YOUNG MEMORIES

598 34 2
                                    

"Ayaaaah jangan tium tium dong, sakit tau. Bilangin nda nih!" rengek anak perempuan berumur 3 tahun yang lagi kesel di gangguin ayahnya.

"Anak siapa sih, masa dicium ayahnya nggak mau ! yaudah nggak usah deket-deket ayah lagi!" goda ayahnya.

"Nti ambut aku lucak tau ya. Then im not beautipul enimol!"

"Enggaklah, princess kecilnya ayah tetep cantik kok!"

Anak kecil itu menatap ayahnya dengan mata berbinar mendengar pujian ayahnya bikin si ayah gemes dan langsung menciumi wajahnya bikin si kecil kegelian.

"Mas udah ah jangan digodain Hallen nya, ayo buruan berangkat. Nanti kalo telat ngomel mbak Mirabelnya. Harrold, Harrel ayo buruan sayang!"

"Iya ma!" Dua anak laki-laki berumur 7 dan 6 tahun keluar dari kamar mereka masing-masing dan mengikuti bundanya masuk ke dalam mobil sambil membawa kado di tangan mereka.

Arsen mengangkat putri kecilnya yang juga heboh membawa kado besar di tangannya sambil mengecup leher jenjang Hazel begitu melewatinya. Setelah semua siap, Arsen langsung menjalankan mobilnya menuju rumah keluarga Dimaz yang terletak sekitar 30 menit dari rumahnya. Sepanjang perjalanan si kecil ngoceh terus sambil teriak-teriak "kado becal ini buat mas Gavin" kalo pas kedua masnya nggangguin. Kalo udh gitu si kecil pasti nangis trus minta duduk sama Hazel di depan.

"Hay Hazel, Arsen!" sapa Mirabel yang masih terlihat cantik meskipun usianya sudah tidak lagi mudah.

"Hay mbak Mira, oh ya di mana yang lain?" tanya Hazel.

"Di taman belakang, kalian sih telat!" cibir Mirabel.

"Ini nih mas Arsen nggodain Hallen terus!" sahut Hazel sambil melirik Arsen sebal. Arsen memasang wajah kok aku sih? ke Hazel kemudian mengecup pipi Hazel. Mungkin kalo dulu si Mirabel cemburu berat, tapi sekarang malah ikutan bahagia. Dia sudah benar-benar berubah.

"Oh iya tante sampe lupa sama si cantik Hallen!" Mirabel tersenyum lembut ke Hallen yang berdiri di belakang Hazel sambil memegang long dress bundanya.

"Hello ante!" sapa Hallen memamerkan senyum lucunya.

"Hay cantik! apa kabar?"

"Baik nte!" Mirabel mencium Hallen gemas. Dia memang sayang banget sama Hallen, karena anaknya sudah berumur 15 dan 7 tahun jadi lebih senang bermain dengan temannya, jadi kadang kalo Hallen datang bikin dia selalu gemas.

"Sini tante gendong masuk!"

Hallen menggeleng lucu. Rambut ikalnya yang dikuncir dua ikut bergoyang.

"Hallen ndak mau digendong nte, nti mas Gavin bilang kalo Hallen masih kecil nggak boleh ngikutin dia teyus!" omongan Hallen bikin Mirabel dan kedua orang tuanya gemas.

"Iya deh iya hehe eh ada Harrold sama Harrel juga. Apa kabar sayang?"

"Baik te!" jawab Harrold dan Harrel serentak kemudian Mirabel mengajak mereka masuk ke taman belakang yang ternyata di sana juga sudah ramai. Ada Dimaz dan kedua anaknya (Gavin dan Alleta), Kanaka dan Desel beserta putra mereka yang berumur 5 tahun (Kalan) dan juga pasangan Carrissa dan Yoga dengan empat anaknya (Yevonetta yang berumur 5 tahun, Yarlo berumur 4 tahun, dan juga si kembar Carla-Carlo yang masih berumur 1 tahun). Ada juga Sese, kedua orang tua Dimaz, Mirabel, Yoga, Arsen, dan Hazel serta beberapa tamu lain. Bisa bayangin ramainya kan? untung saja rumah Dimaz hanya mengundang tamu luar seorang, Kenan, saja yang menjabat rekan kerjanya sekaligus rekan kerja Arsen. semua sudah berkumpul acara langsung dimulai kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan serta rumpi bersama. Sudah ditebak, beberapa orang sudah membentuk lingkaran bergosip sendiri. Sebenarnya acara ulang tahun Gavin hanya formalitas, tapi acara sebenernya adalah berkumpulnya para ibu-ibu dan bapak-bapak untuk membentuk suatu komunitas rumpi. Liat saja, para nenek-nenek dan ibu-ibu berkumpul di gazebo belakang, sementara bapak-bapak dan kakek-kakek di gazebo kolam renang. Sementara anak-anaknya sibuk bermain sendiri.

"Mas Gavin, ini kado dali Hallen!" Hallen menyerahkan kotak besar di tangannya ke arah Gavin yang lagi asik melihat yang lain bermain kejar-kejaran nggak jelas.

Gavin mengambilnya kasar tanpa melirik kearah Hallen. "Makasih!"

"Sama sama mas!"

Hallen tersenyum lucu dan duduk di samping Gavin.

"Ngapain duduk di sini?" tanya Gavin kasar.

"Nemenin mas Gavin!"

"NGGAK PERLU, SANA-SANA, ANAK KECIL MAINNYA SAMA ANAK KECIL!" sahut Gavin dengan nada tinggi kemudian pergi ninggalin Hallen.

"Mayah tiyus, mayah tiyus. Oyang kok sukanya mayah-mayah tiyus. Tante Miyabel kok punya anak kayak monstel sih. Ihh nyelemin. Tapi kan Hallen sayang sama kak Gavin!"


PILIHAN CINTAWhere stories live. Discover now