chapter 5

370 27 0
                                    

Tap...tap.. tap... untuk memenangkan sesuatu kau harus berkorban. Tap... tap...tap.. hanya dengan hal itu kau akan menemukan titik terang. Tapi.... jikaa.... tidak memilih salah satu apakah boleh?
Jihoon berlatih dengan keras didalam sebuah studio. Jam sudah menunjukan 1 pagi tapi dia tidak kunjung berhenti. Meskipun dia mendapatkan peringkat satu minggu lalu. Dia berfikir jika mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Tapi bukan kah memang benar seperti itu ceritanya. Jika ingin menang kita harus mengorbankan waktu kita, jika kita ingin menang maka kita harus melawan rasa takut kita. Hari ini para trainee dipulangkan sebentar agar bisa beristirahat. Tetapi jihoon malah memilih pergi ke studio untuk berlatih. Jihoon benar-benar pekerja keras.

Nafasnya terengah-enggah di berhenti sebentar di tepi ruangan. Menyandarkan punggungnya ditenbok ruangan. Sesekali mengusap keringatknya. Lalu melihat HPnya. Seorang gadia yg dia cintai yg sudah lama menyakitinya tetapi tak pernah dia lupakan. Dia tersenyun kecut saat mengingat kembali masa-masa bahagia bersama gadis itu.

Flashback

"Jihoon-ah" seorang gadis berkebangsaan amerika-korea mendekatinya memberinya sebotol minuman. "Kau bekerja dengan keras." Jihoon mengambil botolnya dan memninum tak lupa memberi kata terima kasih.

"Bisa kah kau menjadi pacarku ?" Ucap gadis itu. Mata jihoon membulat ketika suara itu menyambar panca indranya. "Emm, maafkan aku. Terima kasih banyak atas minumannya." Jihoon pergi meninggalkan gadis itu yg terlihat sedih karena ditolak oleh jihoon.

Seusai latihan Jihoon pergi ke halte bus. Dia duduk di bangku pojok belakang. Saat bus mulai berjalan sebentar,tiba-tiba bus berhenti mendadak karena di berhentika oleh seorang gadis cantik berkebangsaan lain. Nafasnya terengah-engah kelihatan sekali jika dia mengejar bus.

"Kamsahamnida, chongsoahabnida."
"Ya! Lain kali jangan lakukan hal ini lagi kau dengar?" Teriak supir yg sedang kesal. "Ne" gadis itu sedikit membungkukan badannya. Lalu berjalan ke belakang mencari bangku. Tanpa sengaja mata jihoon dan gadis itu bertatapan sejenak. Lalu mata gadis itu beralih menujuh bangku yg kosong dan duduk. Sepertinya dia sudah pata hati kerena sudah beberapa jam lalu ditolak oleh Jihoon.

Hari mulai larut tetapi Jihoon belum juga turun dari bus, lalu dia melihat gadis itu yg mengantuk. Dia menyandarkan kepalanya di jendela. Sudah bisa dibayangkan betapa lelahnya menjadi seorang trainee setiap pulang sekolah harus berlatih untuk menjadi idol lalu malamnya harus mengerjalan tugas sekolah, pagi hari berangkat kesekolah dengan badan yg remuk.

Mata Jihoon membulat ketika dia mau sampai di tempat tujuannya. Tetapi matanya beralih kepada gadis yg tertidur lelap di dalam bus. Dia berjalan mendekati gadis itu lalu mendadak busnya mengerem mendadak dan membuatnya harus duduk di samping gadis berkebangsaan korea Amerika yg terlelap tersebut. Si gadis juga yg tadinya tidur harus bangun karena kepalanya terbentur dengan keras. Membentur pelipis jendela bus.

"Aw!"
Jihoon reflek melihat gadis itu. "Oh! Darah?" Jihoon terkejut. Ternyata pelipis jendela bus itu sedikit merobek kening gadis itu. "Ya! Pak bisakah kau menyatir dengan benar? Penumpangmu berdarah karenamu!" Jihoon melihat ke gadis itu. "Ya! Noe? Gwencana ?"
Gadis itu hanya bisa merintih kesakitan. "Aish" jihoon membuka kota obat yg selalu dia sediakan didalam tasnya. Dia membersikan sedikit luka yg ada di kening gadis itu.

Wajah mereka begitu dekat dan gadis itu memandangi wajah jihoon dengan intents. Jihoon yg merasa jika dia diperhatikapun mulai melihat mata gadis yg ada dihadapannya. Tiba-tiba sebuah bibir mendarat di pipi jihoon.

Orang bilang saat kau jatuh cinta, entah apa yg akan kau perbuat jika dia berada di dekatmu. Dan mungkin cinta ini adalah awal dari kisah perjalanan trainee jihoon yg panjang...

Wajah jihoon memerah, dia begitu malu. Sementara gadis itu tertunduk diam.

"Bukan itu." Jihoon memperbaiki duduknya. Kali ini keduanya duduk berdampingan tanpa menatap layaknya awal.

"Bukan it ? " mengulang kembali kalimat Jihoon.

"Keluargaku banyak hutang, aku harus segera debut agar tidak menambah hutang trainee ku. Jadi aku rasa kau dan aku harus fokus pada diri kita masing-masing. Cepat atau lambat cinta pula perlu sebuah uang untuk hidup. Bukan begitu ?" Jihoon melihat gadis berkewarganegaraan lain yg ada di sampingnya.


Dead leave Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang