chapter 7

524 40 2
                                    

Jihoon befjalan keluar studio dia pikir dia harus pergi ke supermarket. Ada yg bilang supermarket itu dekat dengan rumah jeon somi. Tetapi selama jihoon berada disini dia tidak pernah melihat somi yg keluyuran begitu di luar. Ya mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya dia kan seorang idol.

Selang beberapa langkah lagi Jihoon akan sampai disupermarket itu sebelum dia mendengar sebuah teriakkan.

AHHHHHHHHHHHKKKKKK!!!! Tolong!!!!

Sebuah teriakan dari seorang wanita. Tak jauh dari situ dia melihat seorang pria yg menggeret wanita dengan paksa.

Jihoon berlari menujuh teriakan. Dia tidak tau dia tidak pernah berkelahi sebelumnya. Tetapi dia harus menolong gadis itu.

Jihoon langsung menghantam dua pria yg berusaha membawa somi masuk kedalam mobil. Jihoon melawan dengan sekuat tenaganya, tapi tubuh dua pria itu lebih besar daripada dia jadi mau atau tidak tetap saja dia terkena pukulan namun setidaknya dia bisa lari dengan membawa seorang gadis.

"Ayo lari!" Jihoon berlari begitu pula gadis itu. Mereka berlari sekencang-kencangnya.

Lalu bersembunyi didalam lorong yy cukup sempit. Mau bagaimana lagi, mereka harus kabur Jihoon tidak bisa mengatasi hal itu sendirian terlebih perut dan wajahnya sudah terkena pukulan.
Mereka menunggu sebentar didalam lorong itu. Lorong itu cukup sempit sehingga tubuh mereka harus berdempetan masing-masing.

"Apa sudah pergi?" Tanya gadis itu.

"Mungkin." Jawab jihoon. Dia bisa merasakan buah dada gadis yg ada di hadapannya karena tubuh mereka pada posisi yg sangat terhimpit dan dekat. Bahkan jihoon juga bisa merasakan helahan nafas gadis itu.

 Bahkan jihoon juga bisa merasakan helahan nafas gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Posisi mereka setidaknya seperti ini.

Jihoon menelan ludahnya. Ketika menyadari jika wajah itu sangatlah familiar baginya. Somi?

"Bisa kita keluar sekarang?aku mulai lelah berrebut udara denganmu."

"Apa?" Somi melihat kearah jihoon yg lebih tinggi darinya. "Oh iya baiklah." Somi berusaha menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit keluar dari lorong tersebut.

Keduanya keluar

"Kamshahamnida." Somi memberi sebuah penghormatan.

"Ne, tidak usah sungkan."

"Apa kau baik-baik saja ?"mata somi melihat Jihoon yg pipinya mulai membiru.

"OH MY GOD." Pipimu membiru. Somi memegangi pipi jihoon."apa ini sakit ?" Somi meniupnya pelan. Wajah  jihoon memerah malu. Ya tuhan apa yg gadis ini lakukan batinnya.

"Tidak apa-apa nanti akan sembuh dengan sendirinya."

"Mari aku antar pulang. Ini sudah malam."

"Tidak usah. Ini dekat dengan rumahku."

"Gwenchana, nanti kau akan dibawa lagi dengan orang-orang itu semua akan khawatir."

"Baiklah, terima kasih."

Jihoon berjalan di belakang somi. Entah kenapa dia lebih memilih seperti itu daripada dia berada di samping somi. Mungkin karena Somi adalah sunbaenimnya. Jadi jihoon sedikit malu.

"Kau tidak apa jika berjalan seperti ini? Aku merasa berjalan dengan bodyguard."
Tanya somi

"Aniya, gwenchana sebentar lagi sudah sampai."

"Ne, terima kasih banyak atas bantuamu. Aku akan membalasnya."

"Tidak perlu dibalas. Tidak apa-apa aku hanya menolong."

"Apa jadinya aku jika kau tidak ada." Somi melihat kearah depan runahnya. Terlihat sebuh mobil berwarna hitam yg sedang menanti dan disana keluar seorang pria yg ditutupi oleh masker. Dan dia adalah wajah yg dia rindukan. Bagaimana dia bisa tau? Karena pria itu yg dia cintai dan dia bisa mengenalinya hanya dari bentuk rambutnya saja.

***

Wooshin menunggu di depan rumah somi. Dari jauh dia melihat somi berjalan yg dibelakangnya seorang pria. Wooshin langsung berlari dan mengandeng somi menaruhnya dibalik tubuh besarnya.

"Mau apa kau?" Tanya Wooshi tegas.

Jihoon bingung. "Oh aku, aku."

"Jangan membuntuti seorang wanita dari belakang. Kau tau itu perbuatan yg tidak baik."

"Aku hanya-"

"Sudah sana pergi!"

"Dia tidak bermaksud jahat, dia menolongku." Tanggap somi. Wooshin menenggok kearah belakang.

"Benarkah?" Tanya wooshin kepada somi. "Nanti akan aku ceritakan."

"Kamsahamnida. Hati-hati dijalan ya." Ucap somi. Jihoon membungkuk lalu tersenyum pamit untuk kembali. Bibirnya sedikit perih ketika tersenyum. Bagaimana besok saat dia melakukan latihan, wajahnya terlalu lebam untuk melakukan shuting. Jika tertangkap kamera semua akan berfikir jika para trainee bertengkar satu sama lain.

Wooshin masuk kedalam mobil bersama dengan somi.
Dia melepas maskernya. Lalu melihat somi khwatir. "Kau tidak apa-apa?" Wooshin memeriksa keseluruh tubuh Somi. Membolak-balik tubuhnya lalu melihat dengan detai tangannya. "Apa ada yg luka atau sakit?" Wajahnya terlihat begifu cemas. Wooshin memang tidak bisa menyembunyikan perasaannya jika dia sangatlah cemas dengan keadaan somi.

Somi tersenyum tipis. Menarik tangan wooshin menaruhnya di belakang pinggangnya lalu menenggelamkan wajahnya di pundak wooshin yg dia rindukan. "Gwencana."

Perasaan wooshin yg tadinya khwatir sekrang sedikit meleleh dengan apa yg dilakukan oleh Somi.

"Aku senang kau baik-baik saja." Membalas pelukan somi.

"Hp ku hilang, yg menghubungimu bukan aku. Mulai hari ini kau harus berhati-hati jika keluar."

"Ne. Aku akan berhati-hati."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dead leave Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang