d u a

76 6 1
                                    

Malamnya, Amak biasanya menonton TV. Yang ditontonnya adalah sinetron legendaris; Cinta Fitri. Aku biasanya ikut nonton walau gak ngerti. Kami berdua akan tertidur di depan TV yang menyala. Oh, jangan komplain tentang pemborosan energi!

Abak, suami Amak, pulang malam sekali, saat kami semua sudah tidur. Tahulah dia kerja apa.

Aku akan membahas tentang Cik Ani, saudara Amak dan Papa. Siapapun yang mengerti, tolong jelaskan hubungan kami karena aku gak mengerti. Makasih.

Aku selalu memanggil dia 'cek' alih-alih 'cik'. Jadi, kalau aku ke rumahnya (yang tidak jauh sama sekali), aku selalu berteriak, "Cek! Cek!"

Cik Ani selalu membalas, "Cik Ani bukan kucing!". (Catatan: Cik Ani mengatakan 'cek! Cek!' untuk mengusir kucing). Aku akan tertawa tapi lanjut memanggilnya begitu.

Ketika Cik Ani menyeterika pakaian, aku suka menyelinap di belakangnya dan menusuk perutnya. Dia akan tertawa histeris sambil marah-marah. Tolong jangan tanya gimana caranya. Sambil tertawa, dia akan bergerak kegelian juga. Tau kan gimana? Itu, lho, menghindar sambil nyengir-nyengir. Dan karena Cik Ani, ehm, lumayan gendut, lemaknya goyang-goyang. Itu agak creepy, tapi ya gitu. Cobain deh ke temen kalian yang gendut.

Aku menusuknya terus. Cik Ani bakal marah dan memanggil Amak untuk membawaku pulang. Tapi aku gak kapok dan datang lagi besok. Dan besoknya lagi, dan besoknya lagi. Cik Ani, kukira, tidak terlalu keberatan. Tidak terlalu berarti agak. Tapi macam aku peduli aja.

Cik Ani, kuberitahu, adalah sesosok makhluk yang entah bagaimana, mempunyai anak-anak brilian. Anaknya ada empat. Dua diantaranya harus mempunyai meja masing-masing hanya untuk meletakkan trofi mereka yang bejibun. Aku suka sekali melihat itu. Kupandangi terus sampai Cik Ani muak melihatku memandang trofi. Kemudian dia melakukan hal yang sering dilakukannya: memanggil Amak untuk membawaku pulang.

Aku, lagi-lagi, gak kapok. Aku datang setiap hari untuk melihat trofi. Suatu hari, aku punya ide fantastis (berdasarkan penilaianku saat itu, tentunya); melihat trofi saat Cik Ani sedang tidak melihatku. Cara ini terbukti manjur. Aku memandang trofi puas-puas sambil menyiagakan telinga kalau-kalau Cik Ani mendekat. Segalanya menyenangkan dan hanya satu yang bisa merusaknya;

Keyla.

******************

A/N :

Kalau menurutmu aku salah genre atau apa, sila beritahu, ya. Makasih.

Lil Bit of FlashbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang