Sekelompok lelaki di iringi gelak tawa memasuki pintu sebuah cafe, mengalihkan perhatian beberapa pengunjung di ruang itu. Mereka memilih meja di pojok ruang, berdekatan dengan bar. Mereka duduk, memesan minuman dan kembali tertawa, seolah dunia itu hanya milik mereka, tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.
Termasuk Keisa yang saat ini dibuat terperangah kaget. Mereka bukan sekumpulan preman yang akan siap memalak para pengunjung, juga bukan sekumpulan boyband yang mencari perhatian. Mereka hanya sekumpulan lelaki yang memiliki tujuan yang sama dengan para pengunjung disini, menikmati waktu senggang dengan secangkir coffe atau pun wiffi dan beberapa teman mengobrol di meja makan. Hanya saja mereka terlalu menikmatinya sehingga lupa tidak hanya mereka di ruangan ini.
"Aduuh, kenapa sih Saa?"
Audrey terperanjat kaget karna tangannya dipukul-pukul Keisa, nyaris saja buku yang ditangannya lepas dari genggamanya.
"Itu tu, lihat yang baru duduk di meja pojok dekat bar." Keisa memanyunkan mulutnya menunjuk meja pojok. "Alqren cs, mereka nongkrong disini juga"
Audrey spontan mengikuti arah mulut Keisa, dan melihat meja yang dipojok ruangan, tanpa sengaja mata Audrey dan Alqren bertemu. Menyadarkan Alqren dari gelak tawa bersama temannya, ternyata Audrey ada disini. Audrey yang sadar itu, langsung memalingkan wajahnya dan menyeruput minumannya. Seolah tidak terjadi apa-apa, seolah tidak tau apa-apa.
"Bro, mau kemana lo?" tanya salah satu teman dari sekumpulan lelaki itu, yang dikenal bernama Virza, teman lainnya juga ikutan mengalihkan perhatian pada Alqren yang beranjak dari kursinya.
"Gue ada perlu bentar, nanti gue balik kesini lagi" Alqren memberi senyum mengedikkan sebelah mata pada teman-temannya.
"Hey..Pada disini juga yaa, udah lama ?"
Alqren sudah duduk di meja Audrey dan Keisa tanpa izin. Mengalihkan perhatian Audrey yang tadinya masih memperhatikan novelnya. Beda dengan Keisa yang melanjutkan makannya. Ekpresi kagetnya yang berlebihan tadi sirna karna mengingat makanannya belum habis dan perutnya masih merasakan lapar.
"Lumayan Al, beberapa menit lah." jawab Keisa masih dengan makanan di mulutnya.
"Mulut lo bersihin dulu, baru ngomong, muncrat tau," celetuk Audrey kesal dan Keisa hanya senyum cengengesan tetap melanjutkan makannya.
"Emang sepulang sekolah tadi langsung kesini Au?" tanya Alqren tertawa melihat kelakuan dua orang perempuan dihadapannya ini.
"Nggak, gue sama Keisa baru balik dari toko buku tadi."
"Oou..kalau gue sama teman-teman sering mampir kesini."
Alqren mengarahkan matanya ke tempat teman-temannya saat ini, dan lagi mereka masih tertawa entah apa yang sedang dibahas. Audrey mengikuti arah mata Alqren dan hanya dibalas deheman dengan senyuman singkat.
"Au, lo update berita nggak, akhir-akhir ini beritanya banyak mengenai kasus begal yaa." Alqren berusaha membuka percakapan lagi yang ditutup sepihak oleh Audrey.
"Dengar-dengar sih gitu."
"Ihh..Gue jadi merinding dengarnya" Keisa ikut menyela di sela percakapan mereka berdua. Setelah menyelesaikan makannya yang menyisakan piring kosong tanpa sisa.
"Nah itu, ini udah menjelang magrib, jalanan bakal sepi, karna udah pada banyak masuk rumah" Kata Alqren menatap mereka gantian.
"Trus, maksud lo ngomong gitu, apa? Mau nakut-nakutin kita bedua?" Kata Audrey
"Bukan. Maksud gue baik kok, cuma mau nganterin lo pulang, biar selamat sampai tujuan," jawab Alqrey mantap
"Gue pulang bareng Keisa kok."
"Nggak apa-apa Au, lo pulang di anter Alqren aja, hmm..Gue nanti dijemput sama Bimo, ngajakin gue jalan dulu katanya, hehehe" Keisa cengengesan sambil membentuk tangannya serupa huruf V. Dan dibalas tatapan tajam oleh Audrey, yang tak bisa apa-apa karna Bimo pacarnya Keisa.
"Kalau siang tadi gue nerima lo nolak ajakan gue, kali ini gue harap lo nggak nolak ajakan gue lagi." Alqren melempar senyum terbaiknya. Membuat siapa saja yang melihatnya bisa meleleh.
Pinter banget yaa ni orang cari alasan buat bisa nganter gue pulang, kalau bukan karna Keisa dijemput pacarnya. Gue bakalan nolak mentah-mentah tawarannya.
"Hmm..Trus teman-teman lo disana gimana, kan lo baru nyampe" Audrey berusaha mencari alasan agar Alqren tak mengantarnya pulang, meski sebenarnya ia sangat takut harus pulang sendiri naik angkot.
"Tenang aja, tinggal pamit bentar, pasti ngerti lah mereka itu. Lagian kita-kita juga bakal sampai malam disini."
Alqren meyakinkan Audrey agar tawarannya kali ini mempan dan itu berhasil. Alqren mengantar Audrey pulang menaiki motor ninja orange nya. Meninggalkan Keisa yang masih menunggu sang kekasih datang.
***
"Lo nggak meluk gue juga nggak masalah, asal jangan sampai lo nggak punya pegangan naik motor gue, kalau lo jatuh gue bisa langsung ninggalin lo dijalan"
Alqren menatap Audrey geli dari kaca spionnya, melihat posisi Audrey kali ini benar-benar buat Alqren ingin tertawa. Bagaimana tidak, meski motor melaju stabil. Audrey terlihat kaku dengan tas yang ia dekap karna ketakutan.
"Nih gue juga udah pegangan" Peluk Audrey pada tasnya makin erat. Lantas membuat tawa Alqren yang tadinya tertahan menjadi pecah.
"Gue kasih bahu nih buat pegangan lo, percuma lo peluk erat tu tas, lo tetap bisa jatuh sewaktu-waktu."
Audrey hanya mendengus kesal mendengar ocehan Alqren, dan perlahan-lahan tangannya mulai memegang bahu Alqren sebagai pegangannya. Dan perlahan-lahan juga motor melaju melebi batas stabil. Makin erat lah genggaman Audrey pada bahu Alqren. Yang justru membuat Alqren melakukan rem mendadak motornya.
"Lo apa-apaan sih?"
Audrey segera menarik tubuhnya mundur karna terbentur dengan tubuh Alqrey yang membuatnya nyaris memeluk tubuh atletis laki-laki itu.
"Lo yang apa-apaan" Alqren membuka helmnya dan menoleh ke arah Audrey yang kini memeluk tasnya.
"Ini bahu gue, bukan perasan kain cucian lo" Alqren menggeliat-liatkan bahunya yang berasa pegal.
"Ma maaf..lo juga sih, bawa motor ngebut"
"Kalau nggak ngebut, kapan lo nyampe rumahnya, atau..Alqren memberi jeda, lo senang yaa lama-lama berdua sama gue?" Alqren tertawa lepas
"Apa sih, gue pengen cepat sampai rumah, dan untuk selanjutnya gue nggak mau di anter lagi sama lo" Jitakan mulus mendarat dikepala Alqren, Audrey kesal setengah mati.
"Nah tu kan, lo aja pengen cepat sampai rumah, bukan salah gue donk. Gue ngelakuin semua yang terbaik buat lo kok, tapi iyaa tu, elonya gitu"
Alqren kembali memasang helm nya mengabaikan Audrey yang kini benar-benar tampak sedang menahan emosinya.
"Pegangan, tapi pake perasaan, lo mau cepat sampai rumah kan?" titah Alqren kembali mengingatkan sebelum motor kembali melaju.
Mimpi apa gue semalam, kayak gini banget nasip gue
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Siapa Yang Tau
Fiksi RemajaSiapa yang tau Cinta itu ada dan datang tanpa diminta akan kepada siapa.