Tiga.

25 3 0
                                    

Malam kembali sunyi. Ingin rasanya aku menceritakan seluruh keluh kesah ku. Tetapi untuk apa? Cuma sia sia. Aku ingin memberitahu nya bahwa aku sangat merindukannya, bukan hanya dia tetapi kenangan yang pernah kita lewati.

Sampai suatu ketika aku mengetahuinya bahwa dia sudah menyimpan nama orang lain. Oh ya itu membuatku rapuh, sangat rapuh. Melihat perjuangannya yang di berikan untuk orang lain, membuat diriku mengingat bahwa dia pernah melakukan hal itu kepadaku, bahkan lebih dari itu.

Aku masih mengingat rayuan nya agar diriku tidak marah, cara yang lucu untuk membuat diriku cemburu, selalu menjaga pola makanku, melarang ku untuk makan yang tidak sehat, panggilan khusus untuk ku, tidak rela jika diriku di sukai banyak cowo, dan yang paling aku ingat. Aku orang yang selalu di ceritakan kepada keluarganya.

Ah ... Hal itu sangat indah. Aku lebih suka menceritakan segala hal tentang dia dari pada aku harus melamun tidak berguna. Kepada siapapun aku selalu menceritakannya. Entahlah mungkin dia terlalu berarti untukku.

Perlahan aku mencoba terus mencoba untuk mengikhlaskan meskipun itu bukan perkara yang mudah. Sampai pada akhirnya aku sudah tiba di titik keberhasilan. Tapi apa yang terjadi? Sosok itu perlahan kembali-lagi.

Oh tidak ! Jangan menoleh kearahku lagi. Aku tidak siap untuk jatuh-kembali. Jerit hatiku.

Entahlah dia selalu saja begitu membuat diriku bingung sangat bingung. Terkadang sikapnya menunjukkan bahwa dia menyayangiku? Peduli denganku? Tetapi terkadang? Sikapnya tidak peduli sama sekali. Oh ya itu membuat ku kesal. Aku benci akan hal ini.

Ah..

Tanpa aku sadari perlahan tangannya mulai mengenggam tanganku. Genggamannya mulai kuat sangat kuat. 

Aku mohon jangan lepaskan lagi aku tidak sanggup untuk jatuh yang kesekian kali  -Jerit hatiku

Pada akhirnya ku tersadar bahwa diriku sudah mengukir kembali kenangan indah bersamanya, canda tawa nya, tingkah konyolnya. Pada saat itu yang aku fikirkan hanya aku takut jika ini semua berakhir kembali. Aku belum sanggup untuk itu.

Malam malam selanjutnya aku tidak rindu sendirian. Rinduku di temani dengan rindunya, masa ini sangat indah. Tetapi pada saat aku melihat langit aku mengingat bahwa aku dulu pernah merasakan patah hati hebat karenanya. Mungkin sekarang aku sudah memilikinya, tetapi esok? Apa aku tetap di titik bahagiaku?

Perlahan sosok itu benar benar menghancurkanku. Hancur sehancurnya. Rapuh sangat rapuh entahlah aku tidak mengerti. Aku tidak sanggup untuk menangis. Aku tidak berhenti berfikir bagaiamana bisa aku mencintai seseorang sepertimu?

Hari hari ku kembali sunyi, aku tidak ingin memperdulikannya biarlah rasa ini hilang termakan oleh waktu. Perlahan luka ku sembuh dan aku berharap dia tidak datang untuk menghancurkannya lagi.

Sampai di suatu ketika sosok itu datang meminta maaf dan berkata " Kalau jodoh gak kemana. Uda sama sama dewasa jangan musuhan. "

Aku mencerna kata kata itu, memang benar yang di katakannya. Ya.. Tidak menjadi kekasih tetapi aku masih bisa merasakan canda tawanya, tingkah konyolnya, cara membuat diriku cemburu, cari cari perhatian kepadaku. Ah aku suka bagian ini. Mantan rasa pacar mungkin lebih mengasyikan haha. Tidak merasakan sakit hati oleh nya. Tetapi merasakan yang bahagia bersamanya.

Aku berharap suatu hari nanti dia mengetahui segala hal yang sudah aku perjuangkan untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My memoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang