Anin memandang kearah panggung yang sedang menampilkan seorang penyanyi perempuan dengan pengiring di sampingnya. Keadaan tetap hening. Anin yang sibuk meneliti kearah sekitar, juga Dyo yang bingung harus memulai dari mana.
Tadi, saat Dyo meminta izin meminjam Anin untuk mengobrol dengannya, para teman mereka semasa SMP itu sangat menyebalkan menurut Anin.
Setelah meminta izin, ketiga temannya itu langsung mengizinkan Dyo untuk meminjam Anin sebentar.
"Mau apa sih tegang banget, Yo? Mau nembak ya?" Ucap Dhea asal.
Anin menarik rambut Dhea. "Mulut lo ngeselin sumpah,"
Gina terkekeh. "Jangan di sakiti kayak dulu lagi ya, nanti dia semakin rapuh,"
"Eh Anin kak udah ada yang baru?" Ucap Raina menimpali. Anin pun hanya bisa memelototi ketiga temannya dan segera menarik lengan Dyo agar menjauh dari teman-teman yang usil itu.
Teman lelaki mereka pun tak kalah menyebalkan.
"Sukses, bro!"
"Tips dari gue dipake ya!"
Dyo hanya menggaruk bagian belakang kepalanya. Anin hanya bisa memandang aneh kearah teman-temannya itu.
"Kenapa, Yo?" Ucap Anin memecah keheningan. Ia melirik kearah jam tangan yang ia kenakan, bisa saja ia lupa waktu. Tapi syukurlah, kini jam baru menunjukan pukul setengah 9 malam.
Dyo tersenyum. "Gapapa, lagi nginget masa lalu aja," Ucapnya santai sembari melihat awan yang di hiasi bintang malam. Tempat yang mereka datangi kali ini memanglah outdoor.
Kenapa lelaki ini senang sekali mengenang masa lalu? Anin lagi dan lagi menghela nafasnya.
"Gausah di inget. Lagian kenapa nggak disana aja? Gabung kan lebih seru ngobrolin kenangannya?" Anin tersenyum tipis.
Dyo menggeleng. "Ini kenangan kita," Anin hanya mengernyitkan dahinya. Tidak jelas, kan?
"Inget gak sih, dulu waktu itu gue sering banget bikin lo nangis. Yang paling parah waktu itu gue bikin lo jatuh, sampai lo mau pindah kelas. Padahal kita baru resmi masukin kelas baru," Dyo tertawa pelan mengingat kejadian itu.
Suasana kelas saat itu masih sepi, mungkin karena penghuninnya yang masih belum mengenal satu sama lain.
Namun karena insiden ini, justru membuat suasana kelas menjadi ramai."Aduh!" Perempuan yang berkuncir kuda itu, baru saja mau duduk di atas meja. Namun belum sampai ia menduduki meja itu, ada seseorang yang menarik meja tersebut. Dan alhasil perempuan itupun jatuh tersungkur di bawah dengan memegangi bokongnya.
Anin menatap kesal kearah lelaki yang kini sudah berada di hadapannya. "Lo tuh gak mikir atau gimana? atau otak lo ketinggalan di rumah, hah?! Mama lo lupa ngingetin buat bawa otak?!" Ucap Anin menggebu-gebu. Emosinya memang sulit untuk di kendalikan. Di tambah lagi dengan statusnya yang masih anak SMP.
"Gue cuma mau ngingetin, kalau duduk gak boleh di atas meja. Mama lo gak pernah ngasih tau, kalau orang yang duduk di atas meja bakal banyak hutangnya?!" Ucap lelaki itu, yang tak lain adalah Dyo. Dyo mengatakannya dengan wajah angkuhnya.
Wajah Anin sudah memerah. Menahan tangisan yang akan segera meledak. Teman-temannya pun yang sedari tadi tertawa kini menatap keduanya dengan gemas, akibat pertengkaran.
"Lo tuh ya!" Anin menunjuk wajah Dyo. "Bantuin gue bangun!" Anin mengulurkan tangannya.
Dyo hanya menatap uluran tangan itu sekilas. "Bangun sendiri, gak usah manja. Lo di sekolahin bukan buat duduk di meja. Disini banyak kursi. Gue rasa lo tau apa gunanya benda-benda itu," Setelah mengatakan perkataan menyebalkan itu, Dyo dengan sombongnya berjalan melewati Anin diikuti dengan beberapa teman lelakinya di belakang. Anin pun segera di bantu oleh ketiga temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, Or? [Completed]
Fiksi RemajaHighest Rank: #194 in Teen Fiction [30 September 2017] Memang aku orang yang salah dalam masalah ini, karena aku telah jatuh padamu sejak dulu. Dan akhirnya kau menyadarkan aku, bahwa semua ini bukanlah apa-apa. Kita hanya sebatas status sahabat da...