The Memories

439 5 6
                                    

“Haloo... Assalamualaikum” suara gadis dengan sweater putih dan celana cullote hitam serta hijab yang menutup auratnya terlihat sedang menerima telfon.

“Walaikumsalam, dengan Nisya Humairah ?” balas suara perempuan disebrang sana.

“Ya, benar saya sendiri. Dengan mbak Hani ya ?”

“Iya saya. Maaf sebelumnya. Saya nanti malam ada meeting dadakan mbak. Janjiannya bisa dipercepat nggak ya. Kalau bisa sore ini aja mbak. Bagaimana ?”

“Ehmmm.... yaudah mbak. Lagian sore ini saya free. Boleh boleh.”

“Yaudah, cafe Trinity Jl. Cempedak ya mbak”

“Siap mbak. 10 menit lagi”

“Ok. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam Warahmatullah”

************

Rintik hujan kini telah menguasai hampir sebagian kota jogja. Yap, jogja sore ini begitu murung. Aku membuka lebar payung yang sedari tadi berada di genggamanku. Dengan segala pergolakan pikiranku, akhirnya kuputuskan untuk menerobos dinginnya hujan. Aku melewati jalanan yang penuh dengan genangan, namun bukan kenangan. Haha, lupakan. Sepuluh menit sudah waktu berlalu, bus yang kutunggu akhirnya datang. Syukurlah, hari ini bus terlihat lengang. Hmm, mungkin ini salah satu efek dari hujan sore ini. Aku duduk di kursi belakang dekat jendela. Huh, sungguh sangat dramatis diriku kali ini. Memandang jalanan yang sedang dihujani dengan tetes hujan yang masih tertinggal di kaca jendela. Bus berjalan dan... jrrasshhhh cipratan dari bus ini hampir mengenai remaja perempuan dengan seragam yang masih melekat di badannya. Namun dengan sigap seorang remaja laki-laki yang berseragam sama segera mengorbankan punggungnya agar si perempuan tidak terkena cipratan bus. Semua ini terasa seperti Dejavu. Yap, aku yang menyaksikan kejadian barusan seakan melihat diriku 5 tahun lalu. Dengan kota masalalu, kota Jogja, kota yang kurindukan. Kejadian yang benar-benar berhasil memutar memoriku.

Flashback On
5 tahun lalu, Jogjakarta.

Gadis berjilbab sedang duduk sambil membaca buku.
"Sya, dipanggil Pak Darmo tuh. Suruh ke ruang perpus" Alma teman sebangkuku.

"Ngapain ?" Tanyaku santai dan meletakkan buku yang barusaja kubaca.

"Tau" ucap Alma cuek.

Aku beranjak dari tempat dudukku dan menemui guru geografiku, Pak Darmo.

Disana sudah ada seorang cowok yang duduk bersebelahan dengan Pak Darmo, sepertinya dia dipanggil oleh Pak Darmo juga.
Angga rupanya, anak kelas sebelah yang dulu sempat kukagumi.
"Permisi, bapak manggil saya ?" Tanyaku dengan sopan.

"Iya benar, kamu saya panggil kesini untuk memberitahu bahwa kamu mewakili sekolah untuk lomba debat geografi" ujarnya.

"Alhamdulillah, terimakasih pak. Maaf pak, kalau boleh tau siapa saja partner yang akan menemani saya nanti apakah cuma Angga saja ?" aku masih berdiri di dekat Pak Darmo.

"Oh, itu sudah bapak tentukan."

"Nah itu dia orangnya, panjang umur sekali" lanjutnya tersenyum lega.

Aku menoleh kearah sudut pandangan Pak Darmo. Oh ternyata kakak kelas, tunggu bukannya dia kelas 12 dan seharusnya tidak boleh mengikuti lomba debat ini. Dia mendekat dan berdiri disampingku. Aku hanya meliriknya sekilas.

"Nah ini dia, Zhafran. Dia memang sudah kelas 12, tapi bagaimana lagi. Team ini perlu dia, soalnya sudah nggak ada lagi adik kelas kalian yang tertarik sama Geografi. Hehe" tawanya getir.
Aku ber oh dalam hati. Tunggu tapi, bedge nya kan Ipa.
"Pasti kamu heran, kenapa anak ipa bisa ikut lomba Geografi ?" Wah... tebakan pak Darmo selalu saja benar. Memang hebat guru yang satu ini. Aku hanya membalasnya dengan senyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang