Zuanda Nicola

36 1 2
                                    

"Zuann, balikin buku gue," ucap Audrey, saat novel yang sedang ia baca tiba-tiba saja direbut oleh Zuan.

Siang itu jam istirahat, Audrey lebih memilih duduk di kelas sibuk dengan novel barunya, membiarkan Keisa seorang diri ke kantin.

"Ciee, yang semalam bareng Alqren," ucap Zuan sedikit menunduk menatap Audrey yang tengah kesal

Lah..kok ni anak tau

"Bodo..Buku gue balikin!" Audrey  berusaha meraih buku yang disembunyikan Zuan dibelakang tangannya.

Tapi Zuan lebih tangkas, sebelum Audrey meraih bukunya. Ia secepat kilat beranjak dan menjauh dari Audrey membawa pergi buku yang tengah ia larikan.

"Eh sarang tawon, balikin buku gue nggak, rese banget sih lo jadi orang." Audrey mengejar lelaki itu.

Maka terjadilah aksi kejar-kejaran di dalam kelas itu. Saat Audrey mendapati Zuan dan berusaha merebut buku itu kembali, Zuan justru mengayunkan bukunya ke atas kanan, kiri, belakang dan kembali berlari. Membuat Audrey menyentakkan kakinya dan menggerutu kesal.

Zuan nggak kehabisan ide jailnya, hanya dengan satu kali gerakan melompat saja ia sudah berhasil meletakkan buku itu di fentilasi pintu. Maklum saja, Zuan memang tinggi.

"Tuh bukunya gue balikin, gue bukan anak kecil yang main kejar-kejaran sama lo," ucap Zuan tanpa dosa dan berlalu meninggalkan kelas Audrey.

"ZUANN!!!"

Audrey yang sudah kehabisan kesabaran, mengepalkan tangannya geram, nafasnya memburu, matanya mengeluarkan kobaran api. Mengejar Zuan dan hendak menjambaki rambutnya.

Namun Zuan yang sudah hafal senjatanya Audrey. Dengan gesit mengelak dan menggenggam tangan perempuan itu agar ia tak lagi menjambaki rambutnya.

"Apa? Lo mau menjambaki mahkota gue? Lagi?"

Zuan yang rambutnya memang kriting sengaja dibikin kribo, ia sebut itu mahkotanya, sebelum razia sekolah yang akan membuatnya harus memangkas rambut kribonya, ia akan tetap berpenampilan seperti itu, karna ia menyukainya. Untungnya Zuan berkulit putih, sehingga ia tidak harus dapat gelar lain, kecuali sarang tawon.

"LEPAS TANGAN GUE SARANG TAWON," ucap Audrey berusaha melepas tangannya.

"Okok. Gue lepas. Tapi,, jangan kejar gue lagi yaa, biar gue aja yang ngejar lo. Karna cowok ditakdirkan untuk mengejar bukan dikejar," ucap Zuan tersenyum menampakkan lesung pipinya yang tipis.

Zuan melepas tangan Audrey dan secepat kilat berlari meninggalkan perempuan yang sudah kesal sampai ke ubun-ubun itu. Membuat perempuan itu memaki yang masih bisa terdengar oleh Zuan meski ia telah berlari. Audrey diam di tempat tidak mengejar, bukan menuruti kata lelaki itu, tapi karena ia sudah lelah menghadapinya. Belum lagi, siang ini ia tidak makan, karna lebih memilih novel itu tadinya.

Audrey kembali ke dalam kelas, terduduk lesu, lalu menghepaskan dagunya di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja, menatapi novelnya masih di atas fentilasi pintu.

Tu anak pas nyokapnya ngandung ngidem apaan sih, kok jailnya kebangetan gitu. Batin hati Audrey kesal

"Nah, nyesal lo kan nggak ikut gue ke kantin, lemes gitu" ucap Keisya yang telah duduk disamping Audrey

"Novel gue," kata Audrey masih menatapi bukunya.

"Kok bisa, kerjaan siapa?" Tanya Keisya setelah mengikuti arah mata sahabatnya itu

"Siapa lagi, tuh sarang tawon." Audrey mengubah posisinya, beranjak mengambil sesuatu untuk bisa menurunkan novel barunya itu.

"Zuan?" Keisya hanya tertawa geleng-geleng kepala.

***

Azan zhuhur sudah menggema, memanggil siapa saja yang tengah sibuk untuk menunaikan ibadah wajib. Termasuk guru yang tengah mengajar, dan siswa yang tengah memperhatikan maupun yang  pura-pura memperhatikan.

Mereka gembira, waktu isoma sudah masuk. Mereka bergegas memasuki mushola, namun ada juga yang lebih bergegas memasuki kantin ketimbang mushola. Termasuk salah satunya lelaki yang bernama Zuan. Ia akan lebih merasa rileks berada di kantin setelah pelajaran sejarah di siang bolong, pelajaran yang membuat siapa saja terkantuk-kantuk, menunggu waktu yang seakan lama berjalan.

Zuan memesan jus jeruk pada seorang perempuan yang sudah berusia empat puluh tahunan itu, Bugem panggilannya. Ia ramah, mudah tersenyum, dan tidak keberatan jika ada siswa yang berutang padanya, asalkan pasti di bayar. Begitu kira-kira. Bugem pun menyerahkan segelas jus jeruk pada Zuan.

"Terimakasih Bugem yang paling cantik," goda Zuan tersenyum menampakkan sederet gigi putihnya, setelah memberikan uang bayarannya.

"Ah, kamu. Bugem udah keriput gini masih aja dibilang cantik," jawab Bugem malu-malu

"Zuan nggak bohong kok Bu, emang Bugem yang paling cantik, coba aja lihat di kantin ini, nggak ada lagi yang cantik kecuali Bugem, " jawab Zuan mengedarkan matanya ke seluruh ruangan kantin.

"Karna sekarang kantinnya rame sama anak cowok Bu, nggak tau deh nanti kalau ada anak ceweknya, Bugem masih yang paling cantik atau nggak" sambung Zuan lalu tertawa terkekeh-kekeh.

"Dasar kamu, sudah sana bawa minuman mu," ucap Bugem sedikit kesal.

"Damai kata bg aji Rhoma Bu." Zuan masih tertawa seraya mengangkat tangannya membentuk huruf V.

Sambil menyeruput minumannya Zuan kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kantin, mencari sesosok lelaki bernama Boby. Karna ia butuh Boby, kalau tidak untuk apa Zuan mencarinya. Karna hasil pencariannya tidak ditemukan, Zuan pun melangkah keluar untuk mencarinya.

Namun saat itu juga Audrey dan Qeisya justru akan melangkah memasuki kantin. Sehingga terjadi pertemuan di pintu itu. Namun Zuan hanya berlalu begitu saja melewati dan mengabaikan mereka. Seolah keberadaan dua perempuan itu tidak ada, atau tepatnya pura-pura tidak menyadarinya kehadiran mereka.

Audrey dan Qeisya hanya melongo bingung melihat Zuan yang seolah menganggap mereka makhluk halus tak kasat mata.

"ZUANDA NICOLA!" Pekik Audrey kesal, karna seharusnya Audrey lah yang bersikap demikian, mengabaikan keberadaan Zuan, karna kejailannya tadi. Tapi semua justru terbalik.

"Eh, kayak ada yang manggil gue," ucap Zuan menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya seakan mencari sumber suara.

Keisya yang melihat perubahan pada raut wajah Audrey menahan lengan Audrey, memberi isyarat untuk mengabaikan saja lelaki itu, tapi Audrey yang kesalnya sudah tidak bisa dibawa sabar lagi, menepis tangan Keisya, lalu melangkah ke arah Zuan yang seolah masih mencari sumber suara tadi.

Plupp

"Ademin dulu, panas-panas gini jangan di tambah panas lagi."

Audrey terpaku sesaat, saat gelas jus jeruk milik Zuan dengan cepat sudah mendarat di kening perempuan itu.

"Lo yang bikin gue panas kerak telor!" ucap Audrey tersadar dari kepakuannya dan berujung dengan ia menjambaki rambut lelaki itu. 

Zuan yang berusaha melepas genggaman Audrey dari rambutnya, justru membuat gelas berisi jus jeruknya tumpah mengenai baju perempuan itu. Audrey kaget, Zuan gelagapan.

"Ma maafin gue Au, gue nggak seng..."

"PUAS LO?" tanya Audrey dengan mata sudah berkaca-kaca. Karna Audrey dalam masa pms, membuatnya begitu sensi, mudah terpancing emosi dan mudah menangis. Melihat itu Keisa segera menghampiri Audrey yang ternyata di susul oleh seorang lelaki yang tadinya memang sudah berada di dalam kantin.

"Banci lo, beraninya bikin cewek nangis!" ucap Alqren memasang mata tajamnya.

***


Haii haii..
Jangan lupa tinggalin voments nyaa yaa.
Mari saling menghargai dengan tidak menjadi reader silent ^^

Ikutin terus ceritanya..

CINTA Siapa Yang TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang