Rava POV
Aku kaget saat tau irfan tiba tiba berteriak dikamarku. reflek aku terbangun dan menatap irfan yang menatapku dengan murka. belum sempat aku bertanya ada apa. aku dikejutkan isakan seseorang disampingku.
hah??? vani menangis disampingku dengan tubuh terbalut selimut dengan kedua bahunya yang terekspos. meneliti apa yang dikenakan vani membuatku melihat diriku sendiri. oh astaga, aku hanya memakai boxer dan tanpa baju.
ya ampun apa yang sebenarnya terjadi? irfan yang sudah kalap menarikku keluar dari kamar dengan diikuti vani yang masih menangis ke ruang tv.
" fan, aku bisa jelasin. kami tidak melakukan apapun" ucapku
" apa aku buta hah? sudah terlihat jelas kalian diranjang yang sama dengan tubuh nyaris tanpa sehelai benang pun."
" fan, tapi aku benar benar tidak"
prangg
kata kataku terhenti karena tiba tiba irfan membanting vas bunga yang ada dimeja. belum berhenti sampai disitu. aku juga melihat rara datang dengan sigit.
ingin aku mengejar rara yang lari keluar begitu mengetahui kondisi disini dengan aku dan vani seperti ini ditambah irfan yang marah besar. pasti dia sudah menyimpulkan yang tidak tidak.
tapi bagaimana aku bisa mengejar sementara didepanku irfan seperti ingin menghajarku saja. wajar sih siapapun yang melihat kondisiku pasti menarik kesimpulan yang sama, tapi aku yakin aku tidak berbuat apapun dengan vani. kulihat sigit kembali sendirian setelah mengejar rara. berarti rara tidak diketemukan. sigit membantu menenangkan irfan dengan mengajaknya keluar dulu untuk bernafas sekalian memberikan waktu bagiku dan vani memakai pakaian yang pantas.
" van, kita tidak melakukan apapun kan?" tanyaku setelah aku dan vani memakai baju sedangkan sigit dan irfan belum kembali.
" tadi kamu merayuku va, dan kamu melakukan itu padaku meskipun aku sudah memohon dan menjerit kamu tidak menghiraukanku va" ucap vani sambil terus menangis
" kamu bohong van?"
" uda gak usah nyangkal va, aku gak mau tau. kamu harus bertanggung jawab" ucap irfan.
" belum tentu juga vani hamil kan. kenapa harus bertanggung jawab?" ucapku emosi
" aku gak mau tau. vani hamil atau tidak yang jelas. kamu uda mengambil keperawanan adikku. kamu mau menikah atau aku lapor polisi atas tuduhan pemerkosaan?"
" oke. aku nikahi adikmu seperti mau kamu fan" ucapku akhirnya.
" aku mau bulan depan kalian menikah. aku tidak mau mama sampai curiga klo klo vani uda hamil dulu"
" apa gak kecepetan sih. kamu keterlaluan"
" terserah kamu mau atau kamu mau jadi aib bagi mami kamu"
" ya oke klo begitu mau kamu fan"
sialan... aku benar benar tidak ingat lagi apa yang terjadi dan disinilah aku dan vani akhirnya, menempuh perjalanan empat jam menuju rumah mami.
dan mami adalah mami yang malah mengizinkan vani tinggal dirumah dan menyarankan kepada vani untuk menikah dikota kelahiranku saja dan vani dengan antusias mengiyakan.
aku berusaha menghubungi rara dan hasilnya nihil. aku ingin sekali menjelaskan padanya tapi hpnya mati dan setiap aku kerumahnya bunda selalu bilang rara tidak mau bertemu denganku.
Rara POV
apakah begini rasanya patah hati? aku dulu pernah mengalaminya tapi kenapa yang ini jauh lebih sakit. aku tidak menyangka klo rava sampai berbuat seperti itu. tapi kenyataan yang ada membuatku harus percaya.
tapi kenapa disaat kami sudah mau baikan lagi. disaat aku sudah mulai percaya dan mulai akan melangkah lebih jauh dengannya.
aku hanya bisa menangis sesampainya dirumah. aku tidak peduli dengan biaya taksi yang dibayar oleh bundaku. begitu aku turun dari taksi bunda menyambutku yang malah aku acuhkan dan aku berlari kekamar.
hari ini hari kedua aku mengurung diri dikamar. mataku bengkak dan aku kesulitan bernafas dadaku sesak kebanyakan menangis tapi aku bisa apa lagi. aku kecewa kepada rava kepada diriku sendiri. hp ku sudah mati dari kemarin aku di dalam taksi tak ada keinginan untuk menyalakannya.
tadi aku juga melihat rava datang kerumah. buat apa dia kesini lagi, aku tidak butuh penjelasan apapun. aku mendengar bunda bilang kepadanya bahwa aku tidak mau bertemu dengan siapapun.
ya Tuhan kenapa harus aku yang mengalami ini, dari sekian banyak orang kenapa engkau memilih aku untuk mengalami semua ini. kak rio bolak balik mengetuk kamrku dan hanya kubalas teriakan supaya dia pergi dan berulang kali bunda dan ayah menyuruhku makan.
sudah dua hari aku seperti mayat. kini aku sudah lebih kuat dan harus bisa menghadapi semua ini. saat sarapan pagi bersama bunda bercerita bahwa beliau mendengar cerita dari mama vani, bahwa vani akan menikah dengan rava. aku seperti disambar petir saat mendengar kabar itu. kesadaranku seakan menipis dan air mata yang berusaha aku tutupi tumpah sudah. hingga kak rio bangkit untuk memelukku dan menuntunku memasuki kamar. aku mendengar bunda meminta maaf padaku, bunda mengira aku sudah tidak punya perasaan apa apa kepada rava.
kak rio memelukku dan menenangkanku berkali kali. dia bilang gak usah ditangisi lagi. mungkin memang bukan rava jodohku. kak rio berpesan aku harus kuat. seperti apapun vani juga sahabatku. jadi aku juga harus berbahagia untuknya.
aku harus merelakan rava untuk vani. sesakit apapun ini aku harus menghadapinya benar kata kak rio. mungkin memang bukan dia jodohku. tapi ini tidaklah semudah itu.
hay,, hay ,, hay vote dan commentnya ditunggu ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/10367765-288-k487174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
should be mine,,again?? ( complete)
Teen FictionKetika takdir mempertemukan mereka kembali. akankah mereka sanggup untuk jujur? akankah cinta mampu mengalahkan segalanya atau cinta yang akan kalah? akankah semua yang terlepas kembali? should be mine again...akankah terjadi? Sebagian cerita di pri...