ygnm - 16

5.7K 1.3K 210
                                    

Begitu bel istirahat berbunyi, Fadli langsung bergerak untuk merapikan buku-bukunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu bel istirahat berbunyi, Fadli langsung bergerak untuk merapikan buku-bukunya. Setelah melihat wajah Nadya yang terlihat sangat sedih hari Sabtu kemarin, Fadli merasa tidak enak. Fadli juga nggak tahu apa yang menyebabkan Nadya se-sedih itu, karena pacarnya itu termasuk orang yang jarang menangis.

Awalnya, Fadli menjadwalkan hari ini sebagai hari di mana Fadli akan membelikan Nadya makan siang sepuasnya cewek itu, tapi sepertinya rencana itu akan menjadi batal akibat ujian lisan Sejarah setelah istirahat nanti. Fadli memang bukan orang ambisius yang mengejar nilai sampai sebegitunya, tapi ujian itu berbeda dari tugas. Dan ujian lisan tidak bisa mencontek!

Jadi, Fadli hanya mengeluarkan kertas berisi teks ujian tersebut untuk mulai menghapalkannya. Tapi, kegiatannya tertunda akibat sebuah suara familiar di depan pintu kelasnya.

"Fadli, dicariin sama Ocha!" Ternyata Arief, ketua kelas sekaligus biang kerok di kelas. Heran kenapa dia bisa terpilih, tapi sebetulnya kerjanya nggak buruk-buruk amat.

Fadli mendongak. Matanya menangkap sosok Ocha di depan pintu, tengah bersedekap sambil mengintip-intip ke dalam kelas.

Tumben. Ocha, sahabat Nadya, belum pernah datang ke koridor IPS. Oh, tentunya selain ketika dia mengantarkan Nadya untuk datang ke kelas Fadli. Tapi itu udah lama banget.

Fadli meletakkan teks Sejarah-nya ke meja kembali dan bangkit untuk menghampiri Ocha. Mata cewek itu berkilat-kilat aneh ketika menatapnya. Fadli memperhatikan rambut panjangnya, merasa familiar.

Ocha menyodorkan sebuah kotak makan bergambar kereta biru konyol bernama Thomas. "Itu dari Nadya. Dia khawatir kalau nanti lo sakit."

Fadli menyambut kotak makan itu dengan seulas senyum tipis. "Maka—"

Belum sempat Fadli menyelesaikan ucapannya, tangan Ocha bergerak lebih cepat. Ocha menampar Fadli keras, tepat di pipi. Rasa panas langsung menjalar ke seluruh permukaan wajahnya.

"Itu dari gue. Karena lo udah menyia-nyiakan cewek se-baik Nadya!"

Tanpa membiarkan Fadli membalas ucapannya, atau bahkan sebelum Fadli sempat berpikir lebih lanjut, Ocha pergi begitu saja. Meninggalkan Fadli yang terdiam seperti orang bodoh sambil memeluk kotak makan pemberian Nadya, dan juga meninggalkan Arief yang melongo kaget, tidak menyangka akan menjadi saksi di mana Fadli dipermalukan oleh seorang perempuan.

***

You Got A New Message! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang