24. Come

12.5K 853 50
                                    

"Hai," Suara berat lelaki itu berhasil mengalihkan kesibukan mereka.

Berbeda dengan Dimas dan Kirana yang menatap bingung kearah lelaki di depan mereka kini, Anin justru membulatkan matanya lebar-lebar seakan akan loncat dari tempatnya sekarang juga.

Anin kembali menyibukan dirinya. Begitupun dengan Kirana dan Dimas.

Lelaki itu mendecak. "Kok gue di kacangin?"

Anin mendongak dengan menampakan sedikit wajah tidak sukanya. Lebih tepat kearah perempuan yang kini tengah berada di samping lelaki itu. Kedua orang ini adalah Alvaro dan Anastasya. Bagaimana ia tidak terkejut? Ia kira lelaki itu sudah pulang ke rumah. Entah mengapa setengah hatinya merasa tidak suka melihat keduanya tengah bersama.

"Ngapain?" Tanya Anin yang langsung kembali terfokus pada laptopnya.

Alvaro mengambil minuman yang dekat dari tubuhnya. "Gue tadinya mau balik, terus ketemu Anastasya yang lagi nunggu di jemput. Yaudah gue ajak kesini aja, lagian juga gue males di rumah,"

Tangan Kirana dengan sigap memukul pelan lengan Alvaro saat lelaki itu sudah mengembalikan gelas pada tempatnya. "Punya gue!"

"Elah pelit amat lo sama gue,"

Anastasya berdeham pelan. "Kak, aku izin pulang duluan ya. Udah di jemput di depan,"

Kirana dan Dimas hanya mengangguk, karena mereka masih sibuk dengan laptopnya.

"Mau di anter sampai depan?" Tanya Alvaro.

Dengan refleks Anin menatap Alvaro kesal. "Itu katanya udah di tunggu di depan? Kasian loh kalo di buat nunggu," Tanyanya dengan tatapan yang kurang bersahabat.

"Iya, Kak," Ia menatap Anin dan tersenyum tulus. "Gausah Kak Alvaro, aku ke depan sendiri aja,"

"Hati-hati ya,"

Anastasya mengangguk dan berlalu dari hadapan mereka. Sedangkan sedari tadi, Anin tidak henti-hentinya merutuki Alvaro. Lelaki itu memang perhatian pada semua orang. Dan juga, bagaimana bisa mereka bersama saat ini? Ya tuhan.

Dengan santai lelaki itu menggeser kaki Anin. Bermaksud untuk meminta geser agar ia bisa duduk. Karena kursi yang tersisa hanya ada di sebelah Anin. Sedangkan Kirana dan Dimas bersama.

"Geser," Kakinya masih aktif menggeser kecil kaki Anin yang di balut sneakers hitam.

Mau tak mau ia pun menggeser tubuhnya. "Muter kan bisa!"

Keadaan pun kembali hening saat Alvaro lebih memilih untuk tidak berdebat dengan perempuan itu. Ketiga temannya sibuk dengan laptop dan buku, sedangkan dirinya sibuk bermain ponsel dan sesekali memandang ketiganya.

"Tumben amat lo rajin," Alvaro terkekeh. Kakinya menendang pelan ujung sepatu Dimas, sedangkan lengannya sibuk memilin rambut Anin.

Dimas mendongak dan menatap Alvaro jengah. "Daripada nama gue kaga di cantumin. Lah lo kaga ngerjain? Cuma di kasih waktu dua hari juga bege," Dimas menyerahkan flashdisk kepada Anin begitupun Kirana.

"Tinggal di edit," Dimas merentangkan kedua tangannya yang terasa pegal.

Anin menarik lengan Alvaro agar menjauh dari rambutnya. "Diem!"

Just Friend, Or? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang