01. Semesta semestinya.

53 9 14
                                        

"Jangan mendekte semesta, Semesta lebih tahu skenario yang sesuai untuk ditulis untukmu."

******

Hujan turun sejak sore tadi.

Melambaikan tangan, Arunika melihat mobil Papanya keluar dari halaman Rumah. Papa, Mama, dan adik laki-lakinya pergi mengunjungi sang nenek yang sedari kemarin menelepon minta dikunjungi. Arunika tidak ikut, lebih memilih menjaga Rumah. Dan alhasil, Papa dan Mamanya mengutus makhluk disebelahnya untuk menemaninya menjaga Rumah. Ralat, bukan menemani kalau yang dimintai tolong adalah Dirga.

Masih melambaikan tangan meskipun mobil sang Ayah sudah tak terlihat, Dirga menoleh ke arah Arunika. "Yang terakhir masuk Rumah, harus masakin indomie," Berbalik, lalu Dirga buru-buru ingin berlari memasuki Rumah.

Dengan sigap Arunika meraih belakang kerah kaos yang Dirga pakai, membuat Dirga terhuyung sedikit ke belakang, namun sekuat tenaga Dirga mencoba kembali berlari. Tapi Arunika sudah siap menjegal Kaki Dirga.

Bruk...

Dirga jatuh telungkup. "Adoh..." Dirga memekik ketika Arunika berlari melewatinya dengan tak lupa menginjak punggungnya.

******

Dirga menuangkan bumbu mie kedalam panci, sambil melihat Arunika yang sudah duduk manis di meja makan sambil memainkan ponsel. "Bantuin-lah biar cepet selese."

"Perjanjiannya gak gitu." Arunika tak mengalihkan pandangan dari ponselnya, "Jangan lupa tambah cabe sama telor setengah matengnya ya."

"Iya nyonya." Mau bagaimana lagi, harus dituruti karena Dirga kalah. Sudah cukup hafal dengan kecurangan Dirga. Jadi, Arunika selalu siap untuk curang juga.

Beberapa menit kemudian, mie sudah dihidangkan. Sibuk menikmati mie kuah dan sambil memainkan ponselnya masing-masing, kedua orang tersebut menikmati momen tersebut. Terutama Arunika, sesi makan-nya tanpa gangguan dari Dirga adalah hal yang langka, jadi dia akan lebih senang jika saat makan Dirga malah sibuk dengan ponselnya.

"Besok gue mau ke-Rumah Bunda gue. Lo mau ikut?" Tanya Dirga.

"Lain kali, besok gue mau males-malesan. Mau libur di Rumah."

Mengangguk, Dirga setuju. Libur yang sesungguhnya adalah diam bersantai dirumah. Bukan berarti libur lagi kalau waktunya dipakai untuk liburan, ujung-ujungnya pulang liburan malah capek dan tidak merasa sudah libur.

Dan hampir memang tiap hari minggu di Dua minggu terakhir, Arunika selalu ikut menemani adik laki-lakinya pergi ke taman bermain, atau tempat wisata.
Menyenangkan sekaligus melelahkan.

Selesai makan, keduanya mencuci mangkuk. Bukannya mencari lap untuk mengeringkan tangan. Dirga malah menyentuh leher belakang Arunika yang rambutnya dikuncir kuda.

"Dirga!!!"

Dirga sudah berlari menuju kamarnya. Sementara Arunika, masih mencuci mangkuknya sambil terus mendumel karena kelakuan Dirga.

Selesai, Arunika juga menuju kamarnya untuk mandi. Diliriknya pintu kamar Dirga yang tak tertutup. Terdengar suara berisik Dirga, yang bisa Arunika tebak kalau Dirga sedang main game.

Dihiraukannya, lalu Arunika masuk kedalam kamarnya. Mengambil handuk lalu bergegas mandi, sebelum rasa malas mandinya kembali datang. Arunika mandi sambil bersenandung, yang sebenernya ia tak tahu lagu apa yang ia senandungkan. Tak mau berlama-lama, ia segera menyelsaikan mandinya. Mengelap tubuhnya yang basah lalu melilitkan handuk ditubuhnya, tak lupa membungkus kepalanya dengan handuk agar rambutnya cepat kering.

Tok! Tok! Tok!

Baru saja Arunika keluar dari kamar mandi, pintu kamarnya diketuk.

"Woy tidur ya lu?! Diketok, dipanggil daritadi kagak jawab." Suara Dirga terdengar kesal diluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang