Entah ini sudah hentakkan yang keberapa yang ia lakukan dengan kakinya. Tetapi perempuan yang kini sedang bersamanya memang menyebalkan. Hari ini hari libur nasional. Bahkan ia tidak bisa menikmati hari liburnya, lagi.
"Kan gue bilang terserah lo. Kan lo yang pacaran sama dia!" Ia memberenggut kesal kearah perempuan yang tak kalah cantik darinya.
Sedangkan perempuan itu memasang wajah seolah sedang memilih baju yang pas untuk kekasihnya itu. "Gajadi ini ah. Kita ke tempat jam tangan tadi aja yuk, Nin!" Ajaknya antusias.
Rasanya bola matanya akan keluar saat ini juga. Shock. Sera benar-benar mengerjainya saat ini. Dia bahkan sudah mengajak Anin ke tempat jam tangan sebelum datang ke toko baju ini. Mereka di sana sudah memakan banyak waktu, dan saat keluar, mereka tidak membeli belanjaan sama sekali? Astaga.
Belum sempat Anin melontarkan kembali semua keluh kesah, Sera kembali menarik lengannya dengan cepat. Lagipula, ini kan acara anniversarry mereka, kenapa dirinya jadi ikut terbawa sibuk seperti ini? Awalnya Anin berfikir mungkin hanya akan memakan waktu sebentar menemani Sera berbelanja, dan tidak ada salahnya juga menemani Sera yang ingin membelikan hadiah pada Fero dalam rangka acara anniversarry mereka, tetapi ternyata di luar dugaan.
"Udah sih yang itu aja. Warnanya cocok di pakai lelaki yang kulitnya cerah kayak Fero. Elegant juga," Anin menghembuskan nafasnya dan memberikan saran tatkala menemukan Sera yang masih saja terlihat bingung.
Akhirnya Sera mengangguk. "Yaudah bentar. Gue mau bilang dulu ke mbak nya, sekalian bayar," Ucapnya dan berlalu dari hadapan Anin.
Anin kembali menghembuskan nafasnya. Ia memilih untuk duduk dan memainkan ponselnya. Sampai ia merasa suntuk karena Sera tak kunjung datang, ia pun berniat untuk menyusul Sera.
"Aduh!" Kepalanya terasa sedikit sakit saat berbenturan tadi.
Ia mendengus. "Hati-hati dong!" Ia mendongakkan kepalanya, lalu tersenyum kikuk setelah melihat orang yang menabraknya tadi. "Kak Arden?!"
Sebenarnya ini bukan salah Arden, Anin saja yang memang tadi fokusnya sedang terbagi menjadi dua, antara jalan dan tali sepatu yang kini sudah menjuntai bebas di lantai.
Arden mengulum senyumnya. "Maaf deh ya. Gak sengaja. Makanya kalau jalan liat ke depan,"
Anin mengangguk. "Iya gapapa kak, lagian salah aku juga nggak liat jalan."
Arden menarik tubuh Anin untuk menepi agar tidak menganggu jalan orang yang sedang berlalu lalang. "Kenapa?"
"Kenapa?" Ulang Anin tak paham.
"Nyari Sera? Tadi gue ketemu sama dia, dan dia nyuruh gue buat nganter lo pulang Atau .... " Ucapan lelaki itu menggantung merasa tak yakin akan kalimat terakhir ini.
"Atau... Sekedar makan bareng? Hangout?"
Seakan mengerti arah muka Anin yang kini sudah berubah drastis, ia kembali berbicara. "Hmm.. Katanya lo lagi badmood, jadi..." Ucapannya menggantung kembali, tapi kali ini karena Anin yang memotongnya."Seranya kemana?"
"Pulang,"
Sungguh tidak dapat di percaya. Sungguh. Sera memang menakjubkan. Setelah dirinya membuang waktu untuk hal yang tidak terlalu penting, lalu ia melakukan ini? Sungguh? Bahkan mata Anin seakan ingin keluar dari tempatnya, untuk yang kedua kalinya. Sera menyebalkan.
"Pulang?!"
Arden mengangguk. "Katanya acara sama pacarnya akan segera di mulai. Tapi kalo lo gamau, gapapa kok,"
Anin menggeleng lalu berusaha tenang untuk tidak membuat onar di mall ini karena rasa kesalnya itu. "Mau kok,"
Daripada Anin tidak bisa pulang bukan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, Or? [Completed]
Teen FictionHighest Rank: #194 in Teen Fiction [30 September 2017] Memang aku orang yang salah dalam masalah ini, karena aku telah jatuh padamu sejak dulu. Dan akhirnya kau menyadarkan aku, bahwa semua ini bukanlah apa-apa. Kita hanya sebatas status sahabat da...