2017
Jimin memarkirkan mobilnya di depan gedung dimana abu dari sang istri berada. Kepalanya menoleh pada putrinya yang sedari tadi asik menciumi wangi yang menyeruak dari bunga lily putih yang di belinya tadi.
"Kita turun sayang, tunggu Ayah keluar ya"
Sunmi mengangguk, sedangkan matanya terus melihat Ayahnya yang turun dan jalan memutari mobil hingga sampai di sebelah kiri bagian mobil dimana dirinya berada.
"Turunlah...hati-hati!" Jimin memperingati putrinya, agar turun dengan penuh kehati-hatian. "Iya Ayah, Sunmi tau. Ayah terlalu kawatir, aku kan sudah besar" sudah berulang kali kata itu selalu putrinya kumandangkan, tapi Jimin tak pernah bosan mendengarnya, dia malah terkekeh dan kadang juga tertawa karena putrinya menampilkan wajah jengkelnya saat ia terlalu over pada putri satu-satunya itu.
"Itu menurut Sunmi, tapi menurut Ayah....Sunmi masih gadis kecil Ayah yang imut dan cantik"
Sunmi memutar bola matanya malas mendengar godaan Ayahnya yang sudah biasa dia dengar, terlalu malas menanggapi, dia hanya berjalan dengan terus memperbaiki sisi-sisi bunga yang tertiup angin, bunga itu harus terlihat rapi agar Ibunya senang melihatnya.
Jimin yang tak di hiraukan hanya menghela nafas pelan, kemudian kepalanya menggeleng pelan, merasa gemas dengan anak perempuannya yang terlihat sok dewasa di umurnya yang masih berusia 6 tahun, bahkan mandi pun harus di temani, bagaimana mau di bilang sudah besar. Jimin mensejajarkan langkahnya dengan putrinya dan berjalan bersama-sama sambil sesekali menganggu putrinya yang menurutnya sangat menyenangkan.
Jimin tersenyum memandang foto istrinya yang terpajang apik di balik kaca tempat penyimpanan abu. Tangannya bergerak membuka pintu kecil yang terbuat dari kaca agar dapat mengambil foto itu, Sunmi hanya diam saat Ayahnya mencium dengan penuh sayang foto Ibunya, dan itu sudah biasa dilakukan Ayahnya saat mereka berkunjung di tempat abu Ibunya.
"Ayah, aku juga mau mencium foto Ibu"
Jimin menyudahi acaranya dan menegok kebawah, dimana putrinya berada. Tangannya ia ulurkan untuk mengambil bunga yang di pegang putrinya, sekaligus memberiakan foto cantik istrinya.
"Ibu sangat cantik!" Jimin tersenyum mendegar seruan putrinya dari bawah. "Sama sepertimu, lihatlah...wajah kalian hampir sama kan, hanya karena sedikit mirip dengan Ayah, kau jadi agak berbeda, apalagi senyum manismu itu sayang"
Sunmi mendogak menatap Ayahnya yang juga tengah menatapnya, "benarkah? Wah...aku jadi merasa beruntung telah jadi anak Ibu dan Ayah, kalian memang tampan dan cantik"
Jimin tersenyum jahil "ohooo...baru mengakui Ayahmu ini tampan yah, Ayah tampan begini itu sejak lahir"
Sunmi berdecak sebal, Ayahnya itu mulai lagi narsisnya. "Ibu, Ayah mulai lagi deh, nanti Ibu marahi yah" Sunmi mengadu pada Ibunya sambil terus menatap foto Ibunya yang masih mulus, sengaja di jaga agar tidak kusut dan rusak, Jimin yang melihatnya hanya menatap sendu putrinya.
"Cha...berikan Ayah fotonya!" Jimin mengulurkan tangan saat Sunmi memberikan foto itu setelah menciumnya berkali-kali di saat-saat terakhir akan menyerahkan foto itu pada Ayahhnya, "bunga ini akan Ayah taruh di samping foto yah, Ibumu itu pasti sangat menyukainya" Sunmi mengangguk saat Jimin menyimpan bunga lily itu tepat di samping foto yang habis di letakkan.
"Sekarang waktunya berdoa untuk ibu, berdoalah!" Jimin memberikan intruksi pada anaknya agar berdoa, Jimin memejamkan matanya dengan kedua tangan yang saling menggenggam diikuti dengan Sunmi.
'Ibu, aku akan menjaga Ayah, menjaga perasaan Ayah agar selalu mecintai Ibu, Sunmi tak mau mengganti Ibu dengan Ibu lainnya, jadi berbahagialah di sana, tunggulah Sunmi sampai dimana semuanya berakhir, dimana Sunmi sudah tak bernafas, dan meninggalkan Ayah sendiri, dan sampai saat itu tiba, Ibu tak perlu kawatir, aku akan selalu mengigat Ibu dimanapun aku berada, membuat fikiranku dan Ayah hanya tertuju pada Ibuku yang cantik ini'

KAMU SEDANG MEMBACA
Past Stories
FanfictionSeulMin story [Hurt] Park Jimin yang selalu menyesali masa lalu yang membuatnya kehilangan orang yang paling dia sayangi, ibu dari anak semata wayangnya, Kang Seulgi. ' Ingatlah, Penyesalan selalu berada di akhir, bukan di awal ' Alur maju-mundur, j...