Lost

358 18 6
                                    


Part 6

Matahari sudah berada di puncak tertinggingya hari ini. Menyinari bumi tanpa lelah dan memberi semangat kepada penduduk bumi yang sebagian memilih berada di dalam rumah menghindari sinar mentari yang menyengat.

Seperti Yunji dan kedua anaknya yang lebih memilih untuk tidur siang, sebenarnya Yunji tidak tidur hanya menemani mereka. Junsoo yang sangat kekelahan karena kemenangan timnya di lomba bola sepak kemarin yang mengharuskannya latihan di minggu pagi hingga siang dan sekarang dia sudah tenggelam dalam tidurnya. Kekelahan.

Taera dengan boneka panda tampak nyaman dalam tidurnya. Yunji menyingkirkan anak rambut Taera mengelus wajah putrinya itu lalu berlalih ke Junsoo yang sudah mendengkur halus. 'Appa tidak sayang kita lagi ya?' Seketika pertanyaan polos yang keluar dari Junsoo terngiang di kepalanya.

Kemarin Taehyung memang tidak datang ke perlombaan Junsoo dan pria yang masih bersetatus suami Yunji itu tidak pulang selama tiga hari lamanya. Yunji sudah tidak perduli dengan Taehyung sekarang namun jika Taehyung datang meminta maaf dengan bersungguh-sungguh dan menginggalkan gadis itu maka Yunji akan memaafkannya demi anak-anak mereka. Namun lihatlah sekarang pria berengsek itu bahkan tidak pulang selama tiga hari.

Aku harus membiasakan diri tanpa ada Taehyung di hari-hariku nanti.

Harus. Tapi apa aku bisa?

Taehyung melangkah ragu masuk ke dalam rumahnya sendiri. Seperti seorang penguntit. Kemudian dia diam di halaman rumah memperhatikan rumah minimalis itu dengan pandangan bersalah. Kehangatan, kebahagian, dan keutuhan dalam rumah itu mulai menghilang karena dirinya.

Taehyung tau dia salah. Dia sangat bersalah dalam masalah ini, mempermainkan hati dua wanita yang sama-sama mengisi hatinya.

Bodoh,

Berengsek,

Bajingan,

Lelaki kerdus(eh),

Apa lagi yang kurang?

Dengan perlahan Taehyung masuk kedalam rumah itu. Rasa bersalah mendominasi hatinya saat ini. Membuka pintu rumah yang terlihat lengang maklum sudah pukul 3 dini hari. Siapa yang sudi menunggunya pulang?

Kemudian berjalan menuju kamar Junsoo,memperhatikan wajah damai sang putra. Bagaimana miripnya mereka. Setelah itu menuju kamar Taera, mengecup kening putrinya dengan cinta. Terakhir adalah kamarnya dengan istri tercinta. Masih layak'kah di sebut seperti itu setelah melihat apa yang di lakukan Taehyung kepada Yunji?

Perlahan tanpa mengeluarkan suara mendekati Yunji yang tengah tidur dengan nyamannya di kasur. Taehyung tersenyum kecil mendengar dengkuran halus Yunji yang seperti sudah lama tak didengarnya.

"Maaf."

Taehyung mengelus surai hitam Yunji, menatapnya penuh rasa –Rasa cinta, rasa bersalah, rasa sayang. Pelan Taehyung mengecup kening Yunji. "Maaf. Aku bahkan melupakan pertandingan Junsoo. Maaf. Maafkan aku." Tangan besar Taehyung turun mengelus pipi Yunji yang terlihat lebih tirus dari kemarin-kemarin.

Apa yang harusku lakukan? Aku tau ini salah tapi aku bingung dengan perasaanku sendiri. Tapi aku yakini ini adalah pilihan yang tepat. Memilih Yunji adalah pilihan yang tepat.

Merasakan pergerakan asing di pipinya Yunji mulai tersadar dari tidurnya. Manik coklat muda itu langsung bertatapan dengan sorot mata bersalah Taehyung.

Apa ini mimpi?

Sungguh ini mimpi terkonyol yang pernahku alami.

Tapi, sungguh ini seperti nyata. Apa aku terlalu merindukannya?

Kumohon, jangan seperti ini.

Dengan tidak sadar Yunji menggelengkan kepalanya dengan airmata sialan yang kembali keluar.

"Pergi." Yunji berkata lirih sambil memejamkan matanya. "Kumohon, jangan menyiksaku Kim Taehyung. Pergi dari pikiranku." Mengetahui itu Taehyung lalu menyenuh lembut bahu Yunji yang masih berbaring.

"Yunji, aku di sini." Ucap Taehyung kemudian. "Pergi. Pergi. Pergi. Kumohon hiks, kumohon hiks. Jangan menyiksaku hiks." Dengan segera menarik Yunji kedalam dekapannya. Mengelus punggung Yunji yang kemudian terisak dengan keras.

"Maaf. Maaf. Maaf." Hanya kata seperti itu yang bisa Taehyung katakana. Dia bukan pria yang pandai merangkai kata-kata penenang.

Beberapa menit berikutnya disaat Yunji sudah dapat menggendalikan tangisnya Taehyung melonggarkan pelukan mereka. Menatap Yunji yang bisa di akui sangat kacau.

"Maaf."

Dikecupnya kening wanita itu.

"Yunji, maafkan aku. Kita tidak akan berpisah. Sampai kapan pun."

Yunji masih diam tak bersuara. Matanya memandang dalam manik Taehyung. Mencoba berkomunikasi betapa tersakitinya dia saat ini betapa hancurnya dia saat taehyung menghianatinnya.

"Baru menyadari saat keputusanku sudah bulat untuk berpisah darimu?" Yunji kembali menangis sambil memukul dada Taehyung. Taehyung hanya meringis membiarkan Yunji sepuasnya menyakitinya. Ingat itu tidak sebanding dengan sakit yang Taehyung berikan untuk Yunji.

"Maaf, kumohon. Apapun akan kulakukan supaya kita tidak berpisah."

"Tak ada. Karena keputusanku sudah bulat untuk berpisah denganmu Kim Taehyung."

Kemudian aku melihat Taehyung turun dari ranjang dan bersujut di hadapanku. Matanya menatapku memohon. Ada rasa bersalah di dalam tatapan itu. Apa aku harus mengalahkan egoku?

Aku masih mencintainya, sungguh.

Anak-anak juga membutuhkannya,

Apa aku harus menerimanya dengan mudah setelah apa yang dia lakukan padaku?

Pikiranku masih berkecamuk merundingkan apa yang seharusnyaku lakukan. Tak berapa lama kurasakan kembali pelukan hangat Taehyung. Dan aku merindukan ini.

"Kumohon. Bisakah berikan aku kesempatan?" Ku dengar perkataannya.

Entah bagaimana cerita awalnya kini aku tidur didalam pelukan Taehyung. Merasakan pelukan yang sudah lama tak kurasakan. Haruskah aku memaafkannya semudah ini aku? Sendiri tidak tau.

Rasanya ini adalah pilihan yang tepat. Melihat segala sisi, sampai kapan pun aku akan tetap membutuhkannya sebagai sumber kebahagiaanku.

Kuharap ini pilihan yang tepat. Lagi pula tak ada salahnyakan memberikan Taehyung kesempatan

Minggu pagi kembali menyapa. Semua sudah berjalan sepeti sediakala. Hari ini keluarga kecil Taehyung berencana ketaman hiburan. Sebenarnya hadiah Junsoo dari Taenyung karena tim sekolahnya menang pertandingan dan hitung-hitung quality time bersama keluarga.

"Taera, sayang, panggil oppamu."

Teriak Yunji dari bagasi sambil membenahi apa saja yang mereka bawa. Setelah semuanya siap Yunji kembali berteriak untuk tiga orang yang masih di dalam rumah."Cepetan." Gemas Yunji.

Suara canda tawa mengiringi perjalanan mereka menuju taman hiburan. "Ponselku tertinggal lagi." Taehyung menepuk keningnya sendiri. "Dasar pelupa."

Kemudian suasana ceria kembali tercipta.

Dritt,

Ponsel Taehyung yang berada di meja dapur menerima pesan masuk.

From: +8210********

'Oppa, aku merindukanmu.'

The end

To Be Happy -Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang