ygnm - 12

5.7K 1.2K 157
                                    

Sebelum makan, Sarah mengajak Fadli untuk berkeliling di mall sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum makan, Sarah mengajak Fadli untuk berkeliling di mall sebentar. Tangan mereka sudah tidak saling menggenggam lagi, karena Sarah berkata kalau dia tidak suka tangannya berkeringat. Selain itu, Fadli terus-terusan teringat pada Nadya.

Oh, dan juga orang aneh yang tadi duduk di sebelahnya. Setelah film selesai, belum sempat lampu teater menyala, orang itu langsung bangkit berdiri dan pergi ke pintu keluar dengan tergesa-gesa.

Fadli mencoba untuk tidak peduli. Tapi, pemikiran-pemikiran mengerikan mulai menghinggapi otaknya: apakah itu temanbya? Bagaimana kalau itu temannya Nadya? Atau bagaimana kalau itu Nadya sendiri?

Seharusnya Fadli memang betul-betul tidak usah datang hari ini. Dia bisa mereka-reka alasan yang dapat membuat Sarah mengerti. Fadli yakin Sarah akan mengerti. Lagipula, sejak awal, Fadli tidak seharusnya mengajak Sarah pergi.

Sial, Fadli jadi tidak tenang. Seperti melakukan sebuah dosa besar tidak terampuni. Atau seperti sedang menonton film dewasa sementara ibunya ada di kamar sebelah.

"Tok, tok. Fadli-nya ada?" sindir Sarah sambil mengetuk-etukan kepalan tangannya dengan pelan ke bahu Fadli.

Fadli menatap cewek itu dengan cengiran yang sedikit dipaksakan. Kemudian matanya beralih ke pemandangan di belakang punggung Sarah yang sedang berdiri menghadapnya. "Lo mau makan di sini?"

"Ya," jawab Sarah cuek.

Fadli mengernyit, melempar pandangannya kembali pada Sarah dari restoran makanan cepat saji tersebut. "Hidup lo nggak sehat, deh. Baru kemarin lo minum soda."

"Pepsi."

"Yah, apalah itu."

Sarah mengedikkan bahu. "Gue tahu kantung lo kering abis traktir gue nonton."

Mau tidak mau, Fadli kembali teringat Nadya. Biasanya, kalau Fadli lagi nggak punya uang dan jadi sering makan mi instan, Nadya akan membawakan buah-buahan dan sayuran untuknya. Kemudian, mereka akan makan bersama di sekolah atau di rumah Nadya.

Fadli menghela napas. Dia tidak seharusnya membanding-bandingkan antara Sarah dan Nadya. Di hadapannya sedang ada Sarah sekarang. Dan Sarah sangat pengertian karena tahu uang jajan Fadli sudah makin menipis.

Fadli pun menggesturkan Sarah agar masuk duluan. "Gue mau telpon temen dulu."

"Oke. Jangan lama-lama."

Fadli mengangguk. Setelah Sarah masuk dan menempati sebuah meja, Fadli mengeluarkan ponselnya. Dia mencari kontak Nadya dan menelepon cewek itu.

***

erm anyway, mending sekali update banyak chap atau update satu chap tapi sering?

You Got A New Message! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang