PART V

14K 539 0
                                    


LIMA

"Rel," panggil Deven dengan melongokan kepalanya pada pintu penghubung, Maurel yang sedang terbaring di atas ranjang dengan mata terbuka pun mengalihkan pandangan ke arah pintu tempat Deven berada.

"Aku boleh masuk?" tanya Deven meminta izin, walau ragu rasanya Maurel kembali menerima dirinya berada di dekat gadis itu setelah kejadian yang membuat Maurel trauma di dekat lelaki lain selain kakaknya.

"Boleh, Kak," jawab Maurel diluar dugaan, meskipun tidak ada senyuman yang terukir di wajah cantiknya seperti biasa, namun hati Deven tetap merasa bahagia, sekarang Maurel sudah melihat dirinya sebagai sosok Deven sendiri bukan sosok Varo seperti sebelumnya.

Hati Deven teriris rasanya saat melihat mata Maurel yang memandangnya takut dan mengusirnya karena menganggap kalau dirinya adalah Varo, lelaki brengsek yang sampai saat ini tidak memunculkan wujudnya untuk meminta maaf pada Maurel ataupun Daniel dan Irena.

Tanpa menunggu lama, Deven pun menghampiri Maurel dan duduk di pinggir tempat tidur sebelah kiri. Disaat Maurel ingin mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk , Deven langsung mencegahnya dengan menahan bahu Maurel. "Gak usah bangun, tiduran aja."

"Tapi gak sopan aku tiduran kakak duduk."

"Terus kamu mau aku juga ikutan tiduran kaya kamu biar sopan?" goda Deven membuat seburat kemerahan di kedua pipi perempuan yang dia cintai sampai saat ini, walaupun kenyataan kalau Maurel sudah tidak perawan.

"Kakak mah gak ada hari tanpa ngegodain orang," protes Maurel dengan tertawa kecil.

Ingin rasanya Deven berteriak sangkin bahagianya melihat tawa yang sudah kembali menghiasi wajah cantik perempuan di depannya ini, rasa senang itu menjalar sampai Deven tanpa sadar sudah tersenyum lebar membuat Maurel mengerutkan dahinya tanda kebingungan.

"Kak Deven kesambet ya?" celetuk Maurel seraya menyipitkan matanya menatap Deven, melihat ekspresi Maurel yang lucu kembali menciptakan rasa senang yang mendalam bagi Deven. Ia senang sekarang Maurel sudah mengeluarkan berbagai ekspresinya, tidak seperti sebelumnya yang hanya menatap kosong sembarang arah tanpa ekspresi apapun.

"Kesambet cinta kamu," jawab Deven kembali menggoda Maurel namun untuk kali ini bukan seburat kemerahan yang tercipta di kedua pipinya melainkan sorot kesedihan yang terpancar dari mata indah Maurel, senyuman kecil yang tadi sempat menghiasi wajah itu kembali luntur digantikan wajah datar tanpa ekspresi sama seperti beberapa hari yang lalu.

"Maurel."Deven menyadari perubahan sikap dari perempuan di hadapannya. Deven mencoba meraih telapak tangan kiri Maurel namun ditepis oleh sang empunya.

"Kakak keluar aja,"usirnya tanpa menatap Deven.

"Apa alasan Kakak harus keluar? Kakak udah nunggu kamu dari kemarin, dan setelah mendapat izin untuk masuk kamu mau usir Kakak lagi?"

"Aku udah kotor, kakak gak pantes deket-deket sama cewek kotor ini," bisik Maurel yang sudah kembali menangis terisak.

Perempuan ini semakin sensitif setelah kejadian itu. Air matanya seakan tidak akan ada habisnya.

"Kakak gak peduli."

"KAKAK HARUS PEDULI! AKU BUKAN MAUREL YANG DULU!" Maurel berteriak kencang dengan spontan, bahkan Deven sempat merubah posisinya karena kaget dengan teriakan tiba-tiba dari Maurel.

"Mau kamu yang dulu atau yang sekarang gak akan mengubah apapun yang ada di perasaan aku, Maurel." Deven langsung memeluk tubuh Maurel yang sudah dalam posisi duduk. "Kamu akan selalu ada di samping kamu," bisik Deven.

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang