas hitam ini-" tanya Analise tidak yakin.

Catching The Duchess [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang