"What?!!" Mary berteriak dengan sangat keras sampai tatapan semua anak tertuju padanya.
"Kau ini berisik sekali. Liat tuh, kita jadi pusat perhatian." Omel Kate.
"Bukannya itu bagus? Kita jadi terkenal?"
"Kalau terkenal karena hal baik sih aku mau. Kalau terkenalnya gara-gara hal buruk, ya gak mau lah."
"Serius Kak Alex menolak hadiahmu?" Mary tidak bisa menahan tawanya.
"Ah, maaf... padahal kamu suka sama Kak Alex."
"Tak masalah, tak masalah. Aku sudah melupakannya kok, malah aku akan ikut senang kalau ternyata kalian pacaran. Lumayan aku bisa ikutan deket sama dia."
"Dasar."
"Btw, aku dengar rumor kalau Kak Alex datang ke sekolah kakakmu lho..."
"What?!!" Sekarang giliran Kate yang berteriak. Dan lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian.
"Ngaca orang mah."
"Serius?"
"Yup. Tanya aja sama kakakmu. Memangnya kejadiannya gimana sih?"
Kate menceritakan percakapannya dengan Alex kemarin.
"Hmm..."
"Apakah dia benci padaku?"
"Tidak, tidak."
"Lah? Terus kenapa?"
"Coba kita berpikir ala sinetron sedikit. Menurutku, kau itu spesial dimata Kak Alex."
"Spesial? Spesial gimana maksudnya?"
"Who knows?" Mary memasang pose orang yang menyembunyikan rahasia.
"Ihh.. Mary!"
###
Hari ini Kate diminta tolong oleh wali kelas untuk mengambil buku di perpustakaan. Sebenarnya Mary juga diminta tolong, tapi dia bilang kalau dia sedang ada urusan, jadilah Kate mengerjakan tugasnya sendirian. Dan sekarang dia sedang kesulitan mengambil buku yang diluar jangkauannya.
"Ugh, nasib orang pendek." Gerutunya. Dia menoleh kesana kemari untuk mencari alat yang bisa membantunya, tapi tidak ada, dan kebetulan dialah satu-satunya orang yang sedang berada di perpustakaan. Lagipula ini sudah merupakan jam pulang, tidak banyak anak yang memilih untuk ke perpustakaan.
"Sepertinya tidak ada jalan lain selain manjat." Kate menghela nafas dan mulai menaikkan ujung kakinya di alas rak buku dan memanjangkan tangannya untuk menggapai buku diatas.
"Aku masih tidak bisa melihatnya..." keluh Kate. Dia mencoba memanjat lagi, dan disaat itulah kakinya terpeleset.
"Uwaa!!"
"Awas!!"
*Grab
Kate membuka matanya untuk melihat orang yang sudah menangkapnya.
"Alex?"
"Bodoh, apa yang kau lakukan? Dan berani sekali memanggilku tanpa menggunakan 'Kak'. "
"Terimakasih."
"Kau sedang mengambil buku?" Kate mengangguk sembari membersihkan bagian roknya karena terkena debu yang menyelimuti rak buku.
"Mau kubantu?" Mendengar itu, Kate langsung mengangkat kepalanya.
"Kau jadi baik ya?"
"Huh? Apa maksudmu?" Tanyanya sembari mengambil sebuah kertas catatan dari tangan Kate.
"Apakah kau selalu membantu orang yang sedang kesulitan?"
"Maksudmu? Tentu saja. Lagipula aku terkenal karena itu kan?" Katanya dengan senyum sombong.
"Huh. Kenapa kau ada diperpustakaan? Moment mu itu pas sekali lho. Perasaan, tadi hanya ada aku ditempat ini. Kenapa kau ada disini juga?"
"Kau tidak mau dibantu?" Tantangnya.
"Cih, lupakan. Sudah semua?"
"Nih." Alex memberikan lima tumpuk buku tebal.
"Woa... aku tidak menduga akan seberat ini."
"Apakah kau sedang memancingku untuk membantumu?" Katanya sambil tertawa licik.
"Jangan samakan aku dengan para fans mu."
"Yasudah kalau begitu. Aku pergi, selamat membawa buku." Alex melambaikan tangannya.
Kate menghela nafas dan membawa semua buku itu pasrah.
"Yo." Seseorang tiba-tiba memukul pundak Kate dari belakang. Membuat Kate terkejut dan menjatuhkan semua bukunya.
"Sudah kuduga itu kau, Mary bodoh."
"Siapa yang kau panggil bodoh?"
"Sudahlah. Bantu aku membawa semua buku ini."
"Baiklah yang mulia Kate."
"Kukira kau sudah pulang."
"Aku tidak sejahat itu kali."
"Apa yang habis kau lakukan?"
"Membuntutimu."
"Huh?"
"Yup. Aku ngeliat lho. Moment moment Kak Alex nyelamatin kamu. Ahai, yang pacaran mah beda."
"Siapa yang pacaran?!" Kate memukul punggug Mary, membuatnya hampir menjatuhkan buku yang dia pegang. "Kau melihat Kak Alex masuk ke perpustakaan tadi?"
"Ohh... yang itu, kau pasti terkejut dan senang setelah mendengarkan ceritaku."
"Sudahlah, cepat beritahu saja."
"Haha. Kau tau? Sebenarnya tadi Kak Alex sedang dalam perjalanan menuju lapangan. Tapi saat dia melihatmu dia langsung izin pada temannya dan berlari menyusulmu."
"...."
"Sepertinya dia sudah menduga apa yang akan terjadi padamu, jadi dia langsung berlari dengan terburu-buru, dan dia nyelamatin kamu deh."
"...."
"Hei! Kau dengar gak sih?!" Mary mendekatkan wajahnya pada Kate dan melihat wajah Kate yang menunduk dengan rona merah dipipinya.
Mary tersenyum lebar melihat reaksi temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Miracle Ring
Short StoryShort Story--Teen Fiction--Fanfiction [DISCONTINUED] since april 2018