Chapter 2

3 0 0
                                    

"Kau?!" Kate berbicara dengan volume yang sedikit keras.

"Apa?" Dan Alex menjawabnya dengan sangat normal. Saat ini mereka sedang berada di tempat cuci tangan area istirahat lapangan, karena ini memang tempat umum, jadi tidak aneh kalau mereka ada ditempat yang sama. Alex menaruh sesuatu didekat wastafelnya dan menyalakan keran air tanpa perhatian Kate.

"Kenapa kita ketemu lagi?!"

"Bukankah kau yang mengikutiku seperti fansku yang lainnya?"

"Jelas jelas aku kesini lebih dulu."

"Oh ya?"

"Orang ini...!"

"Cincin." Nada bicaranya berubah tiba-tiba, bukan dingin, bukan juga lembut dan hangat, hanya ada nada keterkejutan didalam kalimatnya.

"Cincin?" Kate melihat cincinnya yang kini dia letakan di atas wastafel.

"Apa?"

"Tidak apa-apa."

"Setidaknya beri tahu dulu maksud ucapanmu itu, kau hanya akan membuat orang semakin penasaran."

"Apa manfaatnya memberitahumu?"

"Ini orang..!!"

"Yasudah, aku akan pergi." Katanya sambil mengambil sesuatu dari atas wastafel dekat dengan tempat Kate menaruh cincinnya.

"Hei! Apa yang kau ambil?"

"Sebegitu nge-fans nya kah kau padaku? Sampai selalu menanyakan apa yang aku lakukan?"

"Ishh.. sudah sana pergi!"

"Kau berani begitu pada seniormu?"

"Biarin.."

Alex tertawa kecil dan meninggalkan Kate, masih bersama cincinnya.

"Orang aneh." Gumam Kate sambil mengambil dan memakai cincinnya setelah mengeringkan tangannya. Setelah itu dia melangkah pergi.

"Tringg."

"Eh?" Kate menengok ke belakang dan melihat cincinnya tergeletak di atas tanah, masih dalam keadaan berputar.

"Lho?" Kate melihat tangan kirinya, dan mendapati kalau cincin itu sudah tidak ada di jari tengahnya.

Masih dengan rasa bingung, dia berjongkok dan mengambil cincin yang ada diatas tanah.

"Bukankah ukuran cincin ini sudah benar-benar pas ditanganku? Kok bisa terlepas sendiri?"

Kate mencoba memakai kembali cincinnya.

"Hm?"

"Cincinnya kebesaran?!"

Dengan langkah gontai, dia kembali ke kelasnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hai Ke- eh?!!!" (Kate, baca keit)

"Munch munch munch." *suara orang ngunyah :v

"Apa yang kau lakukan?! Makan roti sebanyak itu?"

Kate berdiri tiba-tiba.

"Mary, apakah aku bertambah kurus?"

"Kau mau mengejekku?" Kate sedikit lebih kurus darinya.

"Bukan itu..." kate mengeluarkan cincin tadi dari saku bajunya dan menunjukannya pada Mary.

"What?"

"Sebelum ini, cincin ini benar-benar pas ditanganku. Tapi setelah kita olahraga tadi, cincin ini jadi kebesaran di jariku."

"Masa iya?"

"Apakah proses menurunnya berat badanku secepat itu?"

"Berhentilah mengejekku. Secepat cepatnya penurunan berat badanmu, kalau jadi mempengaruhi besar jarimu, kurasa itu tidak mungkin."

"Terus gimana dong?"

"Mana kutahu?"

"Cincinnya juga tidak mungkin memuai secepat itu kan?"

Ditengah pembicaraan mereka berdua, atmosfer yang awalnya tenang, berubah menjadi ramai, ditemani dengan bisikan bisikan suara dari gerombolan anak perempuan.

"Huh?" Kate mengangkat kepalanya dan melihat kearah pintu kelas. Siapa yang bisa bikin keributan seperti itu kalau bukan...

"Kak Alex?"

"Apakah ada anak bernama Kate disini?"

Suara bisik-bisik mulai terdengar semakin keras. Alex melirik keseluruh bagian ruangan dan akhirnya dia melihat Kate yang sedang duduk bersama Mary berdiri disampingnya. Dia berjalan dengan langkah cepat menuju meja Kate.

"Hei Kate, dia melihat kearahmu! Dan dia sedang menuju kesini!"bisik Mary. Sedangkan Kate hanya duduk sambil menunduk melihat meja, tidak berani melihat Alex entah apa alasannya.

"Kau."

"..."

"Oi, aku yakin kau bisa mendengarku, Kate."

"Bagaimana kau tahu namaku?"

"Itu tidak penting." Alex mengaduk aduk isi saku bajunya.

"Ini."

"Huh?"

"Aku datang untuk mengembalikan ini." Alex menunjukan sebuah cincin yang persis dengan yang Kate pegang sekarang.

"Lho?" Dengan ragu-ragu dia mengambil cincin itu.

"Kenapa kau-?"

"Coba pakai." Perintah Alex. Meskipun masih dengan perasaan bingung, dia mencoba memakainya di jari tengah tangan kirinya, jari yang biasa dia pakai untuk tempat cincinnya.

"Kok... pas?"

"Apa kau berpikir kalau kau bisa menurunkan berat badanmu sampai sebegitunya hanya dengan olahraga pemanasan seperti itu?"

"Huh?" Kate melihat keatas mejanya yang kini dipenuhi dengan bungkusan roti.

"Kau... memiliki cincin yang sama denganku?"

"Padahal saat aku kehilangan cincin itu, aku sempat ingin beli baru, tapi aku tidak menemukannya dimanapun, aku juga yakin Kise (pacar Kate yang dulu) tidak mungkin memberikannya pada orang lain."

"Pokoknya itu tidak penting, sekarang berikan cincinku."

"Huh! Ini."

"Terimakasih..."

"Eh? Nada bicaranya berubah, apakah cincin itu sebegitu penting baginya?"

"Urusanku selesai, aku akan pergi."

"Ah, i-iya." Alex keluar kelas, meninggalkan para fans nya yang ada di kelas Kate.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kate! Dimana kamu membeli cincin itu?!" Teriak anak-anak perempuan.

"Aku lupa!"

"Apa kau mau menyimpan cincin itu untuk dirimu sendiri? Dasar tidak tahu diri.

"Ugh, ini menyebalkan."

"Hei, dimana kau membelinya? Bagaimana kau memilikinya, kenapa kau bisa mempunyai cincin yang sama dengan Kak Alex??"

"Kenapa kalian ingin tahu?"

"Tentu saja agar kita bisa sama samaan dengannya, ayolah... beritahu kami... kumohon..."

"Damn, kenapa aku yang jadi korban coba?"
.
.
.
.
.
.

My Miracle RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang