Tigabelas : Selamat Berpisah, Kak Iqbaal

928 122 12
                                    


Dua bulan kemudian...

OSN biologi yang (namakamu) ikuti, berbuah manis. Di provinsi, (namakamu) berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi yaitu nasional.
Dengan perasaan yang tidak menyangka, (namakamu) lebih giat lagi belajar. Menambah jam belajarnya, mengatur waktu sebaik-baiknya dan tidak lupa (namakamu) selalu menjaga pola makan agar teratur.

Alhasil, sekarang (namakamu) bisa meraih tiga besar juara OSN biologi SMA tingkat nasional. (namkamu) mendapat juara 3 dan juara favorit.
Juara favorit di pilih melalui akun instagram dengan memberikan vote kepadanya.

Sudah pasti (namakamu) bisa menyandang juara favorit, followers-nya saja ribuan, di tambah Iqbaal juga ikut mempromosikan.
Untuk juara 3, (namakamu) masih tidak bisa percaya sampai saat ini. Orang-orang yang mendukungnya bangga, terutama orang tuanya.

Di balik semuanya, ada kesedihan mendalam yang (namakamu) rasakan. Besok, akan di adakan acara perpisahan sekolah.
Ia akan berpisah dengan Iqbaal.

Iqbaal dan semua kelas duabelas, sudah selesai ujian nasional. Bukan hanya itu, seleksi nilai masuk perguruan tinggi negeri pun mereka semua sudah lewati. Ada yang mendapat kabar baik dan kabar buruk pastinya.

Iqbaal berhasil lolos SNMPTN di Universitas Indonesia dengan program studi sastra inggris.
Seperti yang sudah ia ceritakan kepada (namakamu), Iqbaal akan mengambil sastra. Dan benar, akhirnya Iqbaal lolos melalui nilai raport, tanpa harus mengikuti test lagi.

(namakamu) makin bangga kepada Iqbaal.
Kedekatan mereka pun sudah tidak bisa di tutupi lagi.
Namun masih seperti dulu, belum ada apa-apa diantara keduanya.

"Besok perpisahan?" (namakamu) berbicara sambil menatap layar ponsel yang menampilkan fotonya bersama Iqbaal.

Foto yang mana lagi kalau bukan foto duet mautnya?
Selama ini ia hanya sekadar dekat dengan Iqbaal, tanpa mengabadikan momen.

"Kadang, ada momen yang terlalu indah untuk di abadikan kamera. Semua kenangan hanya perlu di nikmati dan di rasakan dengan hati. Kak Iqbaal, i miss you." desis (namakamu).

***

Rasanya Nadia ingin menggigit sahabatnya. Dari tadi ia menggedor pintu kamar (namakamu), tidak ada jawaban apapun.
Setelah Nadia meminta kunci cadangan kepada Mbak Tari, ia langsung masuk ke dalam kamar (namakamu). Mendapati (namakamu) yang tidur dengan pulasnya.

"Ini anak di tungguin malah enak-enakan tidur."

Nadia mengambil air putih yang berada di nakas, mencipratkan ke wajah (namakamu).

Perlahan, (namakamu) membuka matanya setelah terasa ada air hujan yang menembus atap kamarnya.

"Nad ngapain lo!" ucap (namakamu) kesal.

Nadia tertawa renyah menatap (namakamu) dengan ekspresi wajah bangun tidur dengan wajah kesalnya.

"Lo tuh ya, tidur mulu kerjaannya. Kita kan harus ke sekolah sekarang, (nam)."

"Nadia sayang, gue udah bilang ke lo berapa kali? Gue ngga bakal berangkat hari ini."

"Jadi lo serius? Kira lo ngomong gitu kemaren ngga beneran. Tapi lo yakin? Kita besok tampil loh (nam), padus itu mendapat sorotan dari semua orang. Harus perfect, kak Iqbaal pasti ngeliatin lo."

(namakamu) yang semula posisinya sudah duduk kembali merebahkan tubuhnya.

"Gue ngga peduli, yang perlu gue lakuin sekarang cuma nguatin mental." ucapnya dengan mara terpejam.

"Buat apa?"

"Ngadepin kenyataan mau pisah sama kak Iqbaal."

Nadia menghiraukan ucapan (namakamu). Kalau sudah berhubungan dengan Iqbaal, pasti susah untuk (namakamu) berubah pikiran. Nadia keluar dari kamar (namakamu) dan rumahnya. Ia ke sekolah tanpa (namakamu) untuk melakukan gladibersih.

Love At The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang