Chapter 3

209 28 9
                                    

"Jangan bicara mistis! So Eun hanya sedang stres. Benar bukan?" ucap Yoona mencoba membela  kegilaan So Eun kemarin. "Ch-chakkaman, kalian ini bicara apa sih?" sepertinya kita tidak bisa berharap untuk So Eun mengerti keadaannya sekarang. Dia terlihat masih kebingungan dengan topik pembicaraan mereka.

"Kamu tidak ingat ya?" tanya Siwon. Sepertinya dia mulai menyadari bahwa So Eun tidak mengerti apapun tentang perkataan mereka.

"Dan yang paling penting, memperbaiki keuangan kota ini untuk meneruskan proyek revitalisasi! Hanya bila hal ini sudah tercapai maka bisa menciptakan keselamatan dan keamanan masyarakat! Sebagai walikota incumbent-"

"Lagipula dia akan terpilih lagi." ucap seorang pria yang nampaknya sudah cukup berumur pada temannya. "Kudengar dia mendistribusikan daging babi." ucap seorang ibu paruh baya pada teman gosipnya yang lain. Mereka tampak berdiri melihat seorang pria paruh baya yang sedang melakukan kampanye di depan mereka. Dan disana juga terdapat tiga orang anak SMA yang turut melihat kampane pak tua tadi. Seragam yang mereka pakai adalah seragam SMA Ousei. Kumpulan anak SMA yang terdiri dari satu pria dan dua wanita genit itu nampak melihat dengan ekspresi kebosanan di wajah mereka.

  "Hey So Eun." sapa satu-satunya pria di kelompok tadi pada So Eun yang berjalan mendekat dengan Siwon dan Yoona. Meskipun nadanya terdengar meremehkan So Eun tetap membalas. Yah, walaupun dengan nada ke-engannan yang tidak dapat tersembunyi.

"Selamat pagi." balas So Eun. Segera setelah dua gadis yang bersamanya tadi menyadari keberadaan So Eun dan teman-temannya, mereka menoleh. Menatap rendah pada So Eun dan menyeringai kecil.

"Jadi anaknya walikota dan anaknya kontraktornya juga jalan bersama." ucap pria bernama Dong Shuu tadi dengan nada menghina dan menyeringai kecil pada mereka. So Eun nampak memilih untuk menghiraukan hinaan yang ditujukan padanya dan teman-temannya dan segera berjalan pergi dari tempat itu.

"So Eun!" panggil pak tua yang sedang berkampanye tadi secara tiba-tiba. Membuat seluruh perhatian tertuju pada gadis muda yang dipanggilnya tadi. Entah bagaimana bisa dia mengenal So Eun. Sedangkan So Eun sendiri yang merasa namanya dipanggil, segera menghentikan jalannya. Dia menatap kebawah seolah-olah jalan beraspal itu adalah hal yang paling menarik di matanya.

"Berjalanlah dengan tegak!" ucapnya dengan nada tegas dan berwibawa. Yang dibalas So Eun dengan berjalan lebih tegak namun sama sekali tidak menatap  pak tua yang memerintahnya tadi.

"Dia tegas dengan keluarganya ya?" tanya seorang nenek-nenek pada orang disebelahnya. "Walikota memang seperti itu." balasnya menjaab pertanyaan yang sang nenek tujukan padanya.

"Sungguh memalukan." ucap gadis yang bernama Dong Shuu tadi. "Sial sekali kalu jadi dia." ucap gadis lainnya. Mereka nampak menikmati hinaan yang mereka tujukan pada keluarga walikota tersebut.

So Eun berjalan dengan lesu setelah berhasil melewati tempat yang menurutnya adalah neraka itu. Mengundang tatapan kekhawatiran dari kedua sahabatnya. "So Eun." panggil Yoona.

"Padahal di depan banyak orang begitu...." gumam So Eun menyuarakan protesnya atas tindakan keluarganya tadi.

>>>>>>>>>Time Skip ( sampai sekolah)>>>>>>>>

Pelajaran nampak sedang berlangsung di kelas  2A. So Eun sendiri yang duduk di pojok belakang dekat jendela membuka buku tulisnya. Alisnya bertaut saat membaca tulisan yang ada di bukunya. Binar keheranan tidak dapat tersembunyi dari matanya. Tulisan itu menyedot semua perhatiannya. Menyebabkan fokusnya sekarang bukan pada guru yang sedang menjelaskan di depan namun pada tulisan tersebut.

'Siapa kamu?' tulisan itulah yang membuatnya bertanya-tanya. Maksudku kau juga pasti begitu bukan saat melihat tulisan yang tentunya tidak khas dengan cara menulismu berada di buku tulismu, ya'kan? So Eun sendiri mendekatkan wajahnya pada bukunya. Berpikir mungkin dia mulai rabun sehingga melihat tulisan semacam itu di buku tulisnya sendiri.

"'Hwanghon' artinya senja. Senja itu bukan siang atau malam. Ketika dunia samar-samar dan orang mungkin bertemu sesuatu yang bukan manusia. Ungkapan lamanya termasuk 'banjjogsi'." ucap guru wanita yang sedang menjelaskan di depan.

"Maaf! Bukan 'banjjog togi'?" Tanya seorang murid pada guru tadi. "'Banjjog togi'? Ibu rasa itu logat daerah setempat." ucap ibu guru tadi. " Kudengar para tetua Itomori masih menggunakan bahasa klasik." tambahnya.

Sementara pelajaran masih berlangsung, So Eun juga masih pada hal yang sama. Tulisan. Dia membolak-balik buku tulisanya. Tapi nampaknya hal itu sia-sia. Dia tidak menemukan tulisan lain kecuali tulisan 'Siapa kamu?' tadi. Tulisan tangan itu khas tulisan pria. Membuatnya semakin dibuat kebingungan dengan tulisan tadi.


******************^^***************

Vote n comment ya!^^

Your Name ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang