Prolog

70 10 5
                                    

Brum... Brum...

Dirga, mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Suara motornya di garasi, yang sudah dipastikan ayahnya lah yang yang menyalakan mesin motor tersebut.
Lalu terdengar suara motor keluar dari garasi.

"Orang ini gak inget kalo udah gak muda lagi apa?" Dirga buru-buru keluar kamar, setengah berlari menuju ke halaman depan.

Terlambat, ayahnya sudah berjalan keluar halaman mengendarai motornya.

"Dadah Papa...." seorang anak laki-laki berumur Lima tahunan melambaikan tangan, anak itu mendongak menatap Dirga. "Kak, Papa kelen lho"

Dirga hanya mengangguk mengiyakan.

"Ayo bobok siang dulu nak" Sang Mama mengangkat anak laki-laki tersebut ke gendongannya. "Papa-mu minta tolong, kamu diminta nanti jemput Arunika." Mama memberikan kunci mobil ke Dirga.

Dirga menerima kunci mobil tersebut, mengekori Mamanya sambil menggoda adiknya. "Ntar siap-siap mijitin pundak sama punggungnya Ayah, gegara pegel naik motorku."

"Papamu dibilangin gak didengerin, dia bilang biar merasa muda lagi."

Dirga berhenti menggoda adiknya, dibiarkan adiknya tersebut untuk pergi tidur siang bersama Mamanya.
Dirga merogoh saku celana, mengambil ponsel yang barusan berbunyi notifikasi chat masuk.

Inerie   :   Nanti jemputnya agak telat gapapa Kak, aku ada piket.

Inerie   :   Tapi jangan telat banget.

Dirga    :    Y

Dirga meletakkan ponselnya diatas meja, bergegas ke kamarnya untuk pergi mandi.

******

Arunika melihat ke bawah, kearah mobil sedan hitam yang baru saja memasuki area parkir kampusnya, melihat Dirga keluar dari kursi kemudi membuat senyum tipisnya lolos tanpa bisa ditahan. Ia berada di lantai tiga, membuatnya bisa melihat Dirga dari sana dengan jelas.

Rani yang duduk di depan Arunika ikut melihat ke bawah, ber-oh ria ketika melihat Dirga di area parkiran. "Oh... Sang mantan yang hari ini jemput lo?."

"Kakak gue itu." Arunika mencubit tangan Rani, karena ucaan Rani barusan cukup keras.

Rani nyengir, "Sorry, keceplosan." Ucapnya dengan berbisik. "Gak nyangka ya, cinta pertama lo sekarang jadi Kakak tiri lo."

Arunika mengangguk, masih melihat Dirga dari tempatnya duduk. "Gue juga gak nyangka sih, sosok ngeselin ini jadi Kakak gue."

"Kalian kan sering di rumah berdua kalo ortu lo lagi pergi, nggak ada rasa pengen balikan atau ngapain lagi gitu?" Rani tersenyum jahil.

Arunika menyentil dahi Rani, "Otaknya kalo mikir suka kejauhan. Gue balik dulu. Dah..." Arunika beranjak pergi, buru-buru ingin menuju parkiran.

Di area parkiran, Dirga sedang asik ngobrol dengan security. Begitu melihat Arunika berjalan mendekat, ia berpamitan dengan security tersebut lalu berjalan ke mobil sedan hitam Ayahnya.

"Kok lo yang jemput?" Tanya Arunika sambil membuka pintu sebelah kemudi, lalu masuk kedalam.

Dirga masuk kedalam mobil, "Ayah, tiba-tiba pergi ke pabrik bawa motor gue. Terus gue disuruh jemput lo."

Dirga mengemudikan mobilnya keluar kampus. Untungnya udara siang ini gak begitu panas, jadi Dirga mau-mau saja menjemput para adik-adik manis.

"Oh iya, gue sekalian jemput Inerie boleh kan? Gue udah janji mau jemput dia soalnya." Tanya Dirga.

"Boleh. Terserah lo, kan lo yang nyetir"

"Ya, siapa tau lo lagi buru-buru pulang,"

"Nggak lagi buru-buru Kakak-kuh."

Dirga terkekeh, "Oke, Otewe jemput adik-ku satunya lagi"

Sepuluh menit kemudian, Dirga sudah sampai di depan Sekolah Inerie. Inerie berdiri di depan gerbang, disebelahnya ada seorang cowok yang mengendarai motor trail terlihat mengajak ngobrol Inerie.

Dirga menurunkan kaca mobil, lalu membunyikan klakson. Melambaikan tangan ke arah Inerie. Inerie yang melihat Dirga langsung berjalan ke arah mobil tersebut. Dengan muka sewot-nya Inerie memasuki mobil tersebut.

"Kenapa Inerie?" Tanya Arunika sambil membalikan badan ke arah Inerie yang duduk di kursi belakang

"Kak Dirga disuruh jangan telat jemputnya malah telat," Inerie masih terlihat kesal.

"Kan tadi kamu bilang, Kakak jemputnya-"

"Diem... Jangan alesan." Potong Inerie.

Dirga kicep. Tidak akan pernah bisa Dirga merasa benar kalau berurusan dengan Inerie, selalu salah.

Arunika mengulum senyum, "Yaudah, jalan pak supir."

Dirga melirik Inerie dari kaca spion, pandangannya bertubrukan dengan Inerie yang melotot ke arahnya.

"Apa?! Jangan lirik-lirik." Ucap Inerie ketus, memanyunkan bibir sambil melipat tangan di depan dada.

Mencebik, Dirga menyetir mobilnya sambil masih sembunyi-sembunyi melirik Inerie. Mau marah, melotot sekalipun, bagi Dirga wajah Inerie akan makin terlihat lucu.

"Kamu apa kabar Inerie? Lama Kakak gak main kerumahmu," Arunika mencoba mencairkan suasana.

"Baik Kak, Kakak gimana kabarnya," Senyum manis sudah muncul di wajah Inerie.

"Baik juga dong. Gimana? abis lulus mau kuliah ambil jurusan apa?"

"Masih bingung Kak, belum tau minat di bidang apa." Jawa Inerie lesu.

Dirga melirik Inerie, "Katanya mau ambil kedokteran kek Kak Arun-"

"Kak Dirga belum boleh ngomong" Potong Inerie lagi. "Jangan ngelirik."

Dirga harus ekstra bersabar bila berhadapan dengan Inerie. Terkadang jutek minta ampun, kadang juga jadi sangat manja. Berbeda dengan adik tirinya yang duduk disebelahnya, tidak ada celah untuk mencoba jauh darinya.

Lima belas menit kemudian. Mobil yang dikendarai Dirga berhenti di depan sebuah rumah.

"Aku turun dulu ya Kak Aruni. Beneran gak mau mampir dulu?" Inerie membuka pintu.

"Kapan-kapan lagi aja deh Kakak mampirnya, salam buat Om sama Tante."

Inerie keluar dari mobil, lalu menutup kembali pintunya. "Kak Dirga udah boleh ngomong,"

Dirga menoleh ke arah Inerie, "Bilangin ke ibu, Kakak gak mampir, salam buat Papa sama bang Genta."

Inerie mengangguk, "Dah Kak Aruni," Inerie melambaikan tangan.

"Satu lagi, jangan manja sama Ibuku." Tambah Dirga.

"Mamaku gak nolak kok, wlek..." Inerie menjulurkan lidahnya lalu berbalik pergi memasuki halaman rumahnya.

Dirga tersenyum, menoleh ke arah Arunika. "Ayo neng abang anter kerumahnya neng."

Arunika memutar bola matanya, "Mulai sintingnya."

******

Halo... Saya balik lagi, dengan ketiga kalinya revisi cerita ini. Dan semoga ini revisi yang terakhir.
Udah paham sama hubungan Ketiga orang diatas?

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang