Part 4. Ke Empat

2K 254 129
                                    

2017

Jimin terlihat sibuk dengan kertas-kertas putih yang berada di atas mejanya. Begitupun dengan serketarisnya yang juga tengah membantunya, memberitahukan padanya jika ada dokumen yang salah dan kiranya perlu di perbaiki kembali.

Namun Jimin sedikit merasa aneh. Dia hanya merasa sedang di awasi. Apalagi mata dari serketarisnya selalu menatap ke arahanya yang selalu menunduk membaca semua dokumen penting.

Melalui ujung matanya, Jimin tau kalau dia terus saja di perhatikan. Dan dia merasa risih. Sungguh.

"Ada apa memandangi saya Ji eun? Apa ada yang salah dengan dokumennya?"

Lee Ji eun, gadis cantik itu gelagapan. "Tidak tuan. Saya hanya berfikir saja"

Jimin menatap gadis itu aneh. Dia sebenarnya tidak terlalu memusingkan apa yang di pikirkan gadis itu. Namun di tatap seperti itu dia merasa risih dan sedikit tidak suka.

"Memikirkan apa? Apakah soal pekerjaan?" merasa tidak enak. Jimin bertanya seadanya.

Ji eun yang di tanya oleh Jimin, nampak terlihat senang. Jujur saja gadis itu sebenarnya memiliki sesuatu di hatinya. Dan ya, dia menyukai bos nya itu. Walaupun dia tau kalau bos nya sudah berstatus duda. Dia tidak perduli. Toh Jimin masih terlihat tampan dan muda. Kaya lagi.

"Sebenarnya, ini sedikit menyimpang dari pekerjaan tuan. Dan saya ingin bertanya sesuatu pada anda, apakah boleh?" Ji eun tentu saja sudah memantapkan hatinya untuk bertanya pada bos nya. Dia bahkan butuh berhari-hari untuk mempersiapkan mentalnya.

Kening Jimin berkerut. Dia sebenarnya tidak suka saat tengah melakukan pekerjaan seperti ini di ganggu hanya untuk menanyakan hal aneh. Tapi karena gadis yang sudah bertahun-tahun mengapdi padanya yang bertanya. Dia merasa harus menerima pertanyaan itu dan menjawabnya. Walau dia sendiri tanpak malas dan segera menganggukkan kepalanya tanpa sepatah katapun.

Memberikan isyarat, dengan menaikkan dagu agar Ji eun memulai pertanyaannya.

Ji eun yang gugup pun makin menjadi gugup. Namun setelah menghela nafas dan menyakinkan diri dia akhirnya mengeluarkan suaranya. Sebuah pertanyaan yang terpendam cukup lama akhirnya dapat tersampaikan.

"Apakah anda tidak ingin mencari ibu pengganti untuk Sunmi? Kurasa dia membutuhkannya"

Mendegar itu. Raut wajah Jimin sangat tak bisa di baca oleh Ji eun yang hanya menatap bos nya takut.

"Apa yang membuatmu bertanya seperti itu? Sebuah pertanyaan memiliki alasan kan?"

Ji eun memandang kesegela arah, sebelum menjawab. "Tidak ada alasan pasti. Saya hanya bertanya tuan"

Jimin menghela nafas pelan. Dia tidak suka saat seseorang membicarakan hal itu padanya. Dia sangat tak ingin membicarakan itu sekarang, jadi dia hanya diam dan melanjutkan pekerjaannya.

Ji eun yang melihat itu hanya dapat terdiam. Menutup mulutnya rapat. Dia tau, Jimin tak akan mengatakan apa-apa untuk pertanyaan gilanya itu. Dia sangat tau bahwa Jimin sangat mencintai almarhum istrinya.

Jimin bernyengit kaget saat sebuah suara terdengar dia antara keheningan yang terjadi antara dirinya dengan Ji eun.

"Ibu setuju dengan pertanyaan Ji eun"

Jimin melihat Ibunya yang berjalan sangat anggun mendekatinya. Dia mendesah, terlalu menyebalkan melihat ibunya yang datang saat mood nya sedang buruk seperti ini. Dia jadi terlihat seperti anak durhaka yang menyimpan rasa kesal dan sebal pada ibunya.

"Ibu, kenapa datang? Bukannya Ayah tidak ke kantor?"

Mengalihkan perhatian.

Ya, Jimin memang berniat mengalihkan perhatian. Terlalu malas meladeni ibunya yang pasti akan berbicara tentang mencari pengganti istrinya. Namun ternyata Ibunya lebih pintar dari kelihatannya.

Past StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang